Mohon tunggu...
PAK DHE SAKIMUN
PAK DHE SAKIMUN Mohon Tunggu... pensiunan penjaga sekolah -

Sedang menapaki sisa usia. Mencari teman canda di dunia maya. Hobi apa saja termasuk membaca dan (belajar) menulis. Bagi saya belajar itu tak berbatas usia. Menuntut ilmu dari ayunan hingga liang lahad. Motto : Seribu orang teman sangat sedikit, dan satu orang musuh terlalu banyak.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Bolehkah Saya Menerima "Hadiah" Natal?

23 Desember 2014   12:28 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:39 1006
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_342883" align="aligncenter" width="600" caption="Selamat Natal 25 Desember 2014"][/caption]

Jika Anda bilang boleh, maka silakan lanjutkan membaca tulisan ini hingga tuntas. Namun bila Anda bilang : “Sebagai muslim kamu dilarang menerima hadiah atau kado berbentuk apapun dari orang yang beragama Kristen”, maka Anda cukup membaca tulisan ini hingga paragraf terakhir saja, setuju?

Perayaan, identik dengan kegembiraan dan kemeriahan. Apapun perayaannya, tak terkecuali perayaan Natal. Untuk menambah semakin meriah dan semaraknya pesta Natal, biasanya sahabat kita Kristiani memperindah rumahnya dengan dekorasi berupa pohon natal yang dilengkapi kerlap-kerlip lampu hias, yang sering disebut lampu natal—meskipun pesta sunatan atau pernikahan juga sering menggunakan lampu sejenis yang dijadikan sebagai pelengkap dekorasi.

Kurang seminggu, biasanya mereka sudah mulai sibuk mempersiapkan atribut dan pernak-pernik Natal, diantaranya lampu natal (sepertinya yang ini wajib ada).

Karena lampu natal hanya dipakai setahun sekali, itupun paling lama hanya satu minggu, maka tidak jarang asesoris natal yang selama sebelas bulan ‘hibernasi’ digudang  ini sering berulah ketika akan dipergunakan. Kalau tidak di gerogoti koruptor (maksud saya tikus), ada beberapa lampu yang mati  karena soket atau fittingnya berkarat.

“Bah, mati lagi Pak, lampu yang dulu itu” ujar tetangga yang berasal dari Sumatera Utara dan kebetulan Protestan. Nah, ini tanda-tanda akan mendapat “hadiah” Natal sudah didepan mata....hahahahaha.

Hadiah? Hehehe...bukan, hanya sekadar uang rokok. Kok uang rokok? Ya, mereka yang minta tolong untuk memperbaiki lampunya hanya sekadar memberi uang rokok. Pasalnya, sayapun tidak pernah minta upah, apalagi memasang tarif meskipun terkadang seharian hanya bisa memperbaiki  hingga normal kembali satu set lampu. Bisa menolong teman—meskipun hal yang sepele—itu saja sudah merupakan kepuasan tersendiri.

Bagi teman-teman yang ingin mendapat hadiah, eh maaf maksud saya mencoba memperbaiki sendiri lampu hias (lampu natal) sendiri, ini TTS dari saya. Sebentar, meski saya hobi TTS tapi TTS yang ini bukan Teka Teki Silang, tapi Tip & Trik Sederhana.

Alat-alat yang dipersiapkan :

1.AVO (Ampere, Volt & Ohm) meter atau DMM (Digital Multi Meter). Wah kalau ini jadinya ya nggak sederhana.

2.Baterai remot kontrol (baterai AAA, 1,5 volt) dua buah. Atau baterai ponsel.

3.Lakban atau selotip.

4.Obeng kecil, kalau ada.

Penyebab lampu tak bisa hidup :

1.Steker longgar  (colokan terlalu kecil dibanding lubang stop kontak).

2.Kabel putus (ini jarang terjadi).

3.Filamen lampu hangus atau putus (biasanya  berwarna hitam).

4.Soket atau fitting berkarat (karena terbuat dari seng, bukan tembaga atau kuningan).

5.Rangkaian dimer atau pengedip rusak (ini juga jarang terjadi).

6.PLN mati, nah  kalau yang ini gampang, solusinya kita tuntut Dirut PLN...hehehe.

Tahapan perbaikan :

1.Periksa terlebih dahulu kabel-kabel, mungkin ada yang dikrikiti (apa dikrikiti), halah pokoknya kabel terkelupas, ini berbahaya terhadap keselamatan kita dan hubung singkat.

2.Ganti steker (colokan) yang tidak standar dengan yang agak bagus.

3.Colokkan ke stop kontak, jika tidak semua lampu mati, berarti tidak semua (ada 3 atau 4 ) rangkaian tertentu yang rusak.

4.Pisahkan rangkaian yang mati , biasanya jika belum ditukar-tukar, satu rangkai warna lampunya sama, misalnya rangkaian yang berwarna merah, biru dan hijau.

5.Cabut semua bola lampu pada rangkaian yang mati. Karena lampu dihubungkan secara seri, maka jika ada satu atau lebih lampu yang mati, akibatnya  semua lampu pada rangkaian tertentu semua mati.

6.Cek satu persatu bola lampu dan pisahkan atau jauhkan dari yang masih hidup agar tidak tercampur, bikin pusing saja....hahaha, jadi tukang harus sabar, nggak boleh gampang ngambek.

7.AWAS!!! Jangan mencoba mentes satu buah bola lampu langsung ke jaringan 220 Volt, dijamin langsung ctarrr, sebab lampu itu 6 Volt AC atau DC.

8.Jika lebih 10 bola lampu yang mati dan tidak ada gantinya, lebih baik hanya dua rangkaian saja yang dihidupkan. Satu rangkai jika kurang dari 30 masih bisa hidup, justru cahayanya lebih terang, namun akan cepat putus atau hangus. Rumus sederhananya  220 : 6 = 36,66. Artinya satu rangkai ada 36 buah bola lampu yang dihubungkan secara seri.

9.Pasang kembali lampu-lampu yang masih hidup, selesaikan satu rangkai dulu dan coba, jika normal lanjutkan pada rangkaian yang lain.

10.Terakhir, ambil karton masukkan semua lampu dan kabel-kabel jika tidak mau pusing-pusing dan pergi ke toko listrik................BELI LAMPU YANG BARU!!! Ini baru amaaannnn.

Demikianlah TTS (Tip & Trik Sederhana) ini, semoga bermanfaat.  Jika Anda bisa memperbaiki sendiri lampu hias ini, tidak perlu menyiapkan “hadiah” Natal buat saya dan paling tidak bisa sedikit menghemat budget....hehehehe.

Andaikata  tulisan  ini tidak bermanfaat, saya mohon maaf, Anda sudah mengorbankan waktu tujuh setengah menit untuk membaca tulisan yang tidak berguna ini.  Namun saya merasa lega, karena—meskipun hal yang sangat sepele—saya sudah bisa berbagi.

Selamat Hari Natal25 Desember 2014

[caption id="attachment_342886" align="aligncenter" width="500" caption="Diagaram Lampu Natal. Dok.pri"]

14192864891971397495
14192864891971397495
[/caption]

1419286583859652630
1419286583859652630
14192866641836026873
14192866641836026873

14192867571747158636
14192867571747158636

14192870021650510658
14192870021650510658

14192868331621023892
14192868331621023892

14192868741164927088
14192868741164927088

14192869301900140063
14192869301900140063

14192870992097324947
14192870992097324947

==============

14192872211933029117
14192872211933029117

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun