Mohon tunggu...
PAK DHE SAKIMUN
PAK DHE SAKIMUN Mohon Tunggu... pensiunan penjaga sekolah -

Sedang menapaki sisa usia. Mencari teman canda di dunia maya. Hobi apa saja termasuk membaca dan (belajar) menulis. Bagi saya belajar itu tak berbatas usia. Menuntut ilmu dari ayunan hingga liang lahad. Motto : Seribu orang teman sangat sedikit, dan satu orang musuh terlalu banyak.

Selanjutnya

Tutup

Humor

Substantif

26 Agustus 2014   03:14 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:34 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Sebetulnya tulisan ini sambungan dari tulisan sebelumnya yang berjudul KONSTITUSIONAL. Makanya untuk membaca tulisan ini sebaiknya—bagi yang belum membaca bagian pertama—membaca terlebih dahulu yang bagian pertama. Sebab nanti tidak tahu ujung pangkalnya. Saya bukan memaksa, itu bukan watak saya yang suka memaksakan kehendak. Terserah Anda, mau baca langsung tulisan ini, ya silakan. Mau membaca yang bagian pertama dulu, itu lebih baik. Atau tidak sudi membaca ke dua-duanya, aku rapopo. Tapi ingat menyesal kemudian tak ada gunanya. Dan bila terjadi sesuatu pada diri Anda, saya tidak tanggung jawab. Hehehehe...

-----

Pulang dari kondangan di rumah Pak Lurah, Mas Pain Saptaman, eh Mas PS, saya ajak ke rumah. Ada sesuatu yang perlu saya tanyakan. Sebab, Mas PS kayaknya tidak melakukan salah satu tahapan tertentu atau kewajiban sebagai tamu undangan.

“Mas Pain, tadi saya melihat dari luar tarub, Mas Pain kok kayaknya nggak memasukkan amplop ke kotak sumbangan, atau nggak salaman sama Pak Lurah. Itu artinya Mas Pain nggak nyumbang, cuma makan doang di rumah Pak Lurah” tegur saya setelah tiba dirumah pada Mas PS.

“Hahaha....lagi-lagi Pak Dhe menunjukkan kebodohannya, buta huruf, nggak bisa baca!!” bantah Mas PS.

“Lho kok buta huruf gimana, kalo buta huruf saya nggak bisa nulis ini, Mas!” sangkal saya.

“Pak Dhe datang ke pesta Pak Lurah dapat undangan apa nggak?” Mas PS ganti tanya pada saya.

“Ya dapat, seperti kamu, kan menerima undangannya bareng jawab saya.

“Ada dibaca apa nggak kertas undangan itu, Pak Dhe”sambung Mas PS.

“Ya dibaca”, jawab saya lagi.

“Apa bunyinya? Kan disitu Pak Lurah hanya mohon do’a restu atas pernikahan anaknya, apa ada disebut minta kado atau sumbangan uang, nggak ada to?”tegas Mas PS.

“#$#@XX?)*&^#@$!!” saya pun cuma ndlongop.

“Jadi, tadi memang setelah makan, saya langsung menemui kedua mempelai, dan membacakan do’a semogamenjadi keluarga yang sakinah mawadah warahmah, dan semoga cepat diparingi momongan, itu saja,itu yangsubstantiftandas Mas PS.

Substantif?”

“Ya, esensi dan substansinya kita datang ke pesta itu memberi do’a restu, bukan memberi uang sebagai sumbangan (dan ngisi perut, hehehe)”

“Jadi,tadi Mas PS memang betul-betul nggak nyumbang? kejar saya.

“ Hahahaha.....nyumbang nggak nyumbang itu nggak penting, nggak SUBSTANTIF

“Ya, wis sakkarepmu!!!”

-----

Masih bersambung ke bagian tiga dengan judulPANSUS

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun