[caption id="attachment_315673" align="aligncenter" width="600" caption="Koalisi Permanen, ada agenda apa? dok.pri"][/caption]
Sambil menunggu tanggal 22 Juli 2014, marilah kita aso sejenak membicarakan quick count dan kecurangan-kecurangan yang terjadi pada pilpres 9 Juli kemarin.
Agar suasana tidak tegang mari menghibur diri dengan membaca-baca “karya sastra” hebat para pemimpin-pemimpin kita yang “cerdas” dan pastinya layak menjadi panutan rakyat.
“Karya sastra” itu ada yang berupa puisi atau sajak, prosa dan sebagainya. Bagi yang pernah membaca tak ada salahnya membaca-baca ulang, siapa tahu bisa dijadikan sebagai referensi. Dan yang belum pernah membaca, alangkah baiknya Anda meluangkan waktu sejenak untuk membaca “karya sastra” para pemimpin kita yang inspiratif ini. Berikut beberapa “karya sastra” yang diciptakan sebelum pemilihan anggota legislatif dulu.
1.“ASAL SANTUN”
Boleh bohong, asal santun
Boleh nipu, asal santun
Boleh curi, asal santun
Boleh korupsi, asal santun
Boleh ingkar janji, asal santun
Boleh jual negeri, asal santun
Boleh menyerahkan kedaulatan bangsa, asal santun
2.“SAJAK SEEKOR IKAN”
Seekor ikan di akuarium kubeli dari tetangga sebelah
Warnanya merah kerempeng dan lincah
Setiap hari berenang menari
Menyusuri taman air yang asri
Menggoda dari balik kaca
Menarik perhatian siapa saja
Seekor ikan di akuarium
Melompat ke sungai bergumul di air deras
Terbawa ke laut lepas
Disana ia bertemu ikan hiu, paus dan gurita *)
Menjadi santapan ringan penguasa samudera *)
*)gambar ilustrasi terinspirasi dari kalimat ini.
3.“AIR MATA BUAYA”
Kau bicara kejujuran sambil berdusta
Kau bicara kesederhanaan sambil shoping di Singapura
Kau bicara nasionalisme sambil jual aset negara
Kau bicara kedamaian sambil memupuk dendam
Kau bicara anti korupsi sambil menjarah setiap celah
Kau bicara persatuan sambil memecah belah
Kau bicara demokrasi ternyata untuk kepentingan pribadi
Kau bicara kemiskinan di tengah harta bergelimpangan
Kau bicara nasib rakyat sambil pura-pura menderita
Kau bicara pengkhianatan sambil berbuat yang sama
Kau bicara seolah dari hati sambil menitikkan air mata
Air mata buaya
4.“SAJAK TENTANG BONEKA”
sebuah boneka
berbaju kotak merah muda
rebah dipinggir kota
boneka tak bisa bersuara
kecuali satu dua kata
boneka tak punya wacana
kecuali tentang dirinya
boneka tak punya pikiran
karena otaknya utuh tersimpan
boneka tak punya rasa
karena itu milik manusia
boneka tak punya hati
karena memang benda mati
boneka tak punya harga diri
apalagi nurani
dalam kamus besar boneka
tak ada kata jujur, percaya dan setia
boneka bebas diperjual belikan
tergantung penawaran
boneka jadi alat mainan
bobok-bobokan atau lucu-lucuan
boneka mengabdi pada sang tuan
siang dan malam
boneka bisa dipeluk mesra
boneka bisa dibuang kapan saja
sebuah boneka
tak punya agenda
kecuali kemauan pemiliknya
5.“RAISO POPO”
aku raiso popo
seperti wayang digerakkan dalang
cerita sejuta harapan
menjual mimpi tanpa kenyataan
berselimut citra fatamorgana
dan kau terkesima
aku raiso popo
menari digendang tuan
melenggok tanpa tujuan
berjalan dari gang hingga comberan
menabuh genderang blusukan
kadang menumpang bus karatan
diantara banjir dan kemacetan
semua jadi liputan
menyihir dunia maya
dan kau terkesima
aku raiso popo
hanya bisa berkata rapopo
6.“PASUKAN NASI BUNGKUS”
Kami pasukan nasi bungkus
Laskar cyber pejuang di belakang komputer
Senjata kami Facebook dan Twiter
Menyerang lawan tak pernah gentar
Patuh setia pada yang bayar
Kami pasukan nasi bungkus
Hidup dari cacian dan fitnah harian
Tetap gagah bertopeng relawan
Tak pernah menyerah selalu melawan
Idetintas diri jarang ketahuan
Kami pasukan nasi bungkus