[caption id="attachment_279179" align="aligncenter" width="577" caption="dok.pri"][/caption]
Coba kita ketik keyword “BAJINGAN” pada addressbar lantas kita klik enter. Dalam waktu 0,37 detik muncullah 1.670.000 kata BAJINGAN.
Atau ketikkan kata yang sama pada kotak pencarian di halaman Kompasiana, maka akan muncul 10 halaman yang masing-masing memuat 10 artikel yang ada kata “BAJINGAN”nya, dan ada kurang lebih 200.000 kata “bajingan” dalam waktu 0,20 detik.
Artinya apa, setelah Ahok melontarkan kata “Calon Bajingan” sebagai ekspresi ke marahan terhadap siswa yang melakukan pembajakan bus dan melakukan kerusuhan atau tawuran itu, banyak Kompasianer yang mempublish artikel dengan isi yang berkaitan dengan kata “bajingan” tersebut.
Ada yang mengecam Ahok, ada pula yang mendukung Ahok dan ada pula yang netral. Tidak memaki dan tidak mendukung pernyataan Ahok tersebut.
Sayapun ikutan latah menulis tentang “BAJINGAN”. Namun bukan sedang mengutuk atau mendukung lontaran Ahok tersebut. Saya hanya mempertanyakan, siapakah sebetulnya yang “BAJINGAN” itu?
Menurut saya justru Ahoklah yang “BAJINGAN” itu.
Ini argumentasinya :
BAJINGAN
BERANI. Keberanian Ahok tak perlu di ragukan lagi. Berani karena benar, itulah landasannya untuk berbuat. Berani menindak yang melanggar tata tertib atau undang-undang. Ahok berani melakukan apa saja demi perubahan Jakarta, tentunya secara konstitusional, bukan berani asal-asalan. Rawe-rawe rantas malang-malang putung . Tentunya konsekwensi dan resikonya sudah diperhitungkan Ahok. Ahok siap tidak dipilih kembali pada periode berikutnya, bahkan siap dilengserkan dari jabatan Wakil Gubernur DKI jika melanggar undang-undang. Adakah pejabat yang berani mempertaruhkan kedudukan atau jabatannya seperti Ahok?
ABDI. Seperti juga Gubernur DKI Joko Widodo, Ahok menganggap jabatan Gubernur atau Wakil Gubernur itu sebuah amanah atau pengabdian, bukan anugerah atau suatu kemewahan. Makanya Jokowi maupun Ahok mau bekerja keras melayani masyarakat dengan tulus, bukan malah sebaliknya minta dilayani oleh masyarakat. Jokowi Ahok merupakan pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur yang sangat harmonis dan bersinergi dalam melayani masyarakat dan mengabdi pada negara.
JUJUR. Dari ekspresi wajah dan bicaranya, kelihatan bahwa Ahok itu orang yang jujur. Sejak menjadi anggota DPR hingga menjadi Bupati belum pernah terdengar bahwa Ahok terlibat kasus-kasus korupsi dan sejenisnya. Kini menjadi wakil Gubernur DKI Jakarta Ahok semakin terlihat kejujurannya. Program-program dan kebijakannya dipublikasikan secara transparan publik dipersilakan menilai bahkan mengkritiknya. Seluruh aktivitasnya yang berkaitan dengan jabatannya direkam bahkan di upload di youtube. Siapapun bisa menyimak dan bisa dijadikan sebagai bahan evaluasi.
INTELEKTUAL. Selain tegas, bernas, lugas, Ahok juga cerdas. Ahok seorang intelektual. Ketika kebijakan atau program –programnya ditentang oleh lawan-lawan politiknya yang kekanak-kanakan. Ahok menepisnya dengan cara cerdas dan intelek. Ahok selalu berpijak pada undang-undang, konstitusional.
NATURAL. Apa adanya, Ahok memang kalau berbicara ceplas ceplos. Itulah Ahok, berbicara apa adanya, tidak basa-basi, tidak ada pencitraan. Semua yang dibicarakan dan dilakukan itu adalah natural alamiah. Ahok adalah Ahok tidak bisa disamakan dengan orang lain.
GIGIH. Kegigihan Ahok dan Jokowi untuk membenahi Jakarta terkadang overdosis. Dan sudah pasti mengundang pro kontra. Apalagi Ahok jika menerapkan peraturan tidak pandang bulu. Jangankan pejabat bawahannya, warga biasa saja jika melanggar peraturan wajib diberi sanksi. Itulah bukti gigih dan tegasnya Ahok demi kebaikan bersama.
ADMINISTRATOR. Ahok sebagai Wakil Gubernur layak disebut juga sebagai Administrator. Administrator adalah seseorang yang mempunyai kemampuan memerintah dengan sangat baik. Dan pemimpin dibidang pelaksanaan peraturan dan administrasi, prosedur dan kebijakan. Sangat beruntung Jakarta memiliki “Administrator” Ahok.
NASIONALIS. Meskipun Ahok beretnis Cina, namum rasa memiliki (melu handarbeni) terhadap negara dan bangsa patut dijadikan contoh. Para pejabat penghianat dan penggerogot uang negara, bercermin dan belajarlah pada kenasionalisannya Ahok.
Ahok bukan calon, tapi memang “BAJINGAN” sejati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H