Mohon tunggu...
PAK DHE SAKIMUN
PAK DHE SAKIMUN Mohon Tunggu... pensiunan penjaga sekolah -

Sedang menapaki sisa usia. Mencari teman canda di dunia maya. Hobi apa saja termasuk membaca dan (belajar) menulis. Bagi saya belajar itu tak berbatas usia. Menuntut ilmu dari ayunan hingga liang lahad. Motto : Seribu orang teman sangat sedikit, dan satu orang musuh terlalu banyak.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Rindu Kepak Sayap Jatayu

11 Maret 2013   07:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:59 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13629881221127796388

[caption id="attachment_231935" align="aligncenter" width="640" caption="dok.pri"][/caption]

Rindu Kepak Sayap Jatayu

Teriakan cadas dari mulut-mulut buas wajah-wajah beringas semakin ganas golok ditangan siap menebas rawe-rawe rantas malang-malang libas rintang-rintang gilas kawan-lawan tindas nafsu hewani ‘lah menguasai tanpa belas apakah nurani telah meranggas?

Koar-koarkasar terlontar bibir bergetar dari wajah sangar harimau lapar siap mencakar molotovditangan berkobar-kobar rumah-rumah dibakar siapamenghalang, hajar tak hirau meski norma dilanggar ‘kan kembalikah kita ke jaman bar-bar?

Yel-yel perlawanan dikumandangkan memompa semangat permusuhan penuh kebencian suasana mencekam mengerikan tombak lading siaga ditangan hanya ada satu tujuan, membunuh dan membinasakan tak peduli tetangga ataupun teman lain kampung apalagi beda kecamatan siapa menghadangsiap terima hunjaman tak secuilpun punya rasa kemanusiaan kenapa mereka sampai hilang ingatan? apakah sedang kesetanan?! Pekik sorak serak berdahak memekak tangan dipinggang berkacak congkak wajah mendongak gigi gemeretak menantang perang berlagak bagak menenteng tombak tak terkecuali kapak kecepekpun siap menyalak apa sih yang terlintas didalam benak apa yang kau rasakan ketika saudara-saudaramutergeletak rumahpun musnah luluh lantak mengapa didih darahmu selalu menggelegak? bisakah jeda ‘tuk merenung sejenak?

Wahai saudara-saudaraku yang “manis” mari sebentar kita tepis pikiran-pikiran egois kita dengarkan rintihan anak dan para perempuan yang menangis jeritan ibu-ibu yang sangat histeris melihattempatnya bernaung terbakar habis yang mereka kumpulkan bertahun-tahun dengan mengais terkadang anggota keluarganyapun dibantai dengan bengis miriiiiiiss katanya kita bangsa yang relijius agamis dan humanis tetapi mengapa menjadi antagonis tindakannya semakin brutal dan anarkis bukankah kita menolak jika dikatakan seperti iblis? ironis !

mungkin kita terpinggirkan secara ekonomi dalam hukumpun sering terdzolimi batin kita berontak ingin melepas gari-gari belenggu kemiskinan yang menghimpit tiada henti namun, apakah tiada cara yang lebih manusiawi? selain berbuat kerusuhan dan anarki?

Kasihan, mereka yang belum tentu bersalah dijadikan sasaran emosi amarah binal yang tak terkendali yang dibumbui dengan isu-isu penuh provokasi janganlah mereka dibasmi ‘tuk dihabisi mereka itu juga putra pertiwi mari kita introspeksi diri bisakah kita berempati, peduli ataupun simpati? bangkitkan kembali nilai-nilai insani janganlah bertindak main hakim sendiri serahkan pada hukum yang berlaku dinegeri ini meskipun mungkin tak bisa memuaskan semua hati dan terakhir pasrah pada Illahi

Kemanakah kau terbang Jatayuku segera kembalilah Rajawaliku kami rindu semilir sang bayu dari kepak sayapmu... Garudaku!!!

*****

Solsel, 11-03-2013

Pak De Sakimun

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun