Mohon tunggu...
PAK DHE SAKIMUN
PAK DHE SAKIMUN Mohon Tunggu... pensiunan penjaga sekolah -

Sedang menapaki sisa usia. Mencari teman canda di dunia maya. Hobi apa saja termasuk membaca dan (belajar) menulis. Bagi saya belajar itu tak berbatas usia. Menuntut ilmu dari ayunan hingga liang lahad. Motto : Seribu orang teman sangat sedikit, dan satu orang musuh terlalu banyak.

Selanjutnya

Tutup

Politik

"Karya Sastra" Para (Calon) Pemimpin Bangsa

17 Juli 2014   03:00 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:07 985
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14055152651855030728

[caption id="attachment_315673" align="aligncenter" width="600" caption="Koalisi Permanen, ada agenda apa? dok.pri"][/caption]

Sambil menunggu tanggal 22 Juli 2014, marilah kita aso sejenak membicarakan quick count dan kecurangan-kecurangan yang terjadi pada pilpres 9 Juli kemarin.

Agar suasana tidak tegang mari menghibur diri dengan membaca-baca “karya sastra” hebat para pemimpin-pemimpin kita yang “cerdas” dan pastinya layak menjadi panutan rakyat.

“Karya sastra” itu ada yang berupa puisi atau sajak, prosa dan sebagainya. Bagi yang pernah membaca tak ada salahnya membaca-baca ulang, siapa tahu bisa dijadikan sebagai referensi. Dan yang belum pernah membaca, alangkah baiknya Anda meluangkan waktu sejenak untuk membaca “karya sastra” para pemimpin kita yang inspiratif ini. Berikut beberapa “karya sastra” yang diciptakan sebelum pemilihan anggota legislatif dulu.

1.“ASAL SANTUN”

Boleh bohong, asal santun
Boleh nipu, asal santun
Boleh curi, asal santun
Boleh korupsi, asal santun
Boleh ingkar janji, asal santun
Boleh jual negeri, asal santun
Boleh menyerahkan kedaulatan bangsa, asal santun

2.SAJAK SEEKOR IKAN”

Seekor ikan di akuarium kubeli dari tetangga sebelah
Warnanya merah kerempeng dan lincah
Setiap hari berenang menari
Menyusuri taman air yang asri
Menggoda dari balik kaca
Menarik perhatian siapa saja


Seekor ikan di akuarium
Melompat ke sungai bergumul di air deras
Terbawa ke laut lepas
Disana ia bertemu ikan hiu, paus dan gurita
*)
Menjadi santapan ringan penguasa samudera
*)

*)gambar ilustrasi terinspirasi dari kalimat ini.

3.“AIR MATA BUAYA”

Kau bicara kejujuran sambil berdusta
Kau bicara kesederhanaan sambil shoping di Singapura

Kau bicara nasionalisme sambil jual aset negara

Kau bicara kedamaian sambil memupuk dendam

Kau bicara anti korupsi sambil menjarah setiap celah

Kau bicara persatuan sambil memecah belah

Kau bicara demokrasi ternyata untuk kepentingan pribadi

Kau bicara kemiskinan di tengah harta bergelimpangan

Kau bicara nasib rakyat sambil pura-pura menderita

Kau bicara pengkhianatan sambil berbuat yang sama

Kau bicara seolah dari hati sambil menitikkan air mata
Air mata buaya

4.“SAJAK TENTANG BONEKA”

sebuah boneka
berbaju kotak merah muda
rebah dipinggir kota


boneka tak bisa bersuara
kecuali satu dua kata
boneka tak punya wacana
kecuali tentang dirinya


boneka tak punya pikiran
karena otaknya utuh tersimpan
boneka tak punya rasa
karena itu milik manusia

boneka tak punya hati

karena memang benda mati

boneka tak punya harga diri

apalagi nurani

dalam kamus besar boneka

tak ada kata jujur, percaya dan setia

boneka bebas diperjual belikan

tergantung penawaran

boneka jadi alat mainan

bobok-bobokan atau lucu-lucuan

boneka mengabdi pada sang tuan

siang dan malam

boneka bisa dipeluk mesra

boneka bisa dibuang kapan saja

sebuah boneka

tak punya agenda

kecuali kemauan pemiliknya

5.“RAISO POPO”

aku raiso popo

seperti wayang digerakkan dalang

cerita sejuta harapan

menjual mimpi tanpa kenyataan

berselimut citra fatamorgana

dan kau terkesima

aku raiso popo

menari digendang tuan

melenggok tanpa tujuan

berjalan dari gang hingga comberan

menabuh genderang blusukan

kadang menumpang bus karatan

diantara banjir dan kemacetan

semua jadi liputan

menyihir dunia maya

dan kau terkesima

aku raiso popo

hanya bisa berkata rapopo

6.“PASUKAN NASI BUNGKUS”

Kami pasukan nasi bungkus

Laskar cyber pejuang di belakang komputer

Senjata kami Facebook dan Twiter

Menyerang lawan tak pernah gentar

Patuh setia pada yang bayar

Kami pasukan nasi bungkus

Hidup dari cacian dan fitnah harian

Tetap gagah bertopeng relawan

Tak pernah menyerah selalu melawan

Idetintas diri jarang ketahuan

Kami pasukan nasi bungkus

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun