Mohon tunggu...
Cahya Yuana
Cahya Yuana Mohon Tunggu... Tutor - Akun Pribadi

Cahya Yuana, S.Sos., M.Pd. Orang biasa yang suka dalam dunia pendidikan. Konsentasi dalam bidang pendidikan terkait dengan quality assurance, penelitian dan evaluasi pendidikan. Selain aktif didunia pendidikan waktunya juga untuk bergabung dengan beberapa organisasi sosial dan keagamaan. Jadikan hidup didunia untuk mencari bekal di akhirat dengan berkarya positif adalah prinsip hidupnya. Membaca, latihan menulis, ceramah mengisi pelatihan adalah aktivitas lainnya. Suami dari Sri Nurharjanti, yang kebetulan mempunyai aktivitas dan prinsip yang sama. Telah dianugrahi 2 putri, Mendidik anak adalah merupakan sekolah kehidupan. Nomor Kontak: 087739836417

Selanjutnya

Tutup

Politik

Para Elit Polutuk Didiklah Pendukungmu Agar Aku Percaya Kamu

1 Februari 2019   00:06 Diperbarui: 1 Februari 2019   00:47 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Musim kampanye sudah mulai. Warna warni bendera sudah menghiasi berbagai jalan. Baliho para caleg dengan senyum termanis terpampang besar. Kalimat janji politik  banyak kita baca. Sesuatu yang menarik meski kadang membuat jengkel, ketika banyak bendera dipasang menyalahi aturan, sehingga menggangu pandangan.

Kampanye adalah pesta demokrasi. Sebuah pesta tentunya harus menghibur dan membuat senang. Tapi apakah betul kampanye memberi hiburan, jawaban bisa beragam dan variatif. Akan sebagai warga negara kadang saya malah merasa tidak nyaman. Perasaan takut sering hinggap saat bertemu dengan konvoi kampanye. Perilaku arogan dengan memenuhi jalan dan kadang ada yang membawa tongkat terasa menakutkan di mata saya.

Suara dengungan montor yang keras semakin menambah tidak nyaman. Sakit saya rasakan di telinga saya. Kadang saya berpikir apa telinga mereka tidak merasa sakit saat membunyikan keras-keras suara knalpot. Saat saya melihat sebuah kapas menyembul dari telinga mereka, aku sadar sebetulnya mereka juga merasa sakit. 

Perilaku mereka membunyikan suara montor keras sambil menutup telinga dengan kapas, membuat saya semakin prihatin. Bukankah perilaku seperti itu merupakan bentuk egoisme dan keteraidakpeduluan. Bukankah ini justru bentuk dari antitesa pendidikan karakter. Bukankah seperti itu berlawanan dengan program revolusi mental.

Bagaimana dengan kampanye diruang lain seperti media sosial, media elektronik, atau cetak. Saling caci sering kita baca dan dengar. Tidak hanya orang dewasa, anak-anak pun banyak melihat, membaca, dan mendengar. Padahal seorang anak masih menjadikan orang dewasa menjadi model dalam berperilaku. Kalau begitu apakah perilaku saling mencaci ini tepat. Oh my God tidak sadarkan hai para elit, apa yang sedang kalian lakukan sedang mendidikan generasi penerus mempunyai mental-yang tidak baik. Program pentingnya pendidikan justru sedang engkau robohkan dengan perilakumu.

TUGAS ELIT POLITIK

Elit adalah pemimpin. Beda pemimpin itu ada pada tugas yang lebih mulia. Seorang pemimpin mempunyai tugas membentuk dan memberdayakan anggotanya menjadi insan yang baik.

Sehubungan dengan perilaku negatif saat melakukan kampanye, maka tugas para elit untuk mendidik para anggotanya menjadi lebih baik. 

Kadang saya bermimpi ada elit yang berkata tegas, melarang para kadernya membunyikan suara knalpot saat berkampanye. Aku bermimpi yang berani melarang anggotanya melakukan kekerasan saat berkampanye. Aku bermimpi para elit berani memberi sanksi pada kadernya yang berbicara negatif pada saat kampanye, memberi sanksi pada para pendukung yang membuat berita bohong. 

Apakah mampu? Saya juga tidak bisa menjawab. Hanya pertanyaan saya kalau untuk membentuk dan mendidik kadernya untuk berperilaku tidak bisa, bagaimana bisa mengurus negara ini yang lebih komplek.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun