Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Suami yang Layak Ditaati Istri (2)

29 Januari 2015   14:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:10 2227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1422489812562738434

[caption id="attachment_393769" align="aligncenter" width="278" caption="ilustrasi : www.shalaedin.com"][/caption]

Salah satu karakter istri salihah adalah mentaati suami. Satu sisi ini adalah sebuah tuntutan sikap bagi para istri terhadap suami. Namun tentu saja harus ada peran suami yang sangat penting, agar istri selalu bisa taat kepada dirinya. Pada postingan sebelumnya, telah saya sampaikan tiga poin Peran Suami dalam Menciptakan Ketaatan Istri, yaitu (1) Menciptakan Pola Interaksi dan Komunikasi yang Menyenangkan (2) Mengerti Kondisi dan Perasaan Istri, serta (3) Mendialogkan Keinginan dengan Istri.

Pada kesempatan kali ini saya sampaikan tiga poin berikutnya, yaitu (1) Memberikan Keteladanan dalam Kebaikan (2) Tidak Suka Mempersulit Istri, serta (3) Ringan Membantu Kerepotan Istri. Jika para suami memiliki peran yang optimal dalam enam poin ini, insyaallah akan menjadi sosok suami yang benar-benar layak ditaati istri dengan penuh rasa hormat serta cinta kasih.

Peran Suami dalam Menciptakan Ketaatan Istri

Hendaknya para suami berusaha untuk membantu sang istri agar menjadi salihah. Peran suami sangat besar pengaruhnya bagi terwujudnya kondisi ketaatan yang nyaman, terjauhkan dari rasa ketakutan dan keterpaksaan.

1.Memberikan Keteladanan dalam Kebaikan

Hendaknya suami selalu berusaha memberikan keteladanan dalam kebaikan. Suami bukan hanya bisa memerintah ataupun melarang, namun bisa memberi contoh nyata. Jika hanya bisa memerintah dan melarang tanpa bisa memberikan teladan, orang Jawa biasa menyebutnya dengan “wit gedang uwoh pakel, omong gampang nglakoni angel”. Perintah dan larangan tanpa disertai unsur keteladanan adalah perintah dan larangan yang sulit untuk ditaati.

“Kamu jangan suka marah dan emosi. Urusan sepele saja sudah marah-marah”, ujar seorang suami kepada istrinya.

“Siapa yang suka marah? Kamu yang lebih banyak marah daripada aku...”, jawab sang istri.

Dialog di atas menandakan minimnya keteladanan suami. Jika memang suami menghendaki istri tidak gampang marah, harus tercermin dari sikap dirinya yang juga tidak mudah marah serta emosi. Istri akan sulit mentaati keinginan suami jika ternyata sang suami tidak menunjukkan contoh teladan nyata dari apa yang diinginkannya. Dialog berikut ini juga menjadi contoh betapa sulit bagi istri untuk mentaati suami.

“Kamu jangan menghabiskan waktu hanya untuk gadget saja. Waktumu sangat banyak terbuang hanya untuk WhatsApp, Fesbuk, dan BBM, sampai urusan rumah terbengkelai semua”, ujar seorang suami kepada istrinya.

Padahal senyatanya sang suamilah yang justru lebih banyak menghabiskan waktu bersama gadget. Ia memiliki tiga smartphone. Yang satu khusus untuk urusan pekerjaan, satu smartphone khusus untuk komunikasi dengan keluarga, dan satu lagi smartphone khusus untuk komunikasi dengan teman serta kolega. Ini membuat sang suami sangat sibuk dengan ketiga smartphone yang dimilikinya, sampai membuatnya jarang memiliki waktu khusus untuk istri dan anak-anak.

“Bukan aku yang membuang waktu untuk gadget. Justru kamu yang kecanduan gadget. Lihat anak-anak kita pada kecanduan game online, itu karena melihat kamu yang selalu lengket dengan gadget. Mereka meniru kamu”, jawab sang istri tidak mau kalah.

Hendaknya suami selalu berusaha memberikan contoh teladan nyata sehingga semua keinginannya bisa dengan mudah dilaksanakan oleh sang istri. Tanpa keteladanan, perintah dan larangan menjadi sulit untuk dilaksanakan.

2.Tidak Suka Mempersulit Istri

Hendaknya suami tidak suka memberatkan istri dengan berbagai perintah dan larangan yang sulit dipenuhi. Suami hendaknya tidak suka memaksakan kehendak kepada istri, yang membuat istri merasa tidak nyaman atau memenuhi keinginan suami dengan keterpaksaan. Nash-nash agama yang memberikan ancaman sedemikian dahsyat bagi istri, hendaknya tidak digunakan secara semena-mena oleh suami untuk memaksakan kehendak. Sebagai contoh, beberapa sabda Nabi Saw berikut:

“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah seorang suami memanggil istrinya ke tempat tidur lalu si istri menolak ajakan suami, melainkan penduduk langit murka pada istri tersebut sampai suami ridha kepadanya” (HR. Muslim).

“Jika seorang pria mengajak istrinya ke ranjang, lantas si istri enggan memenuhi, maka malaikat akan melaknatnya hingga waktu Subuh” (HR. Bukhari dan Muslim).

“Andaikata aku boleh memerintahkan seseorang bersujud kepada seseorang, maka sungguh akan kuperintahkan istri bersujud kepada suaminya; dan seorang istri belum dikatakan menunaikan kewajiban terhadap Allah sehingga menunaikan kewajiban terhadap suaminya, sehingga andaikan (suami) memerlukannya di atas kendaraan, sungguh ia tidak boleh menolak” (HR Ahmad).

Hadits-hadits di atas menegaskan betapa besar nilai ketaatan istri terhadap suami, sampai pun ke urusan ranjang. Terminologi “kemurkaan penduduk langit”, atau “sujud kepada suami”, atau “laknat malaikat” tersebut jangan sampai dijadikan dalil menakut-nakuti istri untuk selalu memenuhi semua keinginannya. Hendaknya suami  membantu istri agar bisa menjadi salihah, dengan jalan memudahkan urusan istri dalam pelayanan kepadanya.

Misalnya dalam urusan pemenuhan kebutuhan biologis. Kendati hadits-hadits di atas memberikan penekanan agar istri selalu memenuhi ajakan suami untuk melakukan hubungan intim, namun hendaknya suami bisa bersikap empati atas kondisi dan situasi yang tengah dihadapi istri. Ketika istri sangat lelah atau sangat mengantuk, hendaknya suami tidak memaksakan kehendak. Suami berlatih mengatur keinginan dan hasratnya agar tidak menuntut penyaluran secara sembarangan. Demikian pula istri hendaknya bisa mengelola waktu dengan baik agar bisa optimal memenuhi hasrat suami.

Hadits-hadits di atas selayaknya “dibawa” oleh istri, agar dirinya mudah dan ringan dalam memberikan pelayanan kepada suami. Bukan dibawa oleh suami untuk menakut-nakuti istri agar istri selalu melayani hasratnya. Jangan sampai suami sengaja mengajak istri melakukan hubungan intim saat istri tengah sibuk bekerja atau saat istri kelelahan, dan mengerti bahwa istrinya tidak akan sanggup melakukan, sehingga sang istri masuk kategori dilaknat oleh malaikat sebagaimana hadits di atas.

Jangan sampai suami menciptakan kondisi dimana istrinya masuk kategori “perempuan yang dilaknat” karena menolak ajakan suami. Hendaknya suami menjaga istrinya agar selalu salihah, selalu dicintai penduduk langit, sehingga tidak membawa petaka bagi istri dalam kehidupan dunia hingga akhirat. Jangan suka mempersulit istri.

3.Ringan Membantu Kerepotan Istri

Hendaknya suami mudah dan ringan membantu kerepotan istri. Jika ada istri yang menjadi ibu rumah tangga fulltime, tidak bekerja di luar rumah, jangan dikira dirinya tidak lelah. Mengurus dan menyelesaikan semua pekerjaan praktis kerumahtanggaan itu lelah dan menghabiskan waktu yang banyak. Kadang suami mengira hanya dirinya yang lelah oleh karena bekerja di luar rumah mencari nafkah. Padahal istri yang di rumah pun merasakan kelelahan bahkan kejenuhan karena seharian “terkurung” tembok-tembok rumah.

Saat istri tampak repot mengurus berbagai pekerjaan kerumahtanggaan segera tawarkan bantuan yang sangat diharapkannya. Ketika memiliki bayi yang masih kecil, sering kali istri dibuat repot oleh ulahnya, terutama di saat bayi sedang sakit. Istri harus bangun malam, bahkan kadang tidak bisa tidur semalaman karena sang bayi terus menangis. Ia harus menjaga bayinya dengan begadang, menyusui, memberikan obat, menenangkan agar bisa tidur. Ini hal yang sangat melelahkan. Peran suami untuk meringankan beban istri sangat diperlukan, sehingga beban mengurus bayi tidak bertumpu hanya kepada istri.

Bantuan suami tidak mesti dalam bentuk turun langsung atau mengambil alih pekerjaan istri, namun bisa bantuan dalam berbagai macam bentuknya. Misalnya, yang biasanya istri rutin memasak setiap hari untuk keperluan keluarga, sesekali waktu istri diringankan dengan diajak makan keluar sehingga tidak perlu memasak di rumah.

“Kamu gak usah masak hari ini Dek, kita makan di luar saja nanti”, ungkap seorang suami di hari libur, saat mengetahui kesibukan sang istri mengurus cucian yang menumpuk.

Bisa juga dalam bentuk menyediakan pembantu rumah tangga yang mengurus berbagai pekerjaan praktis kerumahtanggaan. Kehadiran pembantu rumah tangga ini akan sangat membantu istri dalam menyelesaikan berbagai urusan kerumahtanggaan yang selama ini rutin menjadi tanggung jawabnya.

Demikianlah pembahasan singkat tentang Peran Suami dalam Menciptakan Ketaatan Istri, yaitu (1) Menciptakan Pola Interaksi dan Komunikasi yang Menyenangkan (2) Mengerti Kondisi dan Perasaan Istri (3) Mendialogkan Keinginan dengan Istri (4) Memberikan Keteladanan dalam Kebaikan (5) Tidak Suka Mempersulit Istri, serta (6) Ringan Membantu Kerepotan Istri. Jika para suami memiliki peran yang optimal dalam enam poin ini, insyaallah akan menjadi sosok suami yang benar-benar layak ditaati istri dengan penuh rasa hormat serta cinta kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun