Mohon tunggu...
PAK DHE SAKIMUN
PAK DHE SAKIMUN Mohon Tunggu... pensiunan penjaga sekolah -

Sedang menapaki sisa usia. Mencari teman canda di dunia maya. Hobi apa saja termasuk membaca dan (belajar) menulis. Bagi saya belajar itu tak berbatas usia. Menuntut ilmu dari ayunan hingga liang lahad. Motto : Seribu orang teman sangat sedikit, dan satu orang musuh terlalu banyak.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Ahok Sang "Pengacau"

12 April 2016   06:55 Diperbarui: 12 April 2016   12:59 3328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Buku Ahok Untuk Indonesia - Dokumen Pribadi"][/caption]Saya baru yakin dan percaya bahwa Ahok itu betul-betul “pengacau”. Pasalnya, ke”kacauan” itu juga menimpa diri saya, makanya saya sangat yakin dan percaya sekali bahwa Ahok itu “pengacau”.

Sejak tulisan terakhir saya yang saya beri judul “Perempuan-perempuan Yang sering Keluar Masuk Penjara” melesat laksana kilat (dihapus Admin), saya berkeinginan istirahat dari Kompasiana. Tak hanya itu, bahkan saya bertekat rehat dari media sosial lainnya seperti Facebook dan Twiter (ngambeg.com). Paling tidak setahun, di tahun 2016 ini saya tidak akan beli paket internet.

Namun, kebulatan tekat saya itu dikacaukan oleh Ahok. Ibarat Begawan Mintaraga atau Ciptaning yang sedang bersemedi didalam goa digoda oleh Bidadari dari Kayangan. Bedanya, sang Begawan tahan terhadap godaan, sedangkan saya buyar (kacau)pada bulan ke empat. Hal itu gara-gara tergoda oleh Ahok.

Saya coba ketik kata AHOK pada kotak pencarian, muncul 24539 tulisan yang judulnya berisi kata AHOK. Memang sudah pasti yang benci Ahok isi tulisannya tentang kelemahan Ahok  antara lain tentang—seperti yang selalu dikoar-koarkan para pena(e)ntang Ahok pada Pilgub DKI 2017 nanti—karakter Ahok yang suka marah-marah. Sedangkan para ahoker isi tulisannya tentang keberhasilan atau prestasi Ahok selama menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.

Saya bukan warga Jakarta, tak mau ambil pusing—ngapain pusing-pusing ambil pusing, nggak diambil saja sering ngikutin si pusing itu—siapapun kelak yang akan menggantikan (mengalahkan) Ahok pada Pilgub DKI 2017. Terserah warga Jakarta mau pilih siapa. Apakah mau pilih seorang profesor dan ahli hukum yang diusung oleh partai-partai besar. Apakah mau pilih seorang pengusaha. Apakah mau pilih orang yang santun tapi korup, atau pilih yang pemarah tapi tegas dan jujur. Yang terakhir ini tak hanya Ahok, bisa siapa saja, siapapun bisa (pernah) marah.

Sejatinya mereka para pena(e)ntang Ahok itu motivasinya bukan hendak menjadi Gubernur DKI atau untuk membenahi Jakarta tapi menjegal Ahok. Bukan menantang tapi menentang Ahok agar tak berlanjut menjadi DKI 1 periode ke-dua. Pokoknya ABA (Asal Bukan Ahok).

Beberapa bulan lalu Partai Gerindra mengundang para kandidat (minus Ahok) yang akan mencalonkan diri bertarung pada Pilgub DKI 2017. Katanya sih silaturahim. Silaturahim apa menyusun strategi untuk mengeroyok Ahok? Sayangnya salah satu jagonya nungging sebelum bertanding.

Saya akui memang saya suka Ahok.  Ada beberapa tulisan saya tentang Ahok, diantaranya saya beri judul “Justru Ahok Yang Bajingan”, dan kebetulan tulisan saya itu ikut disertakan pada buku kolaborasi yang berjudul “Ahok Untuk Indonesia”. Waktu itu Ahok marah-marah kepada siswa yang  membuat kegaduhan dan kerusuhan dengan membajak bus sehingga Ahok bilang : “ Anak sekolah perangainya seperti itu, apa mau jadi bajingan?” Alhasil Ahok dibuli dan dihujat oleh banyak orang lantaran bilang calon bajingan kepada siswa.

Salahkah Ahok marah-marah seperti itu? Marah berbeda dengan pemarah. Marahnya Ahok bukan tanpa sebab, bukan asal marah. Dan para pena(e)ntang Ahok beruntung, karena punya amunisi untuk menyerang Ahok. Semua para pena(e)ntang Ahok senjata pamungkasnya “JANGAN PILIH PEMIMPIN PEMARAH”. Heeeee.....warga Jakarta pilihlah pemimpin yang RAMAH asal KORUP.

Ya sudah, saya bukan mau mendukung siapa-siapa karena saya berdomisili  di Sumatera, saya cuma kangen Kompasiana dan karena ‘semedi’ saya selama empat bulan ini dikacaukan oleh hiruk-pikuk tentang Ahok.      

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun