MR : “Saya juga sangat menyesal berat kenapa Pak Jokowi tidak hadir, padahal saya sudah siapkan bukan hanya smartphone tapi handycam dengan resolusi tinggi dan sangat peka, untuk mewancarai Pak Jokowi, agar kelak tidak dibilang mengarang lagi oleh pacar saya Said Didu.”
JK : “Wah rugi Pak Jokowi nggak hadir, saya hadir lho, wuiih disana banyak cewek-cewek yang.....ah rahasia, nggak saya sebutkan, nanti pada ngiri, cleguk”
AJ : “Saya salah satu penggemar Jokowi, meski bukan pendukung berat, saya nggak suka Jokowi menghadiri pesta calon napi. Sukur Jokowi ngga hadir, kalo hadir tak clurit dia pulang dari pesta”
LD : “Bagus Pak Jokowi tidak hadir, pasalnya saya dengar si Anu katanya juga akan hadir, wah bahaya itu, jangan-jangan nanti sepatunya nggak disemir saja dipermasalahkan”
GS : “Sebagai Ustadz, saya sangat menyesalkan kenapa Jokowi tidak hadir, itu berarti memutuskan tali silaturahim, dalam agama apapun itu tidak dibenarkan, na’uzubillahi minzalik”
BS : “Seharusnya Pak Jokowi hadir, setelah makan-makan, minum-minum, ngopi-ngopi, kongkow-kongkow sambil mendengarkan musik metal. Siapa tau setelah itu bisa dibantu minta tambahan saham 90%, lumayan kan”
PS : “Seharusnya Pak Jokowi hadirlah, cukup salaman saja sama SN sambil berbisik ”Kamu bisa lolos dari MKD, tapi ingat negara kita punya Polisi, Jaksa, KPK, dan Pondok Bambu masih kekurangan penghuni lho”
Demikianlah komentar dari pakar, pengamat, ahli hukum, haji, ustadz, writer, public speaker, trainner, manager dan er er yang lain, terutama Kompasianer.
Saya menjanjikan ada 512 pendapat, namun karena SN dipanggil MKD baru hari Senin, untuk melengkapi agar menjadi 512, maka yang 500 saya publish hari Selasa Legi tanggal 8 Desember 2015 pukul 06.12.51. Catat.
Dan diatas saya juga menjanjikan bahwa demi menjaga etika dan privasi, saya hanya menyebut inisialnya saja, inisialnya saja, sekali lagi iniiisialnya sajaaaa, paham?
Saya tidak akan menyebut misalnya :