Mohon tunggu...
PAK DHE SAKIMUN
PAK DHE SAKIMUN Mohon Tunggu... pensiunan penjaga sekolah -

Sedang menapaki sisa usia. Mencari teman canda di dunia maya. Hobi apa saja termasuk membaca dan (belajar) menulis. Bagi saya belajar itu tak berbatas usia. Menuntut ilmu dari ayunan hingga liang lahad. Motto : Seribu orang teman sangat sedikit, dan satu orang musuh terlalu banyak.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

"Perang Badar" Telah Memakan Korban

31 Mei 2014   13:03 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:54 1217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maaf Admin, tolong tulisan ini jangan dihapus, saya usahakan cukup 70 kata, atau mungkin lebih sedikit. Terimakasih.

-----

Perang Badar. Siapakah korban Perang Badar itu? Singkat saja, ini kisahnya. Saya salah satu member Kompasiana sejak 30 Juli 2011. Sebulan lagi akan berulang tahun yang ketiga. Kalau akunnya tak dibekukan tapi, hehehehe..... Semoga tidak. Selain aktif menulis (tidak seperti Pakde Kartono One Day One Posting) satu minggu satu tulisan, saya aktif membaca tulisan teman-teman Kompasianer. Saya juga sering membaca dan memberi komentar-komentar artikel-artikel di kompas.com.

Dari membaca berita di kompas.com (nah inilah awal “malapetaka” itu) itu saya menemukan berita yang mengerikan. Mengapa saya sebut mengerikan? Pasalnya, disitu diberitakan bahwa Bapak Amien Rais di Masjid Agung Al Azhar itu memberikan tausiyah, yang isinya, dalam memenangkan capres Prabowo-Hatta akan menerapkan strategi Perang Badar, seperti yang dilakukan Rasulullah ketika memerangi kaum kafir Quraisy pada tahun 2 hijriyah. Yang penting, kita menangkan dulu pertarungan (pilpres) ini , jangan membicarakan soal pampasan perang ujar Bapak Amien Rais, diantaranya.

Meskipun saya juga beragama Islam. Saya tidak sepakat, bahkan saya mengutuk keras atas orasi politik (tausiyah?) Bapak Amien Rais itu. Pasalnya, konteksnya itu tidak tepat. Tak hanya itu, tempatnya pun salah. Kalau di lapangan terbuka atau bukan ditempat ibadah, itu mungkin masih bisa diterima. Ini kan masalah politik, masalah perebutan kekuasaan, kenapa membawa-bawa (memperalat) agama?

Untuk menyuarakan penolakan saya atas ajakan Bapak Amien Rais kepada umat Islam dengan strategi Perang Badarnya itulah saya membuat sebuah tulisan yang saya beri judul “Perang Badar”.

Namun, saya akui nadanya terlalu emosional, dalam tulisan  tausiyah itu saya sebut sebagai   propaganda,  provokasi atau agitasi. Mungkin oleh Admin dianggap terlalu ekstrim, makanya tulisan saya yang berjudul “Perang Badar” itu “diamankan” oleh Admin. Hanya berusia 1 jam sebelum akhirnya almarhum.

Itulah yang saya maksud korban dari “Perang Badar”, tulisan saya yang menjadi korban. Untung akunnya tidak ikut jadi korban. Hehehehe, kasihan deh loe.

Sebagai penumpang gratis, saya memaklumi tindakan admin yang secara cepat menghapus tulisan saya itu, demi kenyamanan kita bersama.

Admin, saya mohon maaf atas tulisan saya yang terlalu emosional itu. Saya tidak akan mengulangi lagi hal itu. Dan saya sangat mengucapkan ribuan terimakasih pada Admin, karena akun saya tidak ikut langsung dibekukan.

Demikianlah, semoga “kegegabahan” saya ini bisa menjadi pelajaran kita bersama, terutama bagi saya pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun