Mohon tunggu...
Pakde Kartono
Pakde Kartono Mohon Tunggu... wiraswasta -

Sayang istri, sayang anak, makanya disayang Allah\r\n

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar dari Pepih Nugraha dan Isjet (Admin Kompasiana)

26 Februari 2015   23:23 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:27 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Setelah menuliskan artikel tentang belajar kepada sosok-sosok berpengaruh di republik ini sampai part III, izinkan di part IV ini, kompasianer asal Melbourne ini menyajikan tulisan sederhana namun sarat edukasi dan inspirasi, tentang pelajaran-pelajaran yang bisa kita petik dari 2 sosok kompasianer yang saya hormati dan kagumi, yang secara kebetulan bertugas sebagai admin kompasiana yaitu Kang Pepih Nugraha dan Bang Iskandar Zulkarnaen a.k.a Isjet.

Saya tak mengenal kang Pepih dan bang Isjet, juga tak pernah bertemu atau komunikasi secara pribadi dengan keduanya. Seingat saya, Saya pernah komunikasi hanya dengan bang Isjet melalui media formal (inbox kompasiana) dan media informal (inbox facebook), urusan tentang apa saya lupa. Kebetulan kami berteman di kompasiana maupun facebook. Mengenai siapa mengadd siapa di kompasiana dan facebook tidak menjadi isu penting.

Saya sangat mengamalkan nasehat dari mantan capres Prabowo Subianto yang mengatakan "1000 teman terlalu sedikit, 1 musuh terlalu banyak". Makanya terdapat 1700 lebih kompasianer dalam daftar pertemanan dengan Pakde Kartono, dan setiap hari permintaan pertemanan selalu ada, tidak ada yang saya tolak berteman, sama halnya dengan tidak pernah saya tolak yang mengajak tidak berteman a.k.a unfriend.

Mungkin timbul pertanyaan di kepala rekan-rekan "Pakde, pelajaran apa yang bisa kita petik dari seorang Pepih Nugraha dan Isjet? Koq Pakde malah ngelantur bahas kemana-mana?" Terimakasih telah mengingatkan saya, saya kalo gak diingatkan kadang suka lupa, maklum sudah sepuh.

Berikut adalah pelajaran yang bisa kita petik dari Kang Pepih dan Bang Isjet (saya batasi dalam hubungannya dengan pengelolaan kompasiana sejauh pengamatan saya sebagai kompasianer)

1. Kesabaran tak berbatas

Sejak kompasiana diluncurkan tahun 2008 sampai tahun 2015 ini, penyakit kambuhan kompasiana, yaitu error (susah login, susah masuk dashboard, publish dobel dll) tidak pernah bisa disembuhkan. Yang paling parah adalah kompasiana mobile yang tidak bisa digunakan untuk memberikan komentar dan vote (sebelum tahun 2014 masih bisa, sehingga berbalas komentar secara real time sangat ramai sekali bersahut-sahutan).

Protes dan kritik dari kompasianer sudah tak terhitung banyaknya, sampai ada beberapa kompasianer yang mengandalkan HP untuk kompasiana karena kerjanya di lapangan, terpaksa menjadi silent reader dan akhirnya pamit mundur pelan-pelan, namun dengan kepala dingin dan hati yang sabar, Kang Pepih dan bang Isjet menampung semua kritik dan protes tersebut.

Keduanya gak kesal, apalagi marah, mau bagaimana lagi? Memang kondisinya demikian, kompasiana gak pernah Fit 100%. Saya salut dengan stok kesabaran keduanya atas kritik yang sepertinya tak berbatas, kalo saya yang dikritik terus menerus, saya mungkin gak akan kuat. Daripada kuping saya panas, kepala saya mendidih, mending saya pergi ke Delta atau My Place untuk Spa dan Shiatsu.

2. 98% tulisan masuk highlight, 95% masuk HL atau TA

Harapan setiap penulis di kompasiana adalah agar tulisan-tulisannya banyak dibaca orang, sebab kalo gak mau dibaca banyak orang, ada yang menyarankan nulis di diary saja, atau di note HP atau di microsoft word komputer.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun