Jakarta banjir lagi. Saya denger tetangga rumah ngedumel sambil mencoba menyalakan mesin mobilnya yang mogok akibat terendam air banjir di wilayah Grogol saat akan menjemput anak angkatnya di sebuah kampus di Jalan Kyai Tapa, yang akan diangkat-angkat di apartment Taman Anggrek selasa kemarin.
Tetangga tersebut, sebut saja namanya Mandra, mengatakan "Gimana sih ini, Jokowi sudah jadi presiden, Ahok sudah jadi gubernur, koq Jakarta tetap banjir? Pada banyak janji aja waktu kampanye, setelah kepilih kondisi sama aja, malah makin parah macet dan banjirnya jika dibanding jaman gubernurnya masih Henk Ngantung dan Ali Sadikin. Dasar biang kerok."
Saya yang mendengar ngedumelnya tetangga jadi ketawa ngakak wkwkwk, bandingin Jokowi dan Ahok koq dengan jaman Henk Ngantung dan Ali Sadikin, ini kan gak apple to apple, tapi apple to mango, gak nyambung binggo.
Saya jadi teringat pernyataan Ahok di balaikota pada tanggal 3 Januari 2014 silam, saat menanggapi banjir di Kampung Pulo yang menurut TV One mencapai 7 meter, yang mengatakan "Kampung Pulo pasti akan banjir SAMPAI KIAMAT karena warga tinggal di bantaran sungai (Ciliwung). Problemnya sama di semua tempat di Jakarta. Yang banjir kan pinggir kali semua. Jadi bukan air cari rumah. Rumah mencari air."
Dari pernyataan Ahok setahun lalu di atas, untuk banjir Kampung Pulo saja, Ahok sudah memprediksi SAMPAI KIAMAT gak akan teratasi. Lah ini, kiamat belum datang, wilayah Jakarta lainnya selain Kampung Pulo (yang berada di bantaran sungai), juga terkena banjir parah dan berhari-hari tidak surut, khususnya daerah Jakarta Utara dan Jakarta Barat.
[caption id="attachment_396330" align="aligncenter" width="300" caption="Foto dari bbm Sonny"][/caption]
Kalo sebagai pemimpin di DKI Jakarta saja Ahok sudah nyerah mengatasi banjir, dengan mengatakan SAMPAI KIAMAT, sebagai warga DKI Jakarta saya hanya bisa pasrah terhadap banjir. Mau apa lagi. Saya berdoa supaya banjir di Jakarta gak makin tinggi aja, jangan sampai mencapai tinggi apartemen saya di Kuningan di lantai 28.
Saya mencoba menganalisis mengapa banjir di Jakarta setiap tahun selalu datang, dan banjirnya makin lama makin tinggi. Jaman Sutiyoso jadi gubernur, banjir hanya semata kaki, paling tinggi sebetis orang dewasa, makanya saat banjir melanda, pria-pria pada senang karena melihat mbak-mbak office pulang kantor sambil angkat rok setinggi paha biar rok-nya gak kena air banjir. Ternyata banyak paha mba-mba office yang mulus-mulus yah. LOL.
[caption id="attachment_396331" align="aligncenter" width="300" caption="Foto dari setianews.com"]
Saat Jaman Jokowi dan Ahok, banjir sudah mencapai paha, dada, dan leher orang dewasa, di beberapa tempat seperti di Kampung Pulo malah mencapai 7 meter.
Ini hasil analisis saya mengapa banjir di Jakarta makin tinggi dan makin meluas ;