[caption id="attachment_326660" align="aligncenter" width="600" caption="Para "][/caption]
Masih ingatkah “tausiyah” bapak reformasi kita di Masjid Al-Azhar beberapa bulan lalu? Ketika itu, sang penggagas poros tengah itu memaparkan ide briliannya untuk melancarkan serangan terhadap kubu Jokowi-JK dengan menggunakan strategi perang yang dikenal sebagai “PERANG BADAR”. “Yang penting rebut dulu kemenangan, masalah pampasan perang bisa dibagi-bagi kemudian”, tegasnya dengan penuh rasa permusuhan.
"Alhamdulillah masa depan buat anak cucu sehingga Allah SWT menurunkan kemenangan yang besar karena berjuang dengan ikhlas menyambung nyawa secara total,"
“Sementara, di Perang Uhud umat muslim terpecah belah, kebanyakan dari mereka mementingkan duniawi semata. Perang bukan lagi memperjuangkan kebenaran dan keadilan tapi mengharapkan rampasan perang.”
“Untuk itu, dalam menghadapi pilpres mendatang, umat Islam harus ikhlas dalam berjuang, dan jangan bergabung dengan partai lain yang pertimbangannya hanya materiil, posisi, sampai politik "wani piro" dan lainnya.”
"Mari samakan pandangan, platform cita-cita kembalikan pembukuan UUD 1945, tawakal alallah, berjuang insya Allah Tuhan memberikan ma'unah dan barokahnya. Jadi, kaum muslimin jangan bermental Perang Uhud tapi Perang Badar." *)
*) Cuplikan Tausiyah(?) Bapak Profesor Doktor Haji Muhammad Amien Rais di Masjid Agung Al-Azhar pada peringatan Isra Mi’raj, Jakarta Selatan, Selasa 27 Mei 2014.
......
Tak ayal “tausiyah” yang makdsudnya untuk memompa semangat para kurawa itu banyak menuai kritikan dari berbagai kalangan. Sebagai rakyat kecil yang (sebenarnya) hanya dijadikan sebagai pion-pion catur politik, kami ikut merasakan betapa mengerikan membayangkan jika hal itu benar-benar dilaksanakan. Meskipun itu hanya istilah saja, namun aroma permusuhannya sangat kental sekali. Siapapun dia, jika berpihak pada Jokowi-JK akan diberangus bagaikan “Kafir Quraisy”, itulah semangat Perang Badar.
Ber ton-ton amunisi berhamburan ditujukan pada pihak Jokowi-JK. Mulai dari ejekan berupa; pantun asal santun, sajak seekor ikan, dan puisi air mata buaya; hinaan, capres boneka, mencla-mencle, dan antek asing; hingga fitnahan berbau SARA, cina, komunis dan kafir . Namun, faktanya Allah SWT justru berpihak pada Jokowi-JK meski bukan “titisan”Nya. Akhirnya mayoritas rakyat (pemilih) Indonesia memilih dipimpin sosok yang sederhana itu.
Selesai? Belum! Perjalanan masih panjang, ranjau sudah ditebar membentang di area perang, rintangan semakin beragam menghadang, KMP (Kelompok Manusia Pecundang) belum mengakui kekalahan, atau lebih tepatnya TAK SUDI MENGAKUI kemenangan Jokowi-JK . Buktinya, hingga saat ini masih melakukan serangan-serangan dengan trik-trik licik dan menjijikkan.
“Tak masalah kita kalah di eksekutif (presiden, wakil presiden dan menteri-menterinya) tapi kita harus kuasai parlemen dan kepala daerah (gubernur, walikota dan bupati)” itulah yang ada dibenak para elit politik yang haus dan rakus kekuasaan itu. Dan dari situlah UU MD3 dan UU Pilkada harus dimenangkan (Perang Badar Jilid 2). Usai menang di UU MD3 dan UU Pilkada, tinggal membagi-bagi “pampasan perang”. Sulit untuk tidak dikatakan ini sebagai bentuk balas dendam terhadap kemenangan Jokowi-JK. KMP = Kita harus Menguasai Parlemen.
PAMPASAN PERANG
Setelah berjaya pada rapat paripurna yang meng-golkan UU MD3 dan RUU Pilkada—meski masih menjadi perdebatan—mereka (KMP) sudah mulai menghitung-hitung dan membagi-bagi kekuasaan di parlemen. Semua pimpinan—ketua, wakil ketua, dan alat kelengkapan DPR lainnya—akan disikat habis oleh KMP (Kelompok Manusia Predator). Konon untuk Ketua MPR, Golkar mengusung mantan isteri mantan capres Prabowo Subianto, Titiek Soeharto, Ketua DPR Fadel Muhammad atau Setya Novanto. Gerindra berhak mendapatkan 4 jatah pimpinan, sedangkan PAN 3 jatah pimpinan, dan PKS serta PPP berbagi 2 jatah pimpinan. Inilah yang disebut-sebut sebagai soliditas KMP, Kompak Menjadi Pecundang.
Mari kita ucapkan selamat dan sukses pada KMP atas “kemenangan”nya pada “Perang Badar” jilid 2 ini.
*****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H