Mohon tunggu...
PAK DHE SAKIMUN
PAK DHE SAKIMUN Mohon Tunggu... pensiunan penjaga sekolah -

Sedang menapaki sisa usia. Mencari teman canda di dunia maya. Hobi apa saja termasuk membaca dan (belajar) menulis. Bagi saya belajar itu tak berbatas usia. Menuntut ilmu dari ayunan hingga liang lahad. Motto : Seribu orang teman sangat sedikit, dan satu orang musuh terlalu banyak.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Semangatnya Tidak Sekeropos Gamelannya

24 November 2016   12:53 Diperbarui: 25 November 2016   20:07 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seperti judul dan ilustrasi di bawah, meskipun usianya mulai merambat ke 8 dekade, Bapak Ngasiman semangat untuk menggugah kembali budaya nusantara yang mengalami hibernasi selama puluhan tahun. Dalam hal ini adalah seni Jaran Kepang atau Kuda Kepang atau (ada yang menyebut) Kuda Lumping di Korong Suka Mananti, Jorong Bukik Malintang Barat, Nagari Lubuk Gadang, Kecamatan Sangir, Kabupaten Solok Selatan, Provinsi Sumatera Barat. Masih kurang lengkap juga alamatnya?

Koleksi pribadi
Koleksi pribadi
Bapak Ngasiman berusia 74 tahun, dulu pernah menjadi pengurus atau anggota kesenian kuda kepang. Setelah berpuluh tahun tertimbun oleh maraknya budaya manca dan terbenam oleh kesibukan ekonomi. Kini syahwat budaya kembali bangkit. Terlebih lagi kedua menantunya Wardi dan Sutrisno adalah penggemar dan sekaligus penari kuda kepang. Akan tetapi kedua menantunya itu ikut kelompok lain bukan grupnya sendiri. Nah oleh sebab inilah Bapak Ngasiman tersulut semangatnya ingin menghidupkan kembali seni kuda kepang.

Koleksi pribadi
Koleksi pribadi
Dan kemudian Bapak Ngasiman beserta kedua menantunya menemui tokoh-tokoh masyarakat terutama pecinta budaya yang pernah saya ceritakan sebelumnya pada artikel sebelum ini.

Koleksi pribadi
Koleksi pribadi
Koleksi pribadi
Koleksi pribadi
Setelah berbincang-bincang mereka sepakat untuk mendirikan (menghidupkan kembali) seni kuda kepang. Namun harus dimulai dari nol lagi, masalahnya gamelan dan properti lainnya belum ada.

Di Jorong (Desa) Bangun Rejo ada grup kuda kepang yang sudah lama bangkrut mau meminjamkan gamelan, jaran dan barongan. “Saya pinjami, boleh dipakai selamanya, pokoknya dirawat  dengan baik, tetapi tidak boleh dijual,” ujar Pak Waji pemilik gamelan dan jaran kepang dari Bangun Rejo.

Alhasil gamelan, jaran dan barongan dibawa ke Dusun Suka Mananti Jorong Bukit Malintang Barat untuk dipinjam. Namun kondisi gamelan dan jarannya sangat menyedihkan. Tak hanya tak dirawat bahkan menurut Udik (Yudianto) gamelan beserta properti kuda kepang hanya diletakkan di tritisan (samping) rumah. Jadi sudah pasti kehujanan dan kepanasan, maka tidak salah jika gamelannya banyak yang berkarat dan keropos (seperti pada gambar ilustrasi) dan jarannya rapuh hancur.

Jaran pinjaman dari Bangun Rejo sudah tidak bisa dipakai lagi. Sedangkan gamelannya hanya demung, saron, kenong dan bonang yang masik layak digunakan, itupun harus dilaras (ditala) ulang terlebih dahulu karena banyak yang blero (fals) nadanya.

Namun demikian kami harus  berterimakasih atas pinjaman gamelan dari Bangun Rejo yang memicu semangat kami untuk membuat gamelan baru. Setelah berembug bersama kami sepakat mencari besi plat atau pipa untuk membuat dan menambah kekurangan wilahan (bilah) demung, slenthem, bonang dan gamelan lainnya.

Bersambung.....Impor Bahan Gamelan dari Negeri Belanda

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun