[caption caption="foto dari liputan6.com"][/caption]
2 hari terakhir ramai berita di media cetak, televisi maupun online terkait penculikan seorang anak berusia 6 tahun bernama Sintya, yang diculik pria tak dikenal di Pusat Grosir Cililitan (PGC), di mana bapaknya Sintya berjualan aksesoris HP. Untung saja CCTV di PGC sempat merekam sosok pria penculik, yang kemudian ditayangkan berulang-ulang di televise, sehingga penculik ketakutan sendiri, lalu melepaskan Sintya di daerah Bekasi Barat. Sintya lalu diantarkan oleh supir taxi Blue Bird bernama Sairin ke PGC, lalu Sintya meminta diantar ke rumahnya di daerah Kramat Tunggak, eh salah, Kramat Jati. Sopir Sairin pun mendapat penghargaan dari polres Jakarta Timur atas jasa-jasanya.
Kalo bicara penculikan anak, Saya terus terang gemas dengan penculik-penculik ini. Beraninya koq ke anak kecil yang tak berdaya, kalo berani harusnya menculik pria dewasa. Anak ayam aja kelimpungan kalo kehilangan induknya, apalagi anak manusia, bisa nangis seharian kalo terpisah dari bapak atau ibunya. Kalo ketemu dengan penculik anak yang tertangkap polisi, akan saya jambak rambutnya, tampar pipinya, pukul perutnya, tendang pantatnya dan saya suruh push up 1000x.
Banyak motif yang mendasari penculikan anak ini, antara lain minta uang tebusan, penjualan anak ke keluarga yang tidak punya anak, prostitusi anak, penjualan organ tubuh dengan membunuh anak tersebut, sampai penculikan oleh bapak atau ibunya sendiri yang bercerai karena rebutan hak asuh anak yang belum diputuskan pengadilan. Yang paling mengenaskan, jika motifnya penjualan organ tubuh atau minta tebusan, namun permintaan sejumlah uang yang besar tidak dipenuhi keluarga anak, maka anak tersebut dibunuh. Itu benar-benar perbuatan biadab, sama biadabnya dengan perbuatan teroris. Anak-anak harusnya disayang, bukan dibunuh.
Sebagai pemerhati masalah social, termasuk masalah anak-anak, karena Saya mempunyai beberapa anak kandung, beberapa anak asuh , beberapa anak angkat, maka Saya memberanikan diri untuk memberikan tips dan triks agar anak-anak terhindar dari penculikan, atau jika (amit-amit) jika mengalami penculikan, akan mudah menemukan di mana penculik menyembunyikan anak tersebut, atau penculik akan berpikir ulang untuk terus menculik sehingga mengembalikan ke orang tuanya, cekidot ;
1. Taruh HP kecil yang baterenya tahan lama atau GPS di kantong anak atau tempat lain yang tidak terlihat, sehingga dari nomor HP atau dari GPS akan diketahui lokasi si anak secara presisi.
2. Pakaikan kancing baju yang ada kamera kecil seperti di film James Bond atau Mission Imposible dan sambungkan dengan CCTV di rumah, sehingga kemanapun penculik dan anak bergerak, polisi mudah mengetahui posisi penculik.
3. Biasakan anak menangis yang keras jika terpisah dari orang tua, sehingga bila ada orang asing yang mengajak pergi, baik dengan rayuan manis, atau iming-iming permen, si anak tetap menangis kencang. Mau wajah orang asing tersebut baby face seperti mas Elde, atau brewokan seperti mas Sayeed, si anak tetap akan menangis keras karena tidak terbiasa terpisah dari orang tua.
Cukup 3 saja tips dan triks kali ini, sesuai sila 3 Persatuan Indonesia. Malam sudah larut, Saya mau baca buku cerita buat cucu, karena cucu sebelum bobi minta dikelonin. Setelah cucu bobo, istri saya biasanya gantian minta dikelonin.
Akhir kata, Saya teringat pesan mbah di kampung “Harta yang paling berharga adalah anak-anak”, maka bagi siapapun yang memiliki anak, jangan pernah tidak memberi perhatian ke anak. Banyak pasangan suami istri di belahan dunia manapun, rala melakukan dan mencoba segala macam cara agar bisa memiliki anak. Maka, sebaiknya yang sudah dikaruniai anak oleh Allah SWT, jangan sia-siakan anak tersebut. Awasi dia 24 jam, jangan sampai ia diculik oleh orang jahat. Jangan pernah biarkan anak-anak bermain sendiri, harus selalu ada orang dewasa yang dipercaya yang menjaga atau mengawasi anak-anak. Ingat, kejahatan terjadi bukan karena ada niat pelaku, tapi juga karena ada kesempatan.
Akhir kata lagi, ada kata-kata bijak dari seorang sahabat di Pejaten “Jadi orang tua jangan mau enaknya aja, anaknya juga harus mau.” Kata-kata ini memang sederhana, tapi jika dipikirkan maknanya sangat dalam, yaitu tamparan kepada para orang tua yang menelantarkan anak, baik yang membuang anak, tidak mengurusnya atau tidak mengawasi dengan baik sehingga anak sampai diculik orang jahat.