Menanggapi berbagai penolakan dari berbagai kalangan, pengadaan Miss World 2013. Panitia lantas memutar otak untuk mencari pemecahan yang adil, atau istilahnya win win solution (sama-sama nggak mau ngalah). Lantaran kalau gagal diadakan Miss World 2013, panitia besar sekali menanggung kerugian. Bukan hanya persoalan kerugian materi, tapi harga diri. Maka salah satu jalan keluarnya adalah mengalihkan lokasi pemilihan dari tempat dimana banyak masyarakat atau ormas yang menolak Pemilihan Miss Kebaya, eh maksud saya Miss World 2013 itu.
Setelah diadakan observasi dan negosiasi di berbagai daerah dengan pejabat terkait, maka ditemukanlah lokasi yang sangat cocok untuk diadakannya event internasional tahunan bergengsi itu, yakni di Kota Padang Aro Kabupaten Solok Selatan.
Namun, tak ayal banyak juga yang menolaknya dengan berbagai alasan dan argumentasi. Salah satu warga yang menolak adalah saya.
Mengapa saya menolak sesuatu yang bagi saya sebenarnya tidak ada untung ruginya itu?
Inilah beberapa alasan saya menolak  Kabupaten Solok Selatan dijadikan sebagai ajang miss-missan itu :
INFRASTRUKTUR DAN TRANSPORTASI
Pertama, Kabupaten Solok Selatan berada di kawasan pegunungan. Jalannya berliku-liku dan di kanan-kiri jalan banyak jurang dan tebing-tebing curam. Dan yang pasti belum ada bandara atau lapangan terbang. Memang ada lapangan, malah tepat disamping rumah saya, tapi itu lapangan bola untuk latihan bermain anak-anak.
Hotel atau aula yang kapasitasnya bisa menampung ribuan orang, tidak ada. Ada memang yang baru beberapa bulan ini di renovasi, bukan hotel atau gedung kesenian tapi Balai Desa. Bisa dibayangkan Balai Desa yang baru direnovasi dan dananya dari swadaya masyarakat itu bisa roboh jika dijadikan tempat event kelas dunia itu. Hehehehe.
LISTRIK
Kedua, nah ini yang saat ini menjadi kendala, di Solok Selatan khususnya dan di Sumatera Barat pada umumnya listrik sering mota-mati (byar-pet). Memang tidak setiap hariiiii......hidup...hehehe. Terkadang hidup 10 menit lalu mati 20 jam, hidup 0,5 hari mati 3 hari. Bayangkan ketika mereka sedang berlenggak lenggok memamerkan.....apanya ya tiba-tiba listrik padam, kan padha pating brengok(apa bahasa Indonesianya ya, berteriak-teriak).
TELEKOMUNIKASI
Ketiga, ini tidak kalah pentingnya dibandingkan sarana yang lain. Telekomunikasi ditempat kami Solok Selatan yang didominasi (bukan monopoli) oleh operator (ter)besar(?) yakni Telkomsel itu dua bulan ini sangat mengecewakan pelanggan. Terlebih lagi jika untuk browsing internet. Loadingnya...untuk membuka Dashboard Kompasiana saja setelah diklik lalu ditinggal buabes (cari di google artinya), setelah itu mandi, masih belum juga mau terbuka...dasar Kompasiana ndableg, eh maaf maksud saya Telkomsel yang nyebeli.
Katanya sudah 3G, tapi nyatanya omong kosong. Jangankan 3G, 2G saja sinyalnya lemot banget. Hih! Coba pikir, apa jadinya manakala para miss-miss itumenelpon atau mengadakan videoconferen kepada saudara dan rekan-rekan yang ada dinegaranya masing-masing, kan memalukan to.
Itulah alasan kenapa saya menolak Miss World 2013 diadakan di Solok Selatan. Jadi usulan saya boleh mengadakan helat akbar miss-missan itu jika infrastruktur, sarana transportasi dan telekomunikasi di benahi terlebih dahulu.
Yang paling penting adalah listrik dan telekomunikasi (selular), lainnya nggak masalah, kapan-kapan saja bisa.
Jadi mengenai Miss World itu tidak ada pengaruhnya sama sekali bagi saya. Diadakan, sayatidak mungkin akan nonton, tidak diadakan saya juga tidak akan panuan (kalo patheken itu punya Pak Harto, hehehe). Nggak ngeMiss World Yang penting jemari lancar berlenggak-lenggok di keyboard menuangkan ide di Microsoft Word.
-----
Salam lemot.
Catatan : Maaf teman-teman yang telah membaca dan memberi komentar pada beberapa tulisan saya belum saya balas, bulan depan akan saya rapel balasannya.... Maklum sedang sibuk ngurusin pembatalan Miss World itu. Hehehehehe.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H