104. Pak De Sakimun PAUSE
Setelah memasuki bulan ramadhan Ibu-ibu yang mempunyai anak kecil dan ingin mengikuti ibadah shalat tarawih sedangkan dirumah tidak ada yang menunggu anaknya, mereka terpaksa membawa anak-anaknya ke dalam masjid.Merekapun menyadari bahwa mereka membawa anak-anak makanya mengambil tempat duduk dipinggir, agar tidak mengganggu jamaah yang lain. Sambil mengikuti shalat tarawih ibu-ibu menidurkan anaknya disebelahnya.
Setelah selesai shalat witir sebelum membaca do’a Imam biasanya membaca tahlil “Laa Ilaa haillalloh” 100 kali. Kami mengikuti bacaan itu dengan menyentuh ruas-ruas jari sebagi pengganti tasbih. Setiap jari (termasuk ibu jari) kita anggap sebagai tiga hitungan. Jadi, jari kiri dan kanan jika sudah tersentuh semua berarti hitungannya 30, pada putaran ke tiga hitungan sudah mencapai 90 tinggal menambah hitungan tiga jari ditambah satu ruas cukuplah 100 hitungan (matematis, ya). Namun terkadang memang berbeda-beda. Ada yang hanya 66 hitungan, ada juga yang 99 bahkan ada yang lebih 100. Sebagai tanda hitungan selesai biasanya Imam memberi isarat dengan satu kali tepukan tangan. “Plok !”
Pada suatu malam, setelah shalat witir sebagaimana biasanyasebelum membaca do’a Imam membaca tahlil “Laa Ila ha illalloh” diikuti oleh makmum dengan semangat namun tetap khidmat karena dilakukan dengan khusuk. Meskipun ada yang sambil melirik kanan kiri, tetapi pada umumnya dengan menundukkan kepala sembari geleng kepala kanan kiri mengikuti irama.
Sayapun menunduk sambil menyentuh ruas-ruas jari ikut menghitung “Laa ilaha illalloh, Laa ilaha illalloh” Namun aneh, baru hitungan ke 15 ada isarat “Plok !”, semua jamaahpun berhenti, sepi sejenak, sayapun ikut berhenti sambil clingak clinguk menelisik apa yang terjadi. Lebih aneh lagi ternyata imam masih semangat membaca tahlil sambil menoleh kebelakang, kami saling memberi isarat pada sesama jamah bahwa bacaan tahlil belum selesai, lantas kami kembali mengikuti Imam membaca tahlil yang sempat terhenti tadi hingga Imam memberi isarat tepukan “Pluook” agak keras dari tepukan sebelumnya tanda bacaan benar-benar selesai.
Biasanya sebelum ndarus (tadarus) kami ngobrol-ngobrol sejenak sambil menikmati jaburan (sneak) yang dibawa oleh ibu-ibu.
Dan Imampun tiba-tiba nyeletuk :
“ Siapa tadi yang main-main, ini ibadah lho jangan buat bercanda, ke masjid nyari pahala malah dapat dosa”
“Siapa yang main-main Pak”
“Itu tadi yang main-main tepuk tangan saat kita membaca tahlil tadi”
“ Ohh...itu tadi bukan main-main Pak, tapi Yu Painem menepuk nyamuk yang mau menggigit anaknya”
“Hahahaha” kamipun ger ger-an, gara-gara nyamuk tahlil jadi ter PAUSE.
“PLOK”
----------------------------------------
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa
-----------------------------------------
Ingin baca yang lebih licu-lucu disini
Dan bergabunglah disini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H