Jarum jam menunjukkan angka delapan. Cak Ngaderi bergegas menuju warung Jeng Rikmo Kabarnya wanita yang awet ayu itu membuka dagangan baru yaitu martabak. Makanan ini untuk melengkapi dagangannya yang lain yaitu nasi rawon dan rujak cingur. Khusus martabak hanya dijual pada malam hari."Martabak anget kan enaknya memang di makan pada malam hari," kilah Jeng Rikmo.
Setibanya di warung tampak Jeng Rikmo sibuk melayani pembeli. Tangannya yang mulus dengan jari-jari lentik itu trampil menggoreng makanan gurih lezat itu.Cak Ngaderi langsung pesan martabak istimewa plus, telurnya dua.Wow.
“Martabakmu enak tenan, Jeng,” ujar Cak Ngaderi sambil tersenyum cengengesan melahap martabak khas Jeng Rikmo.
“Ojok sembrono lho ngomongmu,Cak”
“Lho, memang martabakmu gurih,kenyal dan asyoi kok”
Jeng Rikmo mlengos seraya melayani pembeli yang baru datang, mbah Thumo yang rumahnya tak jauh dari warung.
“Saya lihat jualan martabakmu laris banget. Saya ikut senang,” kata si mbah memuji.
“Syokur deh kalau mbah senang. Ini juga baru coba-coba semoga tak mengecewakan konsumen”
“Selain usaha keras dan sungguh-sungguh perbanyaklah berdoa agar jualan martabak dan warungmu barokah dan kamu tetap pada jalan yang diridhoi,Nduk. Istilah jaman sekarang katanya on the right track gitzu“
“Amiin, matur nuwun pituturnya,Mbah”
“Saya sering weling kepada ponakan-ponakan bahwa jualan martabak itu jauh lebih baik daripada jualan martabat. Jualan martabak walaupun hasilnya tak bisa digunakan untuk membeli rumah mewah tetapi itu lebih barokah. Lihatlah di luar sana. Mereka yang jualan martabat akhirnya terhina. Mereka menjual harkat, harga diri, pangkat dan jabatannya demi mendapatkan bergudag-gudang martabak. Walaupun rumahnya besar,hartanya banyak dan kemana-mana naik mobil mewah toh akhirnya masuk penjara. Itu baru hukuman di dunia, belum lagi hukuman di akhirat nanti," tutur Mbah Thumo serius.
Jeng Rikmo mlongo dan akhirnya mengangguk mahfum. Mencari rejeki dengan cara yang diridhoi Allah memang lebih enak,ayem,tentrem dan tak mengandung resiko. “Lebih baik jualan martabak untuk mendapatkan martabat daripada jualan martabat untuk mendapatkan martabak,” gumamnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H