Sebelum tidur, Saya membiasakan diri mengecek pesan masuk di email, ada beberapa email yang saya punya, ada email kantor, berisi surat menyurat terkait pekerjaan sebagai auditor dan konsultan. Ada email pribadi, berisi surat menyurat dengan keluarga, teman, sahabat dan urusan lain yang bukan urusan kantor. Dan email media sosial, berisi surat menyurat dari aktivitas saya di media sosial, baik dengan orang yang saya kenal maupun yang tidak saya kenal, kadang-kadang masuk juga surat dari orang terkenal yang pingin kenal dekat dengan Saya secara pribadi. Biasanya orang terkenal tersebut mengatakan "Pakde, tulisan-tulisan anda sungguh mengagumkan dan menginspirasi, hal tersebut menggerakan hati dan pikiran saya untuk mengenal pakde lebih dekat, kalo pakde tidak keberatan, juga tidak keringanan, berarti berat badan pakde sudah ideal."
2 hari lalu datang email masuk di akun media sosial dari seseorang mahasiswi di Palembang. Isi emailnya sangat panjang, sengaja saya edit biar kelihatan kalo saya editor yang handal.
-----------------------------------------------------------
Pakde Kartono Yth
Selama ini Saya selalu mengikuti tulisan-tulisan Pakde Kartono, sehari aja gak baca tulisan Pakde, badan terasa pegal, tubuh lemas males gerak, pikiran gak karuan, seperti orang kurang darah jadinya kurang gairah.
Saya adalah mahasiswi di Unsri, umur saya 20 tahun. Kata teman-teman kampus, wajah saya cantik, body saya antik, bulu mata lentik, kulit halus gak burik, makanya saya disarankan mengikuti kontes putri Indonesia. Saya sebenarnya mau ikut Pakde, tapi kalo saya ikut, nanti saya takut menang, soalnya kalo menang saya takut digoda oleh om-om senang. Bukan rahasia lagi, om-om senang paling senang jalan dengan putri Indonesia, prestasi mereka dikantor terasa seimbang dengan prestise berhasil menggaet putri Indonesia. Saya gak mau orang mencintai saya karena saya putri Indonesia, saya mau orang mencintai saya apa adanya, bukan ada apanya.
Pakde Kartono Ytc
Saya sedih sebenarnya menceritakan hal ini, Papa Saya dituduh korupsi APBD oleh kejaksaan negeri. Padahal Papa saya hanya mengikuti perintah atasannya dan tidak menerima uang APBD sepeser pun. Atasannya yang menikmati semua. Papa ditangkap, ditahan lalu disidang di pengadilan tindak pidana korupsi Palembang. Papa divonis bersalah dan harus menjalani hukuman di Lapas Klas I Merah Mata Palembang.
Sejak itu stigma koruptor melekat dengan diri papa. Termasuk ke saya sering disebut anak koruptor. Apa salah saya? Saya tak tahu pekerjaan papa saya? Mengapa perbuatan papa saya harus saya yang menanggung hukumannya? Dan pengadilan Indonesia apa iya bisa diandalkan, yang diisi oleh hakim-hakim yang bersih hati nurani dan perbuatan bebas korupsi, sehingga putusannya adalah putusan yang adil dan benar.
Sampai sekarang atasan papa saya menjadi tersangka saja tidak, semua beban kesalahan dilimpahkan ke papa saya seorang diri sebagai PPK. Entah sebenarnya papaku bersalah atau tidak, biar Tuhan yang menilai, yang jelas Papaku saat ini dicap koruptor, namun bagaimanapun juga ia tetap papaku. Koruptor juga manusia, bisa khilaf dan bisa tobat, semoga setelah keluar lapas papa bisa jadi ustad.
Belum selesai urusan Papa yang ditahan penyidik, mama membuat kehebohan baru. Beberapa kali saya melihat mama sibuk dengan HPnya, kadang bicara ditelpon, kadang hanya chatting, tetapi mama selalu senyum-senyum sendiri dan wajahnya terlihat happy. Saat mama mandi, saya buka HP mama, dan alangkah terkejutnya saya, kaget luar biasa bukan kepalang, Mama yang kucintai dan kubanggakan ke setiap orang, ternyata menjalin hubungan dengan beberapa pria muda sekaligus.