[caption id="attachment_374464" align="alignnone" width="630" caption="Foto dari lensaindonesia.com"][/caption]
Saat demo FPI kemarin lusa, pentolan FPI Habib Rizieq tanpa tedeng aling-aling mengatakan Ahok goblok. Karuan saja banyak orang pendukung berat Ahok protes keras atas perkataan habib Rizieq yang cerdas sendirian ini, sampai-sampai kompasianer wanita calon nominasi kompasianer terpavorit best in curhat 2015 Ifani menurunkan tulisan fresh from oven (seperti bakery yah) yang mempertanyakan berapa sih IQ Habib Rizieq? Koq berani-berani bilang Ahok goblok. Apakah IQ habib sudah melewati titik didih air? Kalo sudah lewat titik didih, apakah sudah melampaui IQ guru menulisnya Pakde Kartono yang waktu gabung Kompasiana berIQ 138, saat terpilih sebagai nominasi Best in Opinion IQnya sudah naik jadi 148? Kalo belum sampai segitu IQnya jangan banyak lagu a.k.a belagu.
Kompasianer senior dari Njerman Elde membahas khusus masalah usulan Habib Rizieq yang mengajukan gubernur tandingan, yaitu temannya sendiri, yaitu Ketua Gerakan Masyarakat Jakarta (GMJ), Fahrurrozi Ishaq. Fahrurrozi juga adalah anggota dari Forum Umat Islam (FUI), peserta demo bayaran juga bersama FPI yang diduga kuat dibiayai oleh Haji Lulung dan M Taufik anggota DPRD DKI yang (katanya) terhormat.
Tulisan sahabat Elde mendapat tempat terhormat di TA, sampai-sampai lawan debat di artikel sebelumnya yang selalu berseberangan saat membahas KMP dan KIB Taufik Yoga Pratama berkomentar manis seperti anak SD minta uang jajan sekolah ke bapaknya "Setuju Bung Elde.. Saya rasa Pak Ahok cocok jadi Gubernur DKI.. FPI kalo bisa dibubarkan y bubarkan aja, kalo tidak y dibatasi saja geraknya. Salam DKI Damai. *kali ini sepaham kok ma Bung Elde*"
Komentar manis tersebut mendapat balasan yang tidak kalah manis dari saudara Elde "Kalau kita menggunakan kejujuran.. walaupun sering berbeda tapi pasti suatu saat akan ada persamaan pendapat jg... makasih bro..:) " Ohh so sweet...
Saling balas komentar antara Elde dan Taufik Yoga Pratama sungguh sedap dipandang, padahal beberapa waktu sebelumnya mereka debat seru sampai ketiduran gak ketahuan siapa pemenang debat, ngegantung aja seperti Mr P yang selalu menggantung tanpa pernah dipermasalahkan.
Indahnya kompasiana itu di sini, perbedaan pendapat tidak menjadikan permusuhan, perbedaan pendapatan tidak menimbulkan iri dan sirik, perbedaan dinominasikan atau tidak dinominasikan, tidak membuat patah semangat menulis dan berkreatifitas, semua enjoy di kompasiana rumah kita bersama, yang walaupun sering error konektivitasnya tetap aja bikin kangen buat baca dan tulis, soalnya gratis sih. Belum lagi kalo baca tulisan-tulisan Pakde Kartono dan mahaguru Jati Kumoro yang kadang bukan nyerempet tapi nabrak habul, bikin ketawa ngakak, ini kan obat awet muda yang gak dijual bebas di apotik.
Kembali ke laptop
Perseteruan Ahok dan KMP Jakarta yang tak menyetujuinya sebagai gubernur DKI sebenarnya mudah saja diselesaikan. Bagaimana caranya? Yang pasti jangan diserahkan pembahasannya di Indonesia Lawak Klub (ILK) Trans 7, dijamin gak bakal selesai, apalagi diserahkan ke padepokan habul Jati Kumoro di Sarkem, bisa-bisa bukan Ahok atau Habib Rizieq jadi gubernur, malah Nurul Arifin bom seks era 90an sebagai gubernur dan Miyabi bom seks era 2000an sebagai wagubnya. Tambah kacau kan?
Mending serahkan saja tim kerja yang membahas permasalahan ini ke Pakde Kartono dan teman-teman Pejatennya yang selalu punya solusi luar biasa atas berbagai masalah di Indonesia. Pakde dan teman-temannya yang sepuh-sepuh pasti sudah banyak makan asam garam kehidupan, sudah mengenal banyak gadis kinyis-kinyis dan matang manggis, sehingga bisa bersikap arif dan bijaksana seperti halnya SBY.
Semua masalah kan sebenarnya bisa diselesaikan dengan 2 cara, mau cara baik-baik misal musyawarah mufakat, atau cara-cara ekstrim, misal di masalah Ahok, bikin gubernur tandingan atau bubarkan FPI. Kalo cara baik-baik ditempuh, hasilnya win-win solution, semua menang, gak ada yang merasa kalah, makanya medali emasnya harus banyak, karena semua dapat emas. Kalo cara ekstrim yang ditempuh, yang kuat yang menang dan jadi gubernur, yang lemah yang kalah, dan cuma dapat es krim.