Mohon tunggu...
Pakde Kartono
Pakde Kartono Mohon Tunggu... wiraswasta -

Sayang istri, sayang anak, makanya disayang Allah\r\n

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Guru Memalukan dan Malu-maluin

26 November 2014   06:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:49 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selamat hari guru 25 November 2014 Saya ucapkan kepada guru-guru baik se-Indonesia, semoga perjuangan kalian mengajar murid-murid dengan sepenuh hati dan sekuat tenaga, mendapat balasan setimpal, baik gaji yang layak di dunia, maupun pahala yang berlimpah sebagai bekal di surga nanti.

Kenapa harus ada kata "guru-guru baik" diucapan selamat yang saya sampaikan? Sebab di belahan dunia manapun, selain guru baik, juga ada guru yang tidak baik. Salah satu contohnya seperti 2 orang guru SD Jakarta Internasional School (JIS) yang melakukan pelecehan seksual kepada beberapa murid-murid SD JIS. Nah, untuk guru yang tidak baik, yang tidak menjadi suri teladan bagi murid-muridnya, Saya tidak mau mengucapkan selamat, apalagi memberikan Angpao.

Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Atas jasa-jasa pengabdian seorang guru, baik di pedesaan, perkotaan maupun di media sosial seperti Pakde Kartono yang punya beberapa "murid menulis" di kompasiana blog kita bersama ini, tidak pernah ada tanda jasa atau penghargaan yang diberikan. Sebagai contoh sederhana, Pakde Kartono, yang didampuk sebagai GURU menulis di kompasiana oleh beberapa kompasianer, antara lain ; Polie_tikus, Mas Wahyu, Ifani, Weedy Koshino, Fidiawati, Hanna Chandra, Dewi Pagi, Putu Djuanta, Ansara, Dahlia Yustina, Ahmad Ch, Anna Risnawati, Erenbeckam, Gatot Swandito, Elde dan Muhammad Armand, tidak pernah mendapat tanda jasa ataupun penghargaan apapun dari Kompasiana. LOL. Penghargaan tertinggi justru datang dari rekan-rekan kompasianer melalui beberapa testimoni di artikel atau di komentar suatu artikel, bahwa Pakde Kartono adalah sosok yang menginspirasi seseorang untuk berani menulis dengan baik dan benar dan tentunya dibaca banyak orang. Buat apa menulis jika yang baca hanya segelintir orang? Silakan diperdebatkan.

Walaupun guru adalah seorang pahlawan, karena tanpa tanda jasa, maka jika meninggal juga tidak dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP), tapi di Tempat Pemakaman Umum (TPU).

Pepatah lama mengatakan "Guru kencing berdiri, murid kencing berlari" Pepatah tersebut menurut Saya sudah tidak valid lagi, karena pepatah tersebut membatasi bahwa guru itu harus PRIA (yang kencingnya berdiri), dan tidak ada murid di belahan dunia manapun yang kencing berlari, yang ada itu murid yang kawin lari.

Entah siapa yang menciptakan pepatah lama yang dodol tersebut. Saya mencoba menebak-nebak, jika yang menciptakan pepatah tentang guru dan muris tersebut adalah seorang guru, maka ia adalah seorang guru yang memalukan, yang malu-maluin profesi mulia guru.

Akhir kata, karena guru adalah profesi yang mulia, yang menjadi panutan dan suri teladan di sekolah dan di lingkungan tempat tinggal, hendaknya siapapun yang berprofesi sebagai guru, baik guru biasa, guru plus maupun guru plus-plus seperti tulisan saya beberapa waktu lalu, hendaknya menjaga lisan, tulisan, sikap dan perbuatan supaya tidak melakukan hal-hal yang malu-maluin dan memalukan profesi guru yang mulia.

Selamat malam Indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun