Mohon tunggu...
PAK DHE SAKIMUN
PAK DHE SAKIMUN Mohon Tunggu... pensiunan penjaga sekolah -

Sedang menapaki sisa usia. Mencari teman canda di dunia maya. Hobi apa saja termasuk membaca dan (belajar) menulis. Bagi saya belajar itu tak berbatas usia. Menuntut ilmu dari ayunan hingga liang lahad. Motto : Seribu orang teman sangat sedikit, dan satu orang musuh terlalu banyak.

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Si Belang Sang Pemburu Takhta #2

14 Juni 2014   04:05 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:49 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1402667975199500127

[caption id="attachment_311066" align="aligncenter" width="520" caption="Si Belang belajar bertelur. edit,prib"][/caption]

Si Belang Belajar Bertelur

Meskipun telah menjelajah hampir 80% pelosok belantara, karena merasa masih kurang pendukungnya untuk mulus ke takhta idaman, Si Belang pun melanjutkan petualangannya ke habitat manusia. Ia bersama capek (calon penasihat kerajaan) dan canggung (calon tumenggung)  masuk ke area peternakan. Peternakan sapi, kerbau, babi, kambing, ayam,  juga peternakan bebek tak luput dari “serbu”annya.

Di suatu pagi, di sebuah peternakan bebek petelur. Bebek-bebek sedang asyik menyosor dedak dicampur air sebagai makanan favoritnya. Tiba-tiba heboh, bebek-bebek beterbangan dengan suara gaduh, memberi isyarat kepada teman-temannya bahwa ada bahaya mengancam. Ada makhluk asing tinggi besar berkaki empat tanpa izin masuk ke pemukiman bebek-bebek.

“Weeekkk....wek..wek..weeek, teman-temaaaan...waspada....ada bahaya mengancam, cepaaat selamatkan diri masing-masing, cari tempat yang tinggi...cepaaat....mereka berombongan sudah masuk ke kandang.” teriak bebek-bebek saling mengingatkan pada teman-temannya.

“Hahaha....sabaarr....sabar, jangan lari bebek-bebek, mari saya bilangi. Saya bukan akan memangsamu. Saya justru ingin menyelamatkanmu dari manusia-manusia kejam itu” ujar Si Belang dengan suara  berat dan mantab agak serak kepada bebek-bebek yang ketakutan.

“Apa!? Karnivora (bukan karni ilyas) seperti kalian ingin menyelamatkan kami, bukankah biasanya kami dijadikan sebagai mangsa kalian?”

“Dulu ya, sekarang beda, sekarang saya bukan pemakan daging lagi.Makanya saya akan menyelamatkanmu” kata si Belang

“Apa? akan menyelamat kami? Apakah saya tidak salah dengar?” tanya bebek keheranan.

“Betul sekali, saya akan menyelamatkan kalian dari keserakahan manusia. Apakah kalian tidak merasa diperalat oleh manusia, bahkan ditindas dan dieksploitasi oleh manusia untuk diambil telur-telur kalian?” tandas Si Belang.

“Benar apa yang dikatakan oleh Tuan Belang ini, wahai bebek-bebek gebleg!” saut  Canggung dan Capek,  mendukung ajakan bosnya, Si Tuan Belang.

“Kalian akan membebaskan kami dari penindasan yang dilakukan manusia, mungkin bisa, meski kami masih meragukan. Namun, apakah Tuan tidak akan minta imbalan dari kami  sebagai balas budi kedermawanan Tuan?”, ujar bebek-bebek gemetaran masih agak ketakutan.

“Hmm tak usah dipikirkan tentang itu, niat saya tulus dari hati yang paling dualaaam sekali. Saya merasa miris, hati saya pedih bak disayat sembilu manakala melihat penindasan dimana-mana yang dilakukan oleh manusia-manusia kejam terhadap keluarga kalian itu, hiks..hiks..hiks” kata Si Belang sambil mengusap matanya yang tidak berair dengan tisu.

Mendengar ungkapan kata-kata yang sepertinya sebagai suara hati Si Belang dan melihat Si Belang mengelap sesuatu di matanya, akhirnya bebek-bebek itu pun terharu dan lantas memercayai kata-kata Si Belang yang dianggapnya tulus tanpa pamrih itu.

“Hanya satu permintaan saya, sebelum kalian benar-benar saya bebaskan dari cengkeraman manusia, kalian beserta sanak saudara kalian harus mendukung saya menjadi Raja Hutan menggantikan Raja Hutan tua yang tidak lama lagi akan lengser keprabon itu”, tegas Si Belang kepada bebek-bebek yang semakin kebingungan itu.

“Weeekk...wek...wek..wek..kweekk..wek..kwek...kwek....crot”, suara gaduh bebek-bebek yang sekali-kali diselingi suara buang kotoran, membahas permintaan dukungan Si Belang bersama teman sesama bebek.

Setelah bebek-bebek bermusyawarah sesama temannya, didapatlah suatu kesepakatan. Bebek-bebek siap mendukung Si Belang menjadi Raja Wana Gung Liwang Liwung dengan mengajukan tiga syarat. Bila Si Belang sanggup memenuhi tiga permintaan bebek-bebek dan menanda tangani surat pernyataannya, maka bebek-bebek bersedia mendukung Si Belang.

“Apa? Ada tiga syarat?” celetuk Si Belang, meskipun agak terperanjat, namun Si Belang bisa menyembunyikan keterkagetannya, itulah salah satu keahliannya, bersandiwara.

Betul, ada tiga syarat yang harus Tuan penuhi, jika Tuan sanggup, kamipun siap mendukung Tuan” sambung  bebek.

“Coba sebutkan apa saja tiga syarat itu” tantang Si Belang.

“Pertama, Tuan harus bisa dan mau berenang, dan sesekali harus bisa terbang seperti kami. Kedua, Tuan harus bisa bersuara persis suara kami....wek..wek..wek..wek. Dan yang ketiga, tuan harus bisa bertelur seperti kami, sanggup!?” tantang balik bebek-bebek.

“Hhhhh.....Sanggguuuuppp......” teriak Si Belang, Canggung, Capek dan rombongannya spontan dan serempak, tanpa berpikir.

Setelah sepakat, Si Belang beserta rombongan meninggalkan peternakan bebek petelur itu untuk kembali ke hutan. Setibanya di hutan Si Belang pun mulai berlatih menirukan suara bebek. Jadual rutinnya, pagi latihan berenang, ini tidak sulit, pasalanya Si Belang saat muda pernah berenang. Siang  memanjat pohon atau mencari tempat yang tinggi untuk latihan terbang. Meskipun sudah berkali-kali terkilir bahkan tulang kakinya pernah patah, tetap saja Si Belang tidak kapok. Dicoba, dicoba dan dicoba terjun dari batang pohon sambil mengepak-ngepakkan kaki depannya  yang dijadikan seolah-olah seperti sayap.

Yang paling sulit dipenuhi oleh Si Belang satu dari tiga tantangan bebek-bebek itu, adalah bertelur. Si Belang memang terkenal dengan kegigihannya. Dan mulai saat ini Si Belang setiap malam giat latihan bertelur.

Apakah berhasil Si Belang bertelur bagaikan bebek-bebek betina itu, tunggu episode selanjutnya.

Bersambung.....

---------------

Si Belang Sang Pemburu Takhta #1

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun