Jika memperhatikan berita di media cetak maupun media elektronik, para penyelenggara negara ini adanya hanya saling tunjuk, saling menyalahkan, saling lempar tanggung jawab. Apa jadinya kalau kehidupan berbangsa dan bernegara hanya bergumul dengan perang mulut saling menyalahkan dengan membentuk panitia ini, tim itu, kelompok ini, satgas itu, belum yang demo? Barangkali ini yang mengakibatkan bangsa ini tidak mengalami kemajuan yang signifikan bila dibandingkan bangsa-bangsa lain di dunia yang berdirinya relatip hampir bersamaan. Sebagaimana disampaikan oleh Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara, Taufiq Effendi bahwa "tidak majunya bangsa diawali dari saling menyalahkan satu sama lain..." ditambahkan olehnya bahwa " ...perlu diwaspadai adanya upaya sistemik dari pihak luar yang tidak menginginkan Indonesia menjadi negara maju dan besar" Disinilah "ketiadaan jati diri bangsa", dimaksudkan jati diri bangsa ini luntur, menipis, hampir punah. Juga disampaikan oleh I Komang Sudana Mertayasa,S.Pd dalam Debat Publik (Bali Post-Mei 2008) dalam "Kembali ke Jati Diri Bangsa" yang mengatakan "...Lalu kemana dan bagaimanakah rasa nasionalisme bangsa Indonesia di usia seabad ini? Seratus tahun kebangkitan bangsa Indonesia ternyata rasa nasionalisme semakin luntur..." Memang kalau diperhatikan, keresahan bangsa ini ditunjukkan adanya gejala degradasi moral, etika dan budaya serta terkikisnya rasa dan semangat kebangsaan kita. Terpuruk sudah bangsa ini. Kita sebagai anak bangsa, apakah akan diam saja? Tentunya tidak! Kita harus bangkit, bangkit sekuat tenaga seperti yang pernah dilakukan para pendahulu kita, para pendiri bangsa ini yaitu melalui semangat kebangkitan, kita kembali mencari dan menemukan jati diri bangsa ini. Lantas dimana jati diri yang dicari? apakah hilang atau nyelip dimana? Tentu saja tidak! Pembukaan UUD 1945, Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI, inilah pilar kehidupan bangsa Indonesia yang sekaligus sebagai jati diri bangsa yang mulai "terpinggirkan" dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Marilah kita mulai dari dalam diri kita masing-masing, merenungkan perjuangan pendahulu kita, menanamkan rasa dan semangat kebangsaan serta menggelorakan jiwa nasionalisme di hati sanubari dalam setiap gerak dan langkah kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, dengan selalu berpegang pada empat pilar tersebut. Jaya Indonesiaku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H