[caption caption="foto dari youtube.com"][/caption]
“Ada ruang hatiku kini kau sentuh
Aku bukan jatuh cinta namun aku jatuh hati
Ku terpikat pada tuturmu, aku tersihir dirimu
Terkagum pada pandangmu, caramu melihat dunia
Kuharap kau tahu bahwa ku terinspirasi hatimu
Ku tak harus memilikimu, tapi bolehkah ku selalu di dekatmu
Kau tanya cinta, memang banyak bentuknya
Ku tahu pasti sungguh aku jatuh hati…”
Dalam perjalanan ke kantor jumat kemarin, masuk email dari junior di kantor. Ku buka dan ku baca email tersebut. Ku pikir email dari junior tentang pekerjaan kantor, atau pemberitahuan gak masuk atau terlambat masuk kantor karena sesuatu hal, rupanya email kali ini berisi lirik lagu Raisa berjudul “Jatuh Hati” yang Saya kutipkan sebagai pembuka tulisan ini, lengkap dengan attachment link video klip dari You Tube.
Di bawah lirik lagu dan link You Tube, ada sedikit kalimat bertuliskan “Pak, mohon maaf sebelumnya kalo saya sudah lancang mengirim email ini ke Bapak. Ini adalah ungkapan isi hati saya ke bapak, Saya tak kuasa menahannya lebih lama lagi karena mengganggu pikiran dan hati saya. Jika bapak tidak berkenan, abaikan email ini, jika bapak berkenan, cukup jawab email ini dengan satu kata YES.”
Sambil membaca liriknya, Saya tonton dan dengarkan lagu Raisa “Jatuh Hati” tersebut. Ternyata lagunya enak, sudah gitu penyanyinya si Raisa sungguh cantik jelita. Dalam hati Saya bertanya “Siapa pria beruntung yang akan kejatuhan hati Raisa? Saya kalo belum menikah, siap bersaing dengan pria manapun di dunia untuk mendapatkan hati Raisa.”
Pertanyaan saya yang di dalam hati rupanya didengar oleh malaikat, ia mengirim jawaban lewat seorang sahabat lama, direktur di sebuah BUMN, yang tiba-tiba mengirim BBM “Ton, datang yah ke makan malam merayakan ultahku, besok malam minggu di hotel Mulia, ada penyanyi muda bersuara merdu Raisa sebagai bintang tamunya. Kamu rugi kalo gak datang.”
Sebelum lupa, Saya membalas email dari junior kantor tersebut “Yes. Dik besok ikut Saya makan malam ultah teman di hotel Mulia yah, ada Raisa bintang tamunya.” Gak sampai 5 menit, email saya berbalas “Siap Pak. Terima kasih atas kebaikan Bapak. Saya gak akan pernah mengecewakan Bapak.”
Sampai kantor, Saya kembali membaca balasan email dari Vina, junior tersebut. Saya kurang paham, bahkan cenderung gagal paham dengan kalimatnya. Kebaikan apa yang saya lakukan kepadanya? Kenapa ia mengatakan tidak akan mengecewakan? Saya merasa biasa-biasa saja, tidak melakukan something special, juga tidak pernah kecewa dengan pekerjaannya selama ini. Daripada pusing pala Barbie, dan pusing 7 keliling, Saya panggil saja junior saya Vina ke ruangan Saya. Setelah Vina masuk, pintu Saya tutup dan tak lupa mengunci, kuatir ada orang nyelonong masuk padahal kami sedang membicarakan hal yang serius.
Ini percakapan kami, cekidot (P untuk Saya, V untuk Vina) :