Mohon tunggu...
PAK DHE SAKIMUN
PAK DHE SAKIMUN Mohon Tunggu... pensiunan penjaga sekolah -

Sedang menapaki sisa usia. Mencari teman canda di dunia maya. Hobi apa saja termasuk membaca dan (belajar) menulis. Bagi saya belajar itu tak berbatas usia. Menuntut ilmu dari ayunan hingga liang lahad. Motto : Seribu orang teman sangat sedikit, dan satu orang musuh terlalu banyak.

Selanjutnya

Tutup

Dongeng Artikel Utama

Si Belang Sang Pemburu Takhta

8 Juni 2014   01:39 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:46 1390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14021408621038198833

[caption id="attachment_310088" align="aligncenter" width="600" caption="Si Belang Sang Pemburu Takhta. ed.prib"][/caption]

Si Belang Sang Pemburu Takhta

Alkisah disebuah Kerajaan Wana gung liwang liwung. Sang  Raja Hutan sedang termenung memikirkan siapa yang layak menggantikan dirinya  duduk di singgasana yang sebentar lagi akan ditinggalkannya. Meski tidak rela takhta itu dilengserkan kepada penggantinya, namun karena terhalang oleh peraturan, maka beliau terpaksa harus lengser keprabon. Lebih khawatir lagi jika penggantinya kelak tidak sekualitas beliau. Itulah yang menjadi alasan kegalauan beliau.

*****

Disuatu tempat dibawah pohon rindang, Si Belang sedang berbincang hangat dengan sesama hewan buas lainnya. Membicarakan tentang siapa yang pantas dan layak menggantikan Sang Raja Hutan tua, yang tak lama lagi akan meyerahkan kursi gadhing dhampar kencananya itu.

“Bagaimana, kalau saya yang menjadi raja hutan, dan engkau sebagai patihujar si Beruang pada si Belang.

“Wah engkau itu bermimpi atau bagaimana Beruang, bukankah postur tubuhku lebih perkasa, lariku lebih kecang, dan terkamanku lebih mematikan.  Kamu tahu, kedudukan itu sudah saya incar berpuluh tahun yang lalu, serta banyak yang mengatakan akulah yang pantas menggantikan Raja Hutan tua yang sebentar lagi akan meninggalkan takhta itu, jika kamu setuju, kamulah yang menjadi patih dan saya rajanya!” tukas Si Belang tegas tanpa basa basi.

Si Beruang yang juga berambisi menjadi raja rimba, tersipu malu, tanpa ba bi bu meninggalkan Si Belang dan mencari penghuni rimba raya lainnya untuk dijadikan sebagai patihnya. Namun hingga pontang-panting kesana-kemari, tidak satupun hewan yang mau menjadi patihnya Si Beruang.

Beberapa saat kemudian, Si Beruang setelah mendapat penolakan dari berbagai pihak, akhirnya Si Beruang kembali menemui Si Belang, dengan maksud untuk menyerah dan menerima sebagai patihnya Si Belang.

“Apa?, mau menjadi patih saya, hahahahaha....terlambat kau Beruang, saya sudah punya calon patih. Lebih hebat dari kamu, karena bakal patih saya itu besan Sang Raja Hutan sekarang yang sedang berkuasa itu!” ejek Si Belang menjawab rengekan Si Beruang.

Akhirnya setelah berkontemplasi tiga-hari tiga malam tidak makan tidak tidur, Si Beruang mendapat  petunjuk agar meyerahkan diri kepada Si Belang. “Yang penting kamu bergabung dengan Si Belang, apapun jabatan yang akan diberikan oleh Si Belang kepadamu, terima dengan ikhlas itu petunjuk yang diterima oleh Si Belang, entah petunjuk dari siapa.

Si Beruang pun akhirnya kembali menemui Si Belang untuk pasrah bongkokan. Dan akan menerima jabatan apa saja yang diberikan padanya oleh Si Belang. Yang penting dapat jabatan.

“Baiklah, kalau begitu, apakah masih ada  jabatan yang agak bergengsi untuk kau berikan padaku, dan nanti akan saya bantu dana untuk memuluskan pencalonanmu”, rengek Si Beruang lagi untuk kesekian kalinya.

“Oke kamu akan saya jadikan sebagai tumenggung, tumenggung utama untuk memimpin para punggawa, mau?” timpal Si Belang dengan angkuh, seraya berkacak pinggang.

“Saya terima dengan tangan terbuka Tuan,  tawaranmu, untuk menjadi tumenggung utama”ujar Si Beruang pasrah dan memelas.

“Tapi, mulai hari ini kita harus aktif mencari dukungan ke seluruh penjuru belantara untuk menambah kekuatan kita” tegas Si Belang.

“Baik Tuan, kami siap melaksanakan sekuat tenaga dibantu anak buah saya ” jawab Si Beruang.

Si Belang dengan congkak dan sombong bersama Si Beruang dan rombongannya  menjelajah tiap jengkal belantara menemui hewan-hewan lainnya agar mau mendukungnya dengan diberi janji-janji yang muluk-muluk, bahkan terkadang tidak logis dan realistis. Tidak peduli, apakah itu sebangsa binatang melata, unggas, apalagi binatang pengerat tidak luput dari “serbuan” Si Belang bersama calon Tumenggung Utama  beserta rombongannya.

“Bagaimana  keluarga kami tidak punah, Tuan Belang, habitat kami terdesak oleh manusia, apakah Tuan Belang bisa membantu kami?” ratap Si Rusa kepada Si Belang beserta Si Beruang ketika mengunjungi pemukiman rusa-rusa kurus karena kelaparan.

“Hahahaha...bodoh kalian, hari begini masih ada bangsamu yang kelaparan. Sudah, jangan pikirkan itu, yang penting dukung saya menjadi Raja Hutan, kelak padang tandus ini akan saya jadikan sabana hijau yang maha luas, sehingga kalian dan keluarga kalian tidak akan pernah kelaparan lagi seumur hidup, paham!?”tegas Si Belang dengan nada tinggi.

“Ya, kami siap mendukung Tuan Belang menjadi Raja Hutan”jawab rusa-rusa itu seraya  manggut-manggut, meski meragukan janji Si Belang.

Perjalanan Si Belang dan Si Beruang sampailah pada sebuah gua yang dipenuhi berbagai macam binatang melata dan berbisa, yang sebelumnya memang sudah diberi tahu untuk berkumpul di sebuah gua tersebut menanti kehadiran Tuan Belang . Ada anakonda, kobra, sanca, derik, lipan, kala jengking, larantuka, marabunta dan binatang berbisa lainnya.

Dengan tekun hewan-hewan beracun mematikan itu mendengarkan orasi Tuan Belang sang orator ulung itu.

“Apa yang menjadi harapan kalian, apa yang menjadi keinginan kalian, segera  kemukakan sekarang, pasti akan saya penuhi”tantang Si Belang kepada rombongan binatang berbisa itu.

“Tuan, makanan alamiah kami, seperti tikus dan lain sebagainya itu musnah oleh racun yang ditebar manusia, apakah Tuan Belang bisa menolong kami agar makanan kami selalu tersedia?” pinta para binatang pemakan tikus itu.

“Hahaha...belum tahu kalian, siapa saya? Dikira saya tidak bisa memenuhi hal remeh temeh seperti  itu? Hahahaha....sudahlah, yang penting dukung saya, semuanya akan beres!!!” jawab Si Belang dengan ciri khasnya, tegas.

Disaat yang lain dan ditempat berbeda,  Si Belang kedatangan rombongan tikus-tikus yang ingin mendapatkan perlindungan karena merasa kehidupannya terancam.

“Tuan Belang, sepertinya hanya Tuan yang bisa melindungi kemusnahan kami. Populasi kami semakin habis. Tolong  Tuan pikirkan, tak hanya manusia yang membasmi keluarga kami, burung hantu dan ular pun ikut mempercepat kemusnahan keluarga kami, bisakah hal itu Tuan Belang membantu mencegahnya?”ratapan gerombolan tikus-tikus pada Si Belang.

“Tenang, saya sudah tahu apa yang kalian pikirkan. Untuk itulah saya beserta rombongan menyambut kedatangan  kalian, bahkan saya sudah mempersiapkan segala sesuatu untuk membantu kalian melenyapkan para predator pemangsa bangsa kalian, wahai tikus-tikus bodoh. Yang penting kalian dukung saya untuk menjadi Raja Hutan, sanggup!?” tantang Si Belang kepada gerombolan tikus-tikus, bertentangan dengan yang dibicarakan pada komunitas binatang melata.

“Baik Tuan Belang, akan kami kerahkan seluruh bala bantuan mendukung Tuan Belang menjadi Raja Hutan, dengan berbagai cara” jawab tikus-tikus itu serentak dan serempak.

Itulah ke”lihai”an Si Belang mencari dukungan di berbagai pelosok belantara. Tiap jengkal tak ada yang luput dari “serbu”annya. Di atas gunung, di dalam gua-gua, di liang-liang kecil, di tengah rerimbunan pohon-pohon, bahkan di lautan dan habitat buaya pun tak terlewatkan dari auman janji-janjinya. Semua diberi janji sesuai harapan dan permintaan, meski terkadang tidak logis dan tidak realistis. Yang penting mendapat dukungan mayoritas dan berhasil duduk sebagai Raja Hutan, soal tidak bisa terealisasi janji-janjinya itu, urusan ke tiga belas.

Bersambung.

------

Maaf, berhubung terlalu panjang, dongeng ini akan dilanjutkan setelah tanggal 12 Juli 2014.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun