Mohon tunggu...
Joko Setyawan
Joko Setyawan Mohon Tunggu... -

ingin belajar sederhana dengan cara yang bijaksana dan belajar bijaksana dengan cara yang sederhana,,

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mungkin lebih pas berjudul "Siapa?"

7 Februari 2012   05:45 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:58 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Seperti biasa kupacu motor dengan kecepatan sedang cenderung lambat, sengaja menikmati sore yang berhias kerlingan gerimis. Lagu kulantunkan lewat siulan mujarab juga untuk melengkapi mesra dan romantisnya sore itu sambil membayangkan ah.. seandainya punggung ini tidak dingin.. hehe,,,. Memang hidup ini indah.. sepanjang trotoar dekat pabrik senyum kecut para gadis dan perempuan pabrik menghiasi setiap rona yang tersembunyi dibalik penat. Keringat beku merenda beberapa sisi baju pembalut tubuh yang dari lengan mereka tampaklah bersih.. Sendu berbalut ceria karena tanggal tidak lagi muda, dengan seplastik batagor panas pencair senyum yang sedikit beku. dan waktupun berlalu.. Kutekan lampu sen untuk meminta sedikit celah untuk berbelok masuk kearah kampung. Begitu sepi, seolah jalan adalah hanya dibuat untukku. kulirik kanan dan kiri mata dengan tatapan kosong tanpa harap menatapku penuh tanya. Heran.. Ada apa ini? Ah.. ternyata ada bendera hitam lusuh penuh kabung sedang menari di sebatang tiang listrik beton. Oh Tuhan....! Siapa gerangan?Penuh penasaran kuterobos gerimis yang tidak lagi mesra.. Tangis sayup terdengar disela berisik daun bambu yang sedang berdansa dengan gerimis. Resah dan gelisah semakin menyelumuti hati ini ketika semakin dekat dengan rumah, semakin keras terdengar. Motor kusandar diujung gang, Tersedak ludah menyibak kerumunan orang! kutanya Siapa?! Tidak ada satupun yang menjawab, hanya menatapku dengan tatapan kosong, pilu.. OH tidak..!! itu suara Ibuku!, HAH..!!! baru kali ini kudengar isak ayahku!! tanpa peduli aku dorong semua yang berkerumun didapan pintu rumahku untuk menemukan jawab atas Siapa.. tanpa bersuara kupeluk ibuku, ayahku, dan adik-adikku semua tanpa terlewat. Mereka sedang menangis dengan sejadi-jadinya didepan sosok yang berbalut kain putih..Heran.. siapa itu??! Siapa?!! mereka tak menjawab, hanya menangis tanpa bisa kusela untuk berhenti..

Hatiku lega ternyata bukan mereka jawabannya. Sedikit egois memang ketika menghendaki bukan orang yang kita cintailah yang menderita. Dengan hati penuh tanda tanya dan penasaran kubuka selimut putih itu dan terjawablah sudah.. ternyata itu AKU..

Bagaimana ini mungkin?? aku baru saja berbuat dosa dengan mulutku, mataku, telingaku, pikiranku, akalku!!! Ah....!!!

Bacalah sebagai Penulis..

Salam Kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun