Mohon tunggu...
PAK DHE SAKIMUN
PAK DHE SAKIMUN Mohon Tunggu... pensiunan penjaga sekolah -

Sedang menapaki sisa usia. Mencari teman canda di dunia maya. Hobi apa saja termasuk membaca dan (belajar) menulis. Bagi saya belajar itu tak berbatas usia. Menuntut ilmu dari ayunan hingga liang lahad. Motto : Seribu orang teman sangat sedikit, dan satu orang musuh terlalu banyak.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Stop Tawuran!!!

2 Oktober 2012   16:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:21 752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1349193646605231552

Salah satu keprihatinan kita terhadap dunia pendidikan adalah fenomena kebrutalan para siswa yang bukan saja tidak mencerminkan keterpelajarannya bahkan tidak mempunyai rasa perikemanusiaan. Memang hanya dilakukan oleh beberapa sekolah atau oknum siswa saja kita tidak bisa menggeneralisasi. Namun hal itu bukan mustahil akan menginspirasi siswa sekolah-sekolah lain.

Kekerasan yang dilakukan siswa dan melibatkan beberapa teman-temannya yang berujung pada tawuran yang menyebabkan hilangnya nyawa manusia, harus segera dihentikan.

Tidak perlu mencari kambing hitam dengan menyalahkan siapa-siapa, mari kita ikut andil dalam mencarikan solusi agar hal itu tidak berkelanjutan dan jatuh korban-korban berikutnya.

Saya sadar, apa sih yang bisa saya sumbangkan untuk ikut mengurai permasalahan tentang tawuran para siswa. Sedangkan kita semua tahu pakar-pakar pendidikan dan sosiolog juga para aparat saja kewalahan menghadapi kebrutalan siswa itu.

Namun kita harus optimis pasti ada jalan keluar meredam dan mengantisipasi keberingasan siswa tersebut jika kita semua peduli akan hal itu.

Ada peribahasa jawa ora wuwur, ora sembur, ora tutur. Lebih kurang terjemahannya tidak memberi , tidak menyembuhkan dan tidak ikut sumbang saran. Sukur kita bisa memberi sesuatu berupa materi, jika tidak bisa mungkin bisa menyembuhkan dan apabila ke dua-duanyapun tidak bisa mungkin tutur atau urun rembug pada sesuatu masalah yang perlu sama-sama dicarikan pemecahannya.

Nguyahi segara (mengasinkan lautan) atau melemparkan sebutir garam ditengah lautan, artinya sesuatu yang sia-sia tidak ada gunanya jika saya ikut urun rembug dalam permasalahan besar yang dihadapi khususnya dunia pendidikan saat ini. Namun bagi saya tak masalah apakah ada gunanya atau tidak, minimal setelah saya lontarkan wacana ini nanti tidak membebani pikiran saya lagi.

Desa kami pernah kewalahan menghadapi permasalahan kenakalan remaja, pernah saya paparkan pada tulisan saya lalu. Memang itu lingkupnya kecil hanya sebuah desa dan kenakalan itu hanya dilakukan oleh remaja-remaja setempat, pasti jauh berbeda dengan perilaku dan karakter remaja kota-kota besar. Namun demikian tak ada salahnya jika cara-cara yang pernah saya terapkan di desa itu untuk dicoba.

Maaf saya tidak bermaksud menggurui, mustahil orang tidak sekolah menggurui, ini sekadar usulan atau kalau boleh disebut wacana.

Caranya, setiap siswa terutama yang sering dan pernah terlibat melakukan tawuran diminta untuk membuat surat pernyataan.

Ini sekadar contoh saja, redaksi atau formatnya bisa dikembangkan :

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama Tempat, tanggal lahir Sekolah Kelas Alamat Walimurid

:...................... :...................... :...................... :...................... :...................... :......................

Dengan ini saya didepan mejelis guru dan disaksikan oleh orangtua saya menyatakan bahwa saya tidak akan membawa senjata tajam atau sesuatu guna melukai orang lain dan melakukan tawuran atau yang sejenisnya, apabila saya dikemudian hari ternyata melanggar pernyataan saya ini, saya bersedia diberi sanksi........................................................................................................*)

Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dalam keadaan sehat rohani maupun jasmani tanpa paksaan dari pihak manapun juga untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Saksi :

1.............................(ayah) : ...................

2.............................(ibu): ...................

..................................., 02 Oktober 2012 Yang membuat pernyataan,

...........................................

*) Kolom sanksi bukan pihak sekolah yang mengisi, tetapi yang memberi pernyataan yang mengisi. Siswa yang benar-benar tidak pernah (ingin) tawuran ia tidak takut mengisi kolom sanksi dengan sanksi yang berat, umpamanya bersedia dipecat dengan tidak hormat dari sekolah yang bersangkutan.

Surat pernyataan dibuat beberapa rangkap sesuai kebutuhan. Lembar asli untuk sekolah dan yang lainnya untuk kepolisian terdekat, bila perlu untuk kecamatan atau dinas pendidikan dan satu lembar untuk disimpan oleh orang tua siswa.

Setelah surat pernyataan itu dibuat dan ditandatangani oleh siswa yang bersangkutan juga ditandatangani orang tua siswa , siswa diharuskan membacanya satu persatu didepan majelis guru dan bila perlu dihadiri orang tua siswa.

Setiap tiga bulan sekali arsip surat pernyataan yang disimpan orang tua siswa dibawa ke sekolah untuk dibaca ulang oleh siswa agar benar-benar tertanam dalam memorinya. Itu andaikata siswa yang benar-benar ingin sekolah. Namun bagi siswa yang sekolah asal-asalan....”Ah persetan dengan surat-surat pernyataan mbelgedhes”.

Ini kan hanya teori, praktiknya?..... repoooottt.....ribeeeettttt........guru saja kewalahan kok. Kalau begitu ya terserah mau tawur mau perang sak karepmu........hehehe.

Ngethok driji landhesan dhengkul( memotong jari beralaskan lutut), artinyaperang melawan saudaranya sendiri, siapapun yang kalah kita tetap kehilangan.

*****

Selanjutnya, Stop Korupsi !!!

Solsel, 021012

Pak De Sakimun

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun