Mohon tunggu...
paman gober
paman gober Mohon Tunggu... -

penulis kumpulan cerpen pasca kematian paman gober, sehari-hari menulis dan membaca, menekuni usaha pernikahan, tinggal di jakarta dan sekitarnya.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Menunggu Kelahiran Raksasa Online Store

4 November 2015   19:18 Diperbarui: 4 November 2015   19:34 873
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi ecommerce, koleksi www.ecommercemilo.com"][/caption]Planet bumi tidak pernah berubah, tetapi dunia selalu bertambah luas tiap harinya.

Ketika Amazon pertama kali diluncurkan tahun 1995, barangkali tidak ada yang mengira cara penjualan barang atau jasa akan berubah drastis selamanya. Selama itu penjual percaya toko adalah tempat terbaik untuk memamerkan barang dagangan. Jika anda ingin membeli, datanglah ke toko, pilih dan bayar untuk membawa pulang barang yang anda inginkan.

Meski demikian, pertanda sebuah bisnis akan menjadi sukses ialah apabila kompetitor datang. 1996 Ebay lahir dan langsung berlari meramaikan persaingan. Tak perlu waktu lama online store pun bermunculan bagai katak selepas hujan. Alibaba, Sell it buy it, Shopster dan masih terlalu banyak vendor lainnya.

Bagaimana di Indonesia? Dengan populasi melimpah dan pertumbuhan pengguna internet yang terus berkembang, tidak ada alasan untuk menghiraukan pasar ini. Dari sekian banyak nama online store, Bhinneka adalah contoh relevan. Didirikan awal 1999 dan masih bertahan sampai sekarang dengan penjualan gadget sebagai ciri khas-meski belakangan situs tersebut telah menggenjot produk non gadget. Dan di luar Bhinneka banyak sekali online store yang muncul. Sebagian berhasil survive, bahkan memimpin pasar, sisanya sudah menjadi sejarah.

Saya tidak cukup memahami prinsip penjualan. Bagi saya, penjualan yang baik adalah menjual barang sebanyak-banyaknya dengan pasar seluas-luasnya. Dengan online store, penjual tidak perlu membeli properti, menyiapkan dekorasi interior toko dan mengurus perizinan. Penjual cukup membuat copy writing yang menarik, tambahkan gambar yang bagus, itu sudah mencukupi.

Dalam perkembangannya, online store tidak mesti menstok barang. Mereka bekerjasama dengan retail atau toko sungguhan. Jika anda membuka Lazada atau Tokopedia dapat terlihat bagaimana jaringan retail mereka begitu luas. Online store kebanyakan hanya menyalurkan barang dari penjual kepada pembeli. Dan mereka mendapat keuntungan dari royalti penjualan tersebut.

Bagaimanapun online store telah menjadi gaya hidup, bahkan untuk penduduk Indonesia, sebuah negara yang sejak dulu dikategorikan sebagai negara berkembang. Tachinasia merilis data ecommerce Indonesia dari Go Globe, dan disebutkan tahun 2014 nilai transaksi ecommerce Indonesia mencapai $2,60 miliar dengan proyeksi pertumbuhan transaksi tahun 2016 sebanyak $4,9 miliar. Angka ini cukup menggiurkan bagi Kementerian Perdagangan RI untuk memungut pajak dari tiap transaksi ecommerce.

Bagaimanapun, bisnis tidak pernah tidur. Pertumbuhan online store dan transsaksi ecommerce akan terus meningkat dari tahun ke tahun. Persaingan tentu akan mengikuti pertumbuhan tersebut. Para vendor tidak akan pernah tenang melihat buku penjualannya, meski itu meningkat 300 persen dari tahun sebelumnya. Barangkali juga kompetisi bisnis akan berlangsung lebih sadis dari yang sebelumnya tidak terpikir. Dalam industri media tanah air RCTI telah melakukan take over atas beberapa media dan kini MNC menjelma sebagai perusahaan broadcasting terbesar di Asia Tenggara. Viva pun melakukan itu, juga CTCorp dan beberapa perusahaan yang lain.

Lalu bagaimana nasib online store ke depan? Bukan pada angka yang dipastikan terus meningkat. Barangkali setelah musim pertumbuhan ini berakhir akan terjadi take over besar-besaran. OLX telah lebih dulu merebut Toko Bagus dan Berniaga. Kini nyaris tidak ada persaingan lagi di pasar barang bekas. 

Di luar sana Amazon telah membangun imperium online store melalui Shopify, juga Ebay yang tak mau kalah dengan Magento. Keduanya menawarkan jasa pembuatan online store kepada retail kecil-menengah dengan sistem pembayaran bulanan ditambah potongan komisi di setiap pembelian. Perlahan atau segera, hal ini pasti terjadi. Apakah Lazada akan bergabung atau diambilalih oleh Tokopedia, atau bisa jadi nama-nama besar tersebut memilih cara lain untuk menjadi raksasa online store. Waktu yang lebih tahu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun