Mohon tunggu...
Pakde Kartono
Pakde Kartono Mohon Tunggu... wiraswasta -

Sayang istri, sayang anak, makanya disayang Allah\r\n

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hijab (Jilbab) Bukan Mainan, Jangan Buka Tutup

4 Juli 2015   15:18 Diperbarui: 4 Juli 2015   15:18 6441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini, ada satu berkah untukku. Berkah yang tak kusangka-sangka, yang telah lama kuidam-idamkan, tapi tak pernah kuasa untuk mengatakannya.

Alhamdulillah, putriku mulai Ramadhan ini memutuskan menutup kepalanya dengan hijab/jilbab. Insha Allah untuk seterusnya, tidak buka tutup sesuai keperluan seperti selama ini. Jika pergi ke sekolah anak-anaknya yang sekolah muslim, ia mengenakan hijabnya, lepas dari sekolah anak dan pergi ke mall, maka lepas pula hijabnya. Sampai-sampai ada suara-suara gak enak mampir ke telingaku “Pakai hijab koq buka tutup, kaya jalur puncak pas weekend aja.”

Selama ini Putriku mengatakan, Ia akan memakai hijab seterusnya jika ia sudah benar-benar siap, bukan karena terpaksa atau karena ikut-ikutan orang lain. Ia secara jujur terus terang mengakui bahwa ia masih suka berenang di kolam renang atau di pantai, sehingga ia belum siap melepas hobbynya saat ini. Putriku mengatakan “Yang penting, kan selama ini aku sudah menutup hatiku dari perbuatan-perbuatan tidak baik, yang maksiat, suatu hari aku akan menutup kepalaku dan seluruh tubuhku, sehingga hanya yang muhrim saja yang bisa melihatnya.”

Alhamdulillah, Putriku yang asalnya cantik setelah berhijab makin terlihat cantik. Banyak orang pangling dibuatnya. Disangkanya mereka melihat Ratu Rania dari Pakistan main ke Indonesia, padahal itu putriku. Terkait kecantikan putriku yang mendapat pujian dari banyak orang, dengan nada merendah Saya mengatakan “Buah jatuh tak jauh dari pohonnya, bapaknya aja ganteng binggow, pasti anaknya kalo laki-laki akan ganteng binggow, kalo perempuan akan cantik binggow.”

Terhadap putriku yang memantabkan berhijab, Saya memberikan apresiasi yang baik. Saya katakan ke putriku “Papa senang akhirnya kamu berhijab, ikutin jejak mama. Terus pakai hijabmu di segala kesempatan, di semua kegiatan, JANGAN MAIN-MAIN DENGAN HIJAB. JANGAN BUKA TUTUP. Kalo kamu belum siap, mending jangan berhijab dulu, daripada nanti jadi omongan orang, seolah-olah Papa Mama gak kasih nasehat yang baik. Juga jadi catatan khusus buat malaikat dan Allah SWT, berhijab koq main-main, apalagi kalo berhijab hanya untuk PENCITRAAN, agar dilihat orang sebagai wanita baik-baik, padahal aslinya bukan wanita baik-baik.”

Mendapat wejangan dan nasehat dari Saya, papanya yang sangat dihormati dan disayanginya, Putriku berterima kasih dan dengan tatapan mata penuh kasih sayang, ia mengatakan “Iya Pah, aku akan menjalankan pesan Papa. Aku gak mau mengecewakan Papa, Mama. Apalagi mengecewakan Allah SWT. Aku mantab berhijab Pah, bukan karena terpaksa, bukan karena ikut-ikutan, tapi karena sudah mendapat hidayah. Aku gak mau seperti gadis yang fotonya ku terima dari Broadcast BBM, katanya sih mahasiswi di salah satu perguruan tinggi swasta, yang kalo kuliah pakai hijab, selepas kuliah hijabnya ikutan lepas. Apalagi desas-desus kabar burung, ada beberapa mahasiswi berhijab ternyata di luar kampus, bisa dibooking oleh om-om senang. Wanita yang bisa dibooking seperti itu, tidak ada nilainya di mata Allah, nilainya hanya sebesar rupiah yang diberikan om-om yang disenanginya.”

Akhir kata, tulisan ini bukan dimaksudkan untuk mengajak semua perempuan muslim untuk berhijab, ilmu saya belum sampai untuk berani mengatakan hal tersebut. Perempuan berhijab atau tidak itu tergantung kemauan dan kemampuan ilmu masing-masing, dan tanggung jawabnya ke Allah SWT, bukan ke manusia lain. Tulisan ini murni apresiasi ke putri Saya tercinta, saya senang melihat ia berhijab. Dan mudah-mudahan Allah SWT juga senang, sehingga memberinya surga di kehidupan nanti.

Selamat sore Indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun