Mohon tunggu...
PAK DHE SAKIMUN
PAK DHE SAKIMUN Mohon Tunggu... pensiunan penjaga sekolah -

Sedang menapaki sisa usia. Mencari teman canda di dunia maya. Hobi apa saja termasuk membaca dan (belajar) menulis. Bagi saya belajar itu tak berbatas usia. Menuntut ilmu dari ayunan hingga liang lahad. Motto : Seribu orang teman sangat sedikit, dan satu orang musuh terlalu banyak.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Bégal Bukan Bȇgal

28 Maret 2015   23:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:51 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_357869" align="aligncenter" width="600" caption="Begal tidaksama dengan begal"][/caption]

Yang masih ramai dibicarakan atau diberitakan di media masa (cetak maupun elektronik) salah satunya adalah BÉGAL (é taling bukan pȇpȇt).

Begal dari bahasa Jawa. Begal adalah seseorang yang meminta harta orang lain dengan paksa (biasanya) di jalan-jalan sepi. Baik berupa uang atau perhiasan berharga lainnya. Dan sekarang sudah meningkat ke spedamotor dan mobil yang menjadi incarannya. Kabarnya malah ada “begal” APBD (kalau ini sih sejak dahulukala, konon malah kebocoran karena ulah “begal” itu hingga 40%) dan “begal” demokrasi. Ya, “begal” memang sedang mewabah.

Saya pun sudah lebih sebulan ini kena “begal” sehingga tidak bisa aktif di Kompasiana. Jangankan untuk membuat tulisan, membaca dan mengomentari tulisan teman saja tidak bisa. Biasa, “begal” sinyal atau gangguan jaringan ditambah dengan listrik byar-pet-pet-peeeeeeeet, maklum  di daerah kami PLN sedang ada perbaikan.

Kembali ke tentang begal. Saya bukan guru bahasa apalagi pakar bahasa. Hanya, jika mendengar reporter atau terkadang pejabat publik yang diwawancarai oleh reporter TV mengucapkan kata yang kurang tepat kok rasanya kurang enak didengar, terlebih lagi yang berasal dari bahasa Jawa seperti begal, jegal dansebagainya. Yang seharusnya diucapkan dengan e taling dibaca dengan e pepet atau sebaliknya. Tulisan senada pernah saya tulis disini.

Maaf saya bukan menggurui, sekadar mengingatkan atau menghimbau terutama (beberapa) reporter atau pembaca berita di tv untuk lebih jeli jika mengucapkan kata-kata diantaranya yang saya sebut diatas. Untungnya kata begal (pepet) itu tidak ada artinya seperti kécap (sejenis bumbu masak dari kedelai) dengan kȇcap (menggerakkan mulut).

Memang ada beberapa kata yang sudah akrab ditelinga kita meskipun salah ucap dan itu biasanya akronim. Contoh, INPRES (Instruksi PRESiden), presiden menggunakan e pepet, namun ketika disingkat menjadi e taling. Kepala Sekolah (pepet) menjadi Kepsek (taling), dan masih banyak lagi.

Beberapa kata yang memakai é (taling):

Bégal, béda, béla, bégo, énak, hébat, jégal, lélang, léwat, mémang, sépak dll.

Yang menggunakan ȇ (pepet):

Bȇbal, bȇbat, bȇdah, bȇnak, hȇning, hȇntak, jȇlang, jȇlas, kȇnal, lȇlah, sȇpi dll.

Hati-hati, sudah banyak bemacam-macam begal, jangan ditambah lagi dengan “begal” bahasa.

Maaf sekali lagi saya bukan sedang menggurui, cuma njajal internet, bisa terkirim apa tidak tulisan ini. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun