Disuatu tempat, di alun-alun yang sangat luas. Seseorang yang bertubuh kekar sedang menginspeksi barisan. Dengan gagah dan perkasa “nitih turangga”, dan menyapa tiap-tiap kepala rombongan sembari berkacak pinggang, menunjukkan bahwa dia seorang pemimpin yang tegas dan berwibawa.
Bowo : “He Darmo, kenapa kok kamu setia selalu mengikuti saya, bahkan sejak saya pamer kekuatan dulu. Dan hebatnya, sehingga kamu dipecat oleh bawahanmu sendiri, tapi kamu tetap setia padaku. Dan lebih hebat lagi sekarang bawahanmu serta seluruh anak buahmu mengikutimu untuk mendukungku, apa alasanmu!”
Darmo : “Sejak awal saya sudah bisa merasakan, bahwa kelak hanya ada satu orang yang bisa saya jadikan ‘pengayom’, yakni Pak Bowo dan semua bawahanku ikut meyakini itu, bahkan yang dulu akan memecat saya, kini mereka berbalik masuk dalam barisan kita”
Bowo : “Hahahahaha.....ternyata memang kamu benar-benar orang hebat Darmo. Sungguh, tidak salah Darmo, jika kamu dan anak buahmu mendukung aku. Orang hebat mendukung orang hebat. Tepat! “
Perjalanan dilanjutkan, dan menemui kepala rombongan ke dua.
Bowo : “Dayat, kamu dan anak buahmu sejak awal menyatakan akan mendukung aku, meskipun agak terlambat tapi akhirnya kamu beserta rombongan yang kamu pimpin menyatakan dukungan terhadap diriku, apa alasannya?”
Dayat : “Setelah melalui pertimbangan yang sangat matang, dan kontemplasi yang sangat dalam, memang hanya pada Pak Bowo dukungan kami saya tujukan”
Bowo : “Coba sebutkan argumentasimu”
Dayat : “Pertama, kenapa kami tidak mendukung Dodo, alasannya adalah sejak dulu memang kami tidak cocok. Dodo itu penipu, Dodo itu tidak amanah. Kedua, kami tidak suka jika anak buah Pak Bowo menjadi orang nomor satu di Jakarta, tapi kalau hanya wakil, tak apalah. Itu alasan kami mendukung Pak Bowo”
Bowo : “Tak salah pilih saya mencari teman. Orang ‘cerdas’ berteman dengan orang ‘cerdas’.....hahahaha”
Selanjutnya Pak Bowo menyapa barisan yang berseragam biru-biru.
Bowo : “Kamu Raja, apa alasanmu bergabung dengan rombongan kami”
Raja : “Saya mendapat mandat dari rombongan saya, terutama bos saya Pak Profesor, agar saya mendampingi Pak Bowo dengan menjadi wakil Bapak, bagaimana menurut Bapak”
Bowo : “Sssttt...jangan keras-keras ya, nanti didengar Darmo sama Dayat, ngambek nanti kalau mendengar ini. Hal itu sudah saya rancang jauh-jauh hari bersama Bos kamu Pak Profesor, yakni tentang Koalisi Indonesia Raya itu. Jadi siapa lagi kalau bukan kamu, Raja, yang pantas menjadi wakil saya.. Hebat memang Pak Profesor itu pemikir dan penggagas handal, dengan ide briliannya, Koalisi Indonesia Raya. Tapi simpan dulu rapat-rapat ya, kita tunggu pendeklarasiannya pada waktu yang tepat”
Raja : “Oke bos, aman tuh”
Pak Bowo pun menemui kepala rombongan yang wajahnya agak pucat, kuyu dan tubuhnya agak loyo.
Bowo : “He, Rijal, kenapa kamu kok balik mendukung kami, bukankah kamu bilang bahwa kamu cocok pada mereka, program dan visi-misinya sama, bahkan terakhir kamu sudah berrangkulan dengan Dodo di pasar Gembrong itu?”
Rijal : “Hehehehe.....Bapak, itu masa lalu Pak, nggak usah diungkit-ungkit lagi, yang penting saya sekarang sudah berada dipelukan Bapak”
Bowo : “Tapiiiii....., kamu tidak minta jadi wakil saya bukan?”
Rijal : “Ah, Pak Bowo ini, saya ini bukan tipe orang haus apa lagi gila jabatan. Tidak usah dipikir itu, yang penting bagaimana caranya Pak Bowo bisa menang di pilihan nanti, titik. Soal saya mau dikasih sesuatu oleh Pak Bowo, itu terserah Pak Bowo nanti, kalau memang ada pengertian. Saya pun terimakasih.”
Ada lagi barisan rombongan yang baru datang di lapangan sambil membawa alat-alat musik, dan Pak Bowo langsung menyapanya.
Bowo : “Lha kamu, Radang, ngapain mlipir-mlipir kemari”
Radang : “Ah, Pak Bowo ini kura-kura dalam kuali, pura-pura nggak ngerti. Saya kemari ingin mendukung Pak Bowo, suara pendukung kami dulu akan saya limpahkan kepada Pak Bowo”
Bowo : “Lho, kamu kan......”
Radang : “Saya sudah putus dengan Imin si penipu itu, saya sudah nggak kenal lagi pada sipengkhianat itu. Makanya saya menyatakan dukungan saya pada Pak Bowo agar semakin kuat. Penggemar saya itu jutaan lho Pak, jangan anggap remeh.”
Bowo : “Ya, sudah ngumpul sana, itu banyak kawan-kawan yang senasip dengan kamu. Ada Darmo, Dayat, Raja dan ditambah kamu Radang. Kekuatan kita semakin hebat, karena didukung orang-orang ‘hebat’. Yang penting menangkan dulu pesta ini, soal ‘kue’, gampang itu, sudah saya pikir. Mana ada, pesta tanpa ‘kue’.”
Puuuuullll.....ngumpul.....ngumpuuuuuuullll!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H