Mohon tunggu...
Pakde Kartono
Pakde Kartono Mohon Tunggu... wiraswasta -

Sayang istri, sayang anak, makanya disayang Allah\r\n

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

KPK Tidak Berani ke Fuad Bawazier, Tjiptardjo dan Darmin Nasution

22 April 2014   14:03 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:21 1972
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Saya prihatin, dengan harta yang jumlahnya tidak spektakuler dianggap tidak taat pajak. Ada yang triliunan, ratusan miliar, tidak beres bayar pajak kadang-kadang luput dari perhatian. Ini ketidakadilan. Tapi di saat terakhir saya dapat data dari KPK kalau diangkat nanti akan jadi masalah besar. Jadi saya menyelamatkan beliau. Berhentilah dalam menuduh dan curiga. Pandai-pandailah berintrospeksi. Junjunglah kebenaran."

Kalimat di atas adalah pernyataan dari presiden SBY saat bereaksi atas bocornya data SPT pajak SBY dan keluarga ke media, yang pertama kali dilansir oleh The Jakarta Post.

SBY menyebut kata 'beliau' maksudnya adalah kepada mantan Dirjen Pajak, juga mantan Menteri Keuangan jaman orde baru Fuad Bawazier, yang sering besuara keras terhadap SBY termasuk melaporkan SBY dan keluarga ke KPK atas dugaan penggelapan pajak. Bisa dimaklumi jika Fuad bawazier mempunyai data valid terkait pajak SBY dan keluarga, dia kan mantan Dirjen Pajak, aksesnya pasti sangat bagus ke data pajak SBY dan keluarga yang sejak 2004 sampai 2014, assetnya tak bertambah-tambah, sekitar Rp 7 miliar saja, kalah jauh dengan Anas Urbaningrum, Nazaruddin dan Angelina Sondakh, orang-orang kemarin sore bermain politik.

Kata 'KPK' maksudnya adalah penasehat KPK Abdullah Hehamahua yang memberi informasi kepada menseskab Sudi Silalahi tentang rekam jejak Fuad Bawazier. Abdullah Hehamahua dalam rapat kerja dengan komisi III tanggal 6 Februari 2013 menjelaskan hal ini : "Sekretarisnya Pak Sudi menelpon Taufiequrrachman Ruki (saat itu Ketua KPK), saat itu saya di ruangan. Dalam tahap kedua itu tim menemukan kejanggalan di mana kekayaan berasal dari modal pinjaman adiknya di Arab Saudi." Terkait banyaknya harta Fuad Bawazier, mantan anggota KPKPN Petrus Selestinus mengatakan "Waktu itu rumahnya banyak, ada di Menteng dan ada dimana-mana. Saya rasa sudah clear pemeriksaannya oleh Sub Komisi Eksekutif. Waktu itu Kepolisian bilang, kalau semua berdasarkan kekayaan, lalu kami curigai itu korupsi, ini Mabes Polri bisa kosong juga . Ini bisa habis. Selain itu belum ada UU TPPU. Jadi memang disana belum jalan."

Waduh, gawat juga yah, KPK sudah lama (sejak jaman KPK jilid I dengan ketua Taufiqurahman Ruki) mengetahui bahwa mantan Dirjen Pajak Fuad Bawazier hartanya yang melimpah ruah ternyata bermasalah, di mana berdasarkan LHKPN yang disampaikan hartanya yang miliaran tersebut berasal dari pinjaman adiknya di Arab Saudi, tetapi sampai sekarang KPK tidak memfollow up data tersebut, minimal melakukan penyelidikan, apalagi penyidikan. Tiba-tiba kemarin sore, malah KPK memberi kejutan menjadikan mantan dirjen pajak lainnya Hadi Poernomo sebagai tersangka korupsi atas penyelesaian permohonan keberatan PT Bank BCA.

Karena tiba-tiba dan tidak menjadikan mantan Dirjen Pajak lain (Fuad Bawazier, M Tjiptardjo dan Darmin Nasution) sebagai tersangka, maka muncul reaksi beragam, pro dan kontra, termasuk dugaan apakah penetapan Hadi Poernomo sebagai tersangka ada kaitannya dengan ganasnya Hadi Poernomo sebagai ketua BPK yang melakukan audit investigasi terhadap bailout Bank Century senilai Rp 6.7 triliun yang menyebut banyak pihak terlibat dan terindikasi merugikan keuangan negara, sehingga Hadi Poernomo dianggap musuh bersama yang layak untuk dibumihanguskan istilahnya TIJITIBEH mati siji mati kabeh.

kemarin malam saya telepon teman-teman lama di Dirjen Pajak, saya tanya "Memangnya hanya dirjen pajak Hadi Poernomo saja yang main-main dengan pajak?" rekan-rekan kompasianer sudah menduga jawaban teman-teman lama saya yaitu "Semua dirjen pajak main-main dengan pajak, kewenangan mereka sangat besar untuk menetapkan pajak dan menghapus pajak, Gayus Tambunan dan Dhana Widyamika saja sudah sekaya raya itu, apalagi Direktur (eselon II) dan Dirjen Pajaknya (eselon I). Yang ketangkap itu yang apes, naas dan sial saja, gak sampai 1%, yang aman nyaman menikmati pensiun jumlahnya ribuan, salah satunya adalah mantan Dirjen Pajak Tjiptardjo yang punya tanah hektaran dan kebun binatang di halaman rumahnya."

Waduh, kalo KPK berani jadikan mantan-mantan Dirjen Pajak sebagai tersangka korupsi, penjaranya masih muat gak yah...?

Selamat pagi Indonesia

ps

Maaf judul tulisan ini terkesan memprovokasi KPK. Saya pikir KPK memang mesti dikomporin terus untuk membasmi korupsi di bumi tercinta Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun