Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Waspadai Alienasi Suami Isteri

3 Juli 2013   07:12 Diperbarui: 16 Februari 2016   06:32 3231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_271960" align="aligncenter" width="560" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption]

Apa yang kita dapatkan dengan kemajuan teknologi? Tentu sangat banyak. Ada yang positif, ada yang negatif, tergantung bagaimana kita memanfaatkan dan berinteraksi dengannya. Teknologi bukan hanya mempengaruhi hubungan sosial kemasyarakatan, namun  juga mempengaruhi keharmonisan keluarga dan kebaikan individu. Sudah sejak lama, Arnold Toynbee memperingatkan bahaya yang dimunculkan oleh kemajuan teknologi. Ia menjelaskan:

"Teknologi industri telah mengelabui para mangsanya dan menjadikan mereka memasrahkan kendali diri mereka untuk dijual, mengganti pelita lama dengan yang baru. Peradaban ini telah mengelabui mereka, sehingga mereka menjual nyawa untuk diganti dengan sinema dan radio. Akibat dari kehancuran peradaban yang disebabkan oleh transaksi baru ini adalah sebuah pemiskinan rohani yang dilukiskan Plato sebagai ‘masyarakat babi’, atau dilukiskan oleh Aldous Huxley sebagai ‘dunia kecongkakan baru’.”

Mari kita bawa ke dalam kehidupan keluarga. Anda pernah mendengar berita perceraian yang disebabkan oleh kemajuan teknologi? Saya kira sangat sering ya… Berita seperti itu sudah menjadi pembicaraan infotainment setiap hari. Sedih, teknologi harusnya membantu manusia menyelesaikan persoalan hidup mereka, namun  ternyata pada saat yang sama memberikan beban permasalahan baru yang tak terkira. Kadar permasalahan yang ditimbulkan tentu berbeda-beda. Salah satu dampak yang paling sering tampak dalam kehidupan suami isteri adalah : alienasi.

Asyik Sendiri Sendiri

Coba perhatikan, sepasang suami isteri yang duduk berdua. Di ruang keluarga, atau di teras rumah mereka, atau di restoran dan tempat-tempat umum lainnya, mereka duduk berdua berdampingan. Namun saling diam dan asyik sendiri-sendiri. Bahkan tertawa sendiri-sendiri, padahal mereka berdua tidak saling berkomunikasi. Apa yang terjadi pada sepasang suami isteri ini? Apa mereka sedang stress dan depresi?

Ternyata mereka berdua asyik dengan dunianya sendiri. Suami dan isteri asyik dengan Blackberry masing-masing, atau Samsung Galaxy masing-masing, atau handphone masing-masing. Suami tengah membaca pesan-pesan yang masuk di grup BBM teman-teman kerja, dan isinya postingan cerita yang lucu serta membuat tertawa sendiri. Isteri sedang asyik membuka pesan-pesan di WhatsApp. Ada beberapa pesan masuk dari teman-temannya, yang membuatnya tersenyum-senyum sendiri.

Mereka duduk berdua, namun dunianya berbeda. Seperti sepasang "zombie" yang tengah bercengkerama. Bertemu secara fisik, tapi hati dan pikiran melayang pergi ke dunia yang berbeda. Suami tengah berada di dunia yang diciptakan Blackberry Messenger, isteri tengah berada di dunia yang diciptakan WhatsApp. Keduanya tidak saling menyapa, walau duduk berdekatan dan hanya berdua-duaan.

Tidak Peduli Pasangan

Pernahkah anda merasa ‘dicuekin’ oleh pasangan? Saat suami pulang ke rumah, berharap mendapat sambutan isteri tercinta. Namun apa yang didapatkannya? Sang isteri tengah duduk di sofa ruang keluarga, asyik dengan benda kecil di tangannya bernama blackberry. Saat isteri mendapat kesempatan langka bertemu suami seharian di rumah, berharap bisa mengobrol berlama-lama. Namun ternyata suami memilih diam membisu dalam keramaian pikirannya bersama KakaoTalk.

Suami sudah mengucap salam dan masuk ke dalam rumah, sang isteri hanya menjawab salam namun tidak menyambut suami dengan kehangatan. Ia tetap diam dan duduk di sofa, matanya tidak lepas dari blackberry. Jari jemari tangannya menari-nari di atas keyboard. Mengirim pesan, menunggu respon dan jawaban, membaca kiriman teman, dan membalasnya lagi dengan beberapa kalimat serta gambar. Asyik sekali. Tak ada yang bisa menggantikannya. Ia tidak peduli kedatangan suami yang memerlukan sambutan isteri.

Di keluarga yang lain, kisahnya sama saja. Isteri mengajak suami berbicara, mumpung sedang di rumah. Namun sang suami memilih asyik dengan teman-teman di dunia maya lewat KakaoTalk. Isteri sudah mengawali pembicaraan dengan beberapa kata, namun akhirnya memilih diam setelah melihat respon sang suami yang tidak mempedulikannya. Suami sedang berkonsentrasi membicarakan beberapa urusan yang menurutnya “sangat penting” bersama teman-teman, melalui teknologi KakaoTalk. Tidak peduli isteri yang ingin berbagi cerita dan mengobrol bersama suami tercinta.

Teralienasi dari Keluarga

“Hahahahaha... Payah, payah !” tiba-tiba terdengar suara tertawa meledak, di tengah keheningan yang menyelimuti keluarga. Ternyata suami membaca pesan gambar melalui jaringan Line, yang dikirim oleh teman-temannya. Ia merasa sangat lucu dan tidak kuasa menahan tawa. Suara ini tentu aneh sekali, karena tidak ada prolog apa-apa. Tidak ada orang berbicara sebelumnya. Mereka berkumpul di rumah dengan keasyikan masing-masing. Suara tertawa ini teralienasi dari lingkungan keluarga.

Anggota keluarga lainnya tidak ada yang merasa lucu dan harus tertawa, karena berada di dunia yang berbeda. Hanya satu orang saja yang tertawa keras dan tidak peduli orang lain yang berada di sekitarnya. Fenomena ini biasa kita jumpai di bandara, di stasiun, di terminal bus, di mall, di restoran, bahkan di masjid dan gereja. Orang-orang yang teralienasi dari lingkungan, karena memiliki dunia yang berbeda.

Dalam suatu komunitas yang sedang khusyu’ mengikuti pengajian di masjid, ada satu orang yang tengah membuka-buka pesan SMS di handphone-nya. Tampak ia tersenyum-senyum, bahkan tertawa perlahan karena tidak mau mengganggu pengajian. Padahal sang ustadz sedang membahas ayat-ayat ancaman neraka, dan para peserta tampak serius mendengarkan –bahkan beberapa orang tampak menangis karena ingat dosa-dosanya. Satu orang ini tidak nyambung dengan suasana pengajian. Ia hadir di forum, tapi hati dan pikirannya melayang di dunia yang sangat berbeda.

Inilah fenomena keterasingan (alienasi) dari lingkungan sekitar. Teknologi membuat kita asyik sendiri-sendiri.

Ketemu Teman Mesra

Karena teknologi membuat teralienasi dari pasangan, maka suami dan isteri merasa seperti hidup sendiri-sendiri, sehingga berpikir mencari pasangan lagi.

Ini sudah banyak kisahnya. Perselingkuhan yang bermula dari komunikasi melalui teknologi. Ketemu teman lewat facebook, twitter,  dan jejaring sosial lainnya. Betapa mudah facebook mempertemukan kita dengan manusia dari berbagai macam dunia, dan dari berbagai macam masa. Kita bisa bertemu dengan teman-teman lama, kita bisa mendapatkan sahabat dari berbagai negara, kita bisa berkomunikasi secara pribadi dan intens dengan sahabat-sahabat baru yang tidak kita kenal sebelumnya.

Ada anak perempuan ABG dibawa lari sahabat facebook-nya, seorang lelaki bejat. Ada suami dan isteri bercerai karena salah satu berselingkuh dengan sahabat facebook, dan telah menjalin hubungan asmara dalam waktu yang lama. Ada suami yang mengkoleksi teman-teman perempuan melalui WhatsApp. Ada isteri yang menjalin hubungan khusus dengan lelaki yang juga sudah beristeri, karena tersambung melalui Twitter. Hmmm, teknologi telah merusak kebahagiaan keluarga. Teknologi telah merusak keharmonisan rumah tangga.

[caption id="attachment_271936" align="aligncenter" width="392" caption="ilustrasi - www.emirates247.com"]

1372810232727911968
1372810232727911968
[/caption]

Hati-hati dan Waspada !

Oleh karena itu, berhati-hatilah menggunakan teknologi. Gunakan hanya untuk kebaikan. Jauhi sifat iseng dalam berinteraksi dengan teknologi komunikasi, yang bisa berdampak merusak kehangatan dan keharmonisan hubungan suami isteri. Waspadalah, waspadalah, waspadalah !!!

 

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun