Mohon tunggu...
PAK DHE SAKIMUN
PAK DHE SAKIMUN Mohon Tunggu... pensiunan penjaga sekolah -

Sedang menapaki sisa usia. Mencari teman canda di dunia maya. Hobi apa saja termasuk membaca dan (belajar) menulis. Bagi saya belajar itu tak berbatas usia. Menuntut ilmu dari ayunan hingga liang lahad. Motto : Seribu orang teman sangat sedikit, dan satu orang musuh terlalu banyak.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Korban Berjatuhan Gara-gara Kompasiana

9 September 2012   03:49 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:43 688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah membaca judul ini Anda yang merasa akan tertipu dengan judul, tak usah melanjutkan membaca. Juga bagi Anda yang sibuk tidak punya waktu, lewatkan tulisan ini daripada buang-buang waktu, sayang kan meskipun hanya memakan waktu beberapa menit membaca sesuatu yang tak ada manfaatnya sama sekali. Tetapi Anda jangan menyesal jika dikemudian hari ternyata ketinggalan berita penting. Hehehehe.

Bagaimana ?, mau melanjutkan membaca?, jika tidak mau melanjutkan membaca untuk apa saya teruskan menulis ini. Baiklah saya lanjutkan meneruskan paragraf ini hingga selesai, lantaran banyak yang usul agar saya melanjutkan tulisan ini.

Saya maklum jika Anda ragu akan hal apa yang akan saya sampaikan sesuai judul di atas. Apalagi banyak Kompasianer yang membaca tulisan saya sering “kapusan”. Bain Saptaman sering melontarkan komentar pada beberapa tulisan sayal “Pak De ngapusiiii”, teriaknya...hahaha. Dan saya pun maklum karena memang banyak penulis yang membuat judul-judul menipu atau bahkan terkadang berita bohong atau hoax, namun....tidak dengan judul tulisan saya ini. Semoga.

Kembali pada judul, yakni tentang banyaknya korban-korban jatuh gara-gara Kompasiana. Apa memang ada Korban yang berjatuhan?, jangan-jangan ini hanya fitnah, bagaimana mungkin bisa terjadi jatuh korban gara-gara Kompasiana dan bagaimana kronologinya?

Begini, bagi saya Kompasiana adalah wahana hiburan dan selain dapat berinteraksi dengan teman-teman di dunia maya, Kompasiana juga bisa dijadikan sarana belajar, seperti yang pernah saya tulis pada beberapa postingan saya terdahulu, namun berkompasiana bukanlah hal pokok atau utama, artinya berkompasiana adalah kegiatan sambilan atau selingan. Masih ada hal-hal lain yang lebih penting yakni seperti mencari nafkah, hal ini tidak boleh di nomorduakan setelah Kompasiana.

Mata pencaharian saya adalah bertani (kecil-kecilan) menanam kopi adabeberapa batang dan cokelat tidak lebih dari 50 batang. Jadi jika saya asyik dan sibuk di Kompasiana tanaman kopi dan cokelat saya itu menjadi terbengkalai tidak diurus atau dirawat dengan baik tentu hasilnya tidak optimal, jauh dari memuaskan. Pernah saya ditegur dan diingatkan oleh Mas Ukik “Pak De kebunnya kok nggak dirawat” tegur Mas Ukik setelah melihat foto kebun saya yang sudah membelukar kembali yang saya jadikan ilustrasi pada postingan tentang Yamaha dulu. Terimakasih Mas telah di ingatkan.

Benar apa yang dikatakan Mas Ukik karena saya sibuk berkompasiana ria, maka banyak tanaman kopi yang seharusnya diwiwili (membuang cabang-cabang liar) saya biarkan hingga tinggi sehingga mengakibatkan tanaman tidak produktif lagi. Juga buah-buah kopi yang sudah masakseharusnya sudah dipetik, itu saya biarkan sehingga banyak yang berguguran ke tanah.

Juga batang-batang cokelat yang seharusnya dikurangi cabang-cabangnya, hal itu saya biarkan tumbuh tinggi sehingga terlalu banyak dedaunan yang menghabiskan zat makanan untuk pertumbuhan buah. Alhasil pertumbuhan buahnya tidak maksimal dan banyak yang busuk muda. Dan buah yang seharusnya sudah masanya dipetik saya biarkan dimakan bajing atau tupai...hihihihihi.

Itulah korban-korban yang berjatuhan gara-gara asyik berkompasiana. Setelah kejadian itu apakah saya masih tetap mengabaikan tanaman-tanaman saya tumbuh tak terawat, atau akan mengabaikan Kompasiana?, yang pasti ke dua-duanya tetap akan saya rawat sebaik-baiknya. Lantas kapan waktunya berkompasiana? ya malam harilah, itupun jika ada pulsa dan jaringannya normal, siang ke ladang.

Mengapa tidak ditinggalkan saja Kompasiana, jika bisa mengakibatkan ladangnya jadi tak terurus? ya janganlah, sebab Kompasiana salah satu hiburan saya selain ladang, dan satu hal lagi di Kompasiana masih banyak calon-calon korban yang akan saya tipu dengan judul tulisan tulisan saya.....hahahaha.

Foto-foto dibawah ini membuktikan bahwa memang benar-benar terjadi korban yang berjatuhan.

1347161466179025570
1347161466179025570

1347161544758492459
1347161544758492459

13471616131061053899
13471616131061053899

1347161674781387567
1347161674781387567

1347161751296706890
1347161751296706890

1347161825436448034
1347161825436448034

13471618961362033220
13471618961362033220

Demikianlah semoga ada manfaatnya dan Anda tidak merasa tertipu. Dan tidak kapok membaca tulisan saya. Terimakasih telah membaca, bukan hanya judulnya saja....hahahaha.

Sol Sel, 090912

Pak De Sakimun

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun