Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sepuluh Cinta Suami untuk Istri

2 April 2015   07:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:39 6448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_407137" align="aligncenter" width="504" caption="ilustrasi : www.galleryhip.com"][/caption]

Dalam kehidupan rumah tangga, suami dan istri  berinteraksi secara sangat intim dan unik. Dikatakan intim karena mereka berdua bisa melakukan interaksi dalam bentuk yang sangat intim yang tidak boleh dilakukan oleh mereka yang bukan pasangan suami istri. Dikatakan unik karena corak interaksi di antara suami dan istri itu tidak sama dengan corak interaksi antar-manusia pada umumnya. Tidak seperti atasan dengan bawahan, tidak seperti boss dengan karyawan, tidak seperti pimpinan dengan staf.

Karena corak yang intim dan unik itulah, maka diperlukan sejumlah sentuhan metoda dan seni tersendiri untuk menciptakan keharmonisan hubungan di antara mereka. Suami dan istri masing-masing memiliki sejumlah “tugas” yang spesifik terhadap pasangannya agar keduanya berada dalam suasana yang menyenangkan dan melegakan. Istilah “tugas” ini mungkin tidak terlalu tepat, karena saya hanya ingin menunjukkan sesuatu yang mesti dilakukan oleh suami terhadap istri. Bukan dalam kerangka hak dan kewajiban, namun dalam konteks untuk menciptakan kebahagiaan dan keharmonisan hubungan.

Pada kurun waktu sejak 23 Maret hingga 1 April 2015, berturut-turut saya memposting di Kompasiana sepuluh tugas suami terhadap istri. Berikut ini adalah ringkasan dari sepuluh postingan tersebut, agar lebih mudah dibaca secara ringkas dan sistematis.

Sepuluh Tugas Suami

Ada banyak tugas yang bisa dilakukan oleh suami agar kehidupan dalam rumah tangga bersama istri tercinta bisa mewujudkan suasana bahagia, harmonis dan produktif.  Berikut sepuluh tugas suami dalam interaksi dengan istri, yang hendaknya selalu diupayakan dalam kehidupan nyata.

1.Menjadi Suami yang Penuh Pengertian terhadap Istri

Para istri sangat mengharapkan sosok suami yang penuh pengertian. Suami yang memahami kondisi dirinya, suami yang mampu menerima istri apa adanya, suami yang memberikan dukungan yang diperlukan untuk kebaikan istri. Untuk menjadi suami yang penuh pengertian, diperlukan sejumlah ilmu dan ketrampilan. Ilmu untuk mengerti dan memahami kondisi istri, serta ketrampilan mengerti dan memahami istri.

Banyak kondisi dan situasi istri yang harus dipahami dengan baik oleh suami. Sejak dari hal yang sederhana dan sepele, misalnya, menyangkut waktu yang diperlukan oleh istri dalam urusan mandi, berdandan dan berpakaian. Laki-laki itu simpel dalam urusan seperti itu. Bahkan banyak dijumpai laki-laki yang hanya menggunakan satu jenis sabun mandi untuk membersihkan seluruh bagian tubuhnya dari atas sampai bawah saat mereka mandi. Pada kaum perempuan, mereka memerlukan aneka jenis pembersih, untuk setiap bagian tubuh yang berbeda.

Saat berpakaian, kaum perempuan mengenakan lebih banyak jenis pakaian dibanding laki-laki. Apalagi bagi para muslimah yang hendak bepergian keluar rumah, dengan mengenakan pakaian muslimah lengkap. Kaum perempuan sangat perhatian terhadap kesesuaian warna pakaian yang dikenakan, sejak dari warna ‘atasan’, warna ‘bawahan’, warna kerudung, kaus kaki, sepatu dan tas. Belum lagi bros atau pin dan asesoris lain yang perlu dikenakan.

Masih ditambah dengan ‘make up’ untuk mempercantik diri, yang tidak bisa ditinggalkan. Ini menambah jumlah waktu  yang diperlukan untuk melakukan persiapan saat akan bepergian. Suami begitu simpel dalam berpakaian. Sambil berjalan menuju motor atau mobil yang diparkir di depan rumah, mereka menyambar satu baju yang tergantung di kapstok. Dengan cepat mengenakan dan mengancingkan baju sembari berjalan. Kaum perempuan tidak bisa melakukan tindakan seperti ini. Untuk itu, hendaknya para suami mengerti situasi ini agar tidak mudah memarahi istri ketika sering lambat dalam menyiapkan diri untuk bepergian.

Kaum perempuan juga mengalami siklus bulanan yang tidak dirasakan oleh laki-laki. Karena para suami tidak mengalami siklus rutin itu, maka seringkali mereka tidak bisa mengerti tentang situasai psikologis maupun fisik istri saat mendapatkan menstruasi. Para suami harus mengerti dengan baik soal menstruasi sehingga bisa empati dengan kondisi istri. Dukungan suami bukan sekedar menyediakan pembalut untuk istri yang tengah menstruasi, namun lebih memberikan perhatian agar kejiwaannya menjadi stabil dan tenang.

Hendaknya para suami memahami situasi istri saat mengalami menstruasi sehingga bisa memberikan dukungan yang memadai bagi istri. Suami harus bersikap lebih sabar saat istri menjelang menstruasi atau saat menstruasi, karena suasana kejiwaan istri lebih emosional dan sensitif. Istri menjadi lebih mudah marah, lebih mudah menangis, lebih mudah tersinggung. Maka suami harus lebih maklum saat menghadapi istri yang tengah labil secara emosi, bahkan berusaha untuk menenangkan dan menguatkan kejiwaannya. Bantuan kecil suami saat istri tengah sibuk mengurus keperluan rumah tangga menjadi sangat bermakna.

2.Menjadi Suami yang Penuh Perhatian terhadap Istri

Bagi istri, di antara hal yang sangat diinginkan dari suami adalah perhatian. Konon, istri merasa dicintai apabila diperhatikan. Jadi, bukan saja soal materi atau kekayaan yang melimpah, namun soal perhatian yang lebih diharapkan istri. Cukuplah bagi seorang istri merasa sakit hati, hanya karena suami dianggap tidak memberikan perhatian sebagaimana yang diharapkan. Sangat penting bagi para suami untuk berusaha memberikan perhatian terbaik bagi istri, agar istri merasakan dicintai dan diperlukan oleh suami.

Para suami hendaknya selalu berusaha memberikan perhatian untuk istri, sesibuk apa pun dirinya. Perhatian ini kadang berupa sesuatu yang sangat sederhana, atau sesuatu yang dianggap kecil dan remeh oleh suami, padahal itu dianggap besar dan penting bagi istri. Misalnya saja mengenai status “lajang” atau “menikah” di profil fesbuk. Walau dianggap sepele, namun bisa memicu persoalan di antara suami dan istri hanya karena suami menulis status “lajang” di psofil fesbuknya.

Termasuk perhatian yang penting bagi para istri adalah alokasi waktu untuk dirinya. Ketika suami memberikan waktu yang cukup untuk berkegiatan bersama sang istri, maka ini menjadi bentuk perhatian yang sangat istimewa. Di tengah kesibukan suami, selalu mengalokasikan waktu untuk bertemu, bercengkerama, mengobrol dan berkegiatan bersama istri. Sang istri merasa dinomorsatukan, merasa menjadi penting di sisi suami. Dengan cara itu istri merasa mendapatkan perhatian dari suami.

Jika suami tidak memiliki cukup waktu untuk memperhatikan istri, akan membuat perasaan nyaman pada istri. Situasi itu bisa berkembang menjadi kekecewaan dan sakit hati, karena merasa dinomorduakan, dinomortigakan atau bahkan merasa tidak mendapat nomor sama sekali dari suami. Lebih kecewa lagi, ketika yang mengalahkan dirinya hanyalah gadget, laptop, atau game online. Sang suami lebih asyik dengan gadget daripada dengan istri. Suami lebih asyik main game onlinedaripada berkegiatan bersama istri. Ini pasti akan memunculkan masalah besar dalam hubungan mereka.

3.Menjadi Suami Penuh Cinta

Suami dan istri adalah dua orang yang saling mencinta, untuk itulah mereka hidup berumah tangga. Walaupun sering kita dengar orang yang mengatakan sudah tidak cinta kepada pasangannya, namun tentu saja hal itu adalah sebuah ’kesalahan’. Karena sebagai pasangan, semestinya mereka selalu menjaga rasa cinta dalam jiwa mereka, dan tidak membiarkan cinta itu sirna begitu saja. Seperti ungkapan ’habis menis sepah dibuang’.

Rasa cinta antara suami dan istri memang bersifat fluktuatif. Kadang terasa begitu kuat menggelora, namun ada saat mengalami pelemahan hingga titik dimana tidak bisa lagi dirasakan kehadirannya. Maka cinta tidak hanya untuk dirasakan oleh masing-masing pihak, tetapi harus dihadirkan, dijaga bahkan ditumbuhkembangkan senantiasa. Menghadirkan dan menjaga rasa cinta adalah bagian yang utuh dan bukti dari kesungguhan hidup berumah tangga. Untuk itu, para suami hendaknya selalu menyediakan cinta dalam jiwa untuk istri dan anak-anaknya.

Dalam kehidupan sehari-hari, bahasa verbal dalam berkomunikasi amat diperlukan untuk menjaga keharmonisan. Kendatipun masing-masing anggota keluarga telah saling mencintai, akan tetapi mengungkapkan dalam bentuk bahasa verbal akan lebih bisa memberikan kekuatan atas makna kecintaan tersebut. Ungkapan verbal amat disukai para istri, kendatipun kebanyakan laki-laki kurang menyukainya. Bagi istri, ungkapan verbal dari suami amat disukai, bahkan ditunggu-tunggu.

Selain menyatakan cinta secara verbal, perlu didukung dengan cara nonverbal. Senyuman, belaian sayang, kemesraan hubungan, wajah ceria, intonasi kalimat yang lembut, dan mimik muka ceria adalah contoh ungkapan nonverbal. Semestinya tidak boleh ada pertentangan antara ungkapan verbal dengan bahasa nonverbal yang dimunculkan. Suami yang senantiasa bersikap lembut dengan istri, banyak belaian dan senyuman, akan senantiasa menenteramkan hati istri.

Suami yang mengatakan ”I love you” namun sambil menampar wajah istrinya adalah sikap paradoks. Yang akan lebih terasakan oleh istri adalah sakitnya ditampar wajah, bukan kemesraan ucapan ’I love you’. Maka suami hendaknya berusaha menghadirkan cinta dengan tindakan nyata, tidak hanya dengan kata-kata. Bentakan, pukulan, tamparan, tendangan suami kepada istri jelas buklan tindakan yang bisa dirasakan sebagai cinta.

Para suami hendaknya tidak kehabisan cara untuk menghadirkan cinta dalam keluarga. Jika mampu menjadi suami yang penuh cinta, akan membuat istri selalu merasa bahagia dan nyaman bersamanya.

4.Menjadi Suami yang Senang Membantu Istri

Dalam kehidupan keluarga, suami dan istri semestinya telah memiliki pembagian peran yang berkeadilan di antara mereka berdua. Apa yang menjadi tanggung jawab suami dan apa yang menjadi tanggung jawab istri untuk diselesaikan oleh masing-masing, dan apa yang menjadi tanggung jawab bersama. Kendatipun sudah ada pembagian tanggung jawab tersebut, akan sangat indah jika keduanya senang membantu pasangan dalam menyelesaikan tanggung jawabnya.

Jika suami senang membantu istri, bisa dipastikan istri akan merasa bahagia. Bukan saja merasa terbantu karena suami ikut terlibat dalam menunaikan kegiatan yang menjadi tanggung jawab istri, namun juga membuat istri merasa tersanjung dan merasa dicintai suami. Senang membantu ini sesungguhnya sudah menjadi watak orang yang mencintai, bukan sesuatu yang sulit dilakukan.

Meminta bantuan kepada pasangan adalah hal yang wajar saja, karena semua dari kita memiliki keterbatasan dan kekurangan. Maka sisi ini yang digenapkan oleh pasangan, dengan meminta bantuan. Di sini tugas para suami menjadi sangat berarti. Apabila para suami senang membantu istri, akan menjadi sesuatu yang sangat menyenangkan dan membahagiakan para istri. Namun jika untuk meminta bantua suami saja istri merasa takut, tentu ini menandakan ada sesuatu hal yang tidak pada tempatnya.

Di antara hal yang bisa dilakukan suami dalam kehidupan sehari-hari adalah membantu aktivitas rutin istri. Pada umumnya, para istri akan bangun pagi untuk membersihkan rumah dan menyiapkan sarapan, atau mengurus si kecil jika tengah memiliki bayi. Aktivitas rutin seperti ini memakan waktu dan juga menguras tenaga. Kemampuan multitasking perempuan membantu para istri untuk menyelesaikan banyak pekerjaan dalam waktu yang bersamaan di pagi hari.

Akan lebih menyenangkan lagi bagi para istri, apabila suami bersedia memberikan bantuan praktis tanpa harus diminta. Ketika melihat istri sedang memasak di dapur, kemudian anak yang masih balita mendadak menangis, maka suami hendaknya segera berinisiatif untuk mengurus si kecil agar bisa menenangkan tangisnya, atau suami memilih menyelesaikan proses memasak agar istri bisa mengurus anak. Bantuan suami tanpa diminta oleh istri seperti ini akan sangat menyenangkan bagi istri, karena merasa mendapat perhatian dan bantuan yang sangat meringankan bebannya.

Menawarkan dan memberikan bantuan tanpa diminta istri, menandakan suami sangat peduli dan perhatian terhadap kondisi istri. Dengan cara seperti ini istri akan merasakan perhatian dan pengertian suami yang sangat diperlukannya. Istri akan merasa dicintai dan diperlukan oleh suami, sehingga ia merasa bahagia dan nyaman hidup bersama suami tercinta.

[caption id="attachment_407138" align="aligncenter" width="424" caption="ilustrasi : www.galleryhip.com"]

1427934420521706114
1427934420521706114
[/caption]

5.Menjadi Suami yang Memenuhi Kebutuhan Istri

Istri adalah sosok manusia yang sempurna, lengkap dengan segala potensi kemanusiaannya. Ia memiliki kebutuhan yang utuh untuk membuat keseimbangan dalam kehidupan. Istri tidak akan bahagia hanya dengan dipenuhi sisi materialnya saja, atau kebutuhan biologisnya saja. Misalnya dicukupi nafkah lahiriyah dengan sejumlah uang belanja yang berlimpah, rumah megah, mobil mewah, banyak tanah dan sawah. Istri tidak akan bahagia jika hanya dikurung di dalam rumah tanpa boleh berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain.

Kebutuhan spiritual atau kebutuhan ruhani menjadi pondasi kebaikan seseorang. Suami harus mengajak dan membersamai istri untuk taat melaksanakan kewajiban sebagai manusia beriman. Suami membimbing istri agar mengenal dan dekat kepada Allah Yang Maha Pengasih, merasakan pengawasan dan penjagaan dari Allah di setiap tempat dan waktu. Dengan perasaan Ketuhanan seperti ini, akan membuat istri selalu terjaga dalam kebaikan, karena malu untuk melakukan tindak kejahatan.

Istri ingin disayang, ingin diperlakukan dengan lembut, dihormati, dimengerti, didengarkan, dihargai, dimuliakan oleh suami. Ini adalah kebutuhan dari sisi emosional. Istri ingin mendapatkan dukungan secara emosi untuk menguatkan hatinya di saat lemah, untuk menghibur dirinya di saat susah, untuk menenangkan jiwanya di saat gelisah, untuk membantunya keluar dari masalah. Hendaknya suami mengerti, bahwa kebutuhan emosional istri seperti ini perlu pemenuhan dari suami.

Istri memiliki kebutuhan dari sisi intelektual. Ia ingin mengetahui banyak informasi, ia ingin menambah ilmu pengetahuan, karena harus mengajarkan banyak hal bermanfaat untuk anak-anak. Untuk itu para suami perlu memenuhi kebutuhan intelektual ini, baik dengan mengajarinya sendiri, atau memberikan kesempatan belajar baik mandiri maupun belajar kepada pihak lain. Bisa jadi mengikuti pendidikan lanjut seperti S1, S2 dan S3. Bisa pula mengikuti majelis taklim, mengikuti kursus atau pendidikan aplikatif tertentu sesuai kebutuhan yang diperlukan.

Biasanya kebutuhan material yang sangat diperhatikan dan diutamakan dalam kehidupan berumah tangga. Seakan-akan istri hanya memerlukan uang dan kebutuhan material saja, tanpa ada kebutuhan selain itu. Tentu saja istri memerlukan materi untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Istri memerlukan pakaian, tempat tinggal, makan, minum, kesehatan, pendidikan, rekreasi, transportasi, dan komunikasi yang tidak bisa terwujud tanpa adanya pemenuhan sisi finansial.

Istri juga memiliki kebutuhan sosial. Manusia memerlukan interaksi dan komunikasi setiap hari, sebagaimana mereka memerlukan bernafas, makan, minum dan tidur. Tidak bisa dibayangkan bahwa manusia mengasingkan diri tidak memiliki teman, tidak memiliki komunitas yang bisa dijadikan sarana berinteraksi dan berkomunikasi sehari-hari. Kebutuhan sosial ini termasuk bagian yang mendasar, sebagaimana kebutuhan spiritual, emosional, intelektual, dan finansial. Hendaknya para suami memberikan kesempatan dan dukungan bagi istri untuk memenuhi kebutuhan sosial ini.

6.Menjadi Suami yang Sabar Membimbing Istri

Dalam kehidupan berumah tangga, suami dan istri pasti memiliki keinginan dan harapan terhadap pasangannya. Suami memiliki keinginan dan harapan kepada suami, demikian pula istri memiliki harapan kepada suami. Keinginan dan harapan seperti ini wajar dan sah saja, namun persoalannya apakah hal tersebut sudah dikomunikasikan dengan baik kepada pasangan. Sering kali keinginan dan harapan tersebut hanya dipendam dalam hati dan tidak dinyatakan kepada pasangan.

Menjadi seseorang seperti yang diharapkan pasangan, bukan hal yang mudah. Ini memerlukan proses dan waktu. Tidak bisa sekejap apalagi sim salabim. Lebih penting lagi, memerlukan bantuan pasangan untuk mewujudkannya. Suami tidak bisa menuntut istri agar sesuai keinginan dan harapannya begitu saja. Namun, suami harus membantu istri agar sang istri bisa menjadi seseorang sebagaimana yang diharapkan.

Sebagai pemimpin, suami harus sabar membimbing dan membersamai sang istri untuk menjadi seseorang seperti harapan dan keinginannya. Suami harus mengomunikasikan keinginan dan harapan tersebut secara baik kepada istri, dan mendialogkan cara untuk mewujudkannya. Suami juga harus menyediakan sarana yang diperlukan agar istri bisa sesuai dengan harapan suami. Karena semua perubahan memerlukan sarana sesuai dengan kebutuhan perubahan tersebut.

Hendaknya suami juga memberikan bantuan dan sarana yang diperlukan istri untuk memenuhi harapan tersebut. Misalnya, suami membelikan aneka wewangian untuk sang istri yang sesuai dengan seleranya. Sejak dari sabun mandi, shampoo, deodoran, dan lain sebagainya, dengan aroma sesuai selera suami. Dengan demikian ada tindakan nyata suami untuk mewujudkan keinginannya, bukan semata-mata mencela, mengkritik, atau memendam sendiri keinginan dan harapan.

Dengan tindakan nyata, suami bisa membantu istri untuk menjadi seseorang seperti yang ia harapkan. Tanpa kemarahan, tanpa kejengkelan, tanpa emosi, tanpa celaan, namun langsung melakukan tindakan untuk membantu istri menyesuaikan dengan harapan suami.

Kesabaran suami dalam membimbing dan membersamai istri menuju kondisi yang diharapkan menjadi salah satu faktor penting dalam menciptakan keharmonisan hubungan mereka. Suami tidak perlu uring-uringan, jengkel, emosional menghadapi sikap istri yang dianggapnya tidak berusaha untuk berubah. Pertanyaan pentingnya adalah, apakah proses sudah dilakukan oleh suami? Apakah ia sabar melewati prosesnya?

Jika ingin istri berubah sesuai keinginan suami, maka jadilah suami yang sabar membimbing istri.

7.Menjadi Suami yang Memberikan Teladan Kebaikan bagi Istri

Suami adalah pemimpin dalam rumah tangga, maka ia harus memberikan contoh keteladanan dalam kebaikan. Keteladanan adalah cara yang sangat efektif untuk mengarahkan dan membimbing, agar semua anggota keluarga bisa menuju visi yang ingin dicapai. Semua kebaikan yang ingin diwujudkan dalam keluarga, harus diawali dengan keteladanan, dan suami adalah figur sentral dalam memberikan keteladanan.

Keteladanan merupakan karakter yang harus sangat menonjol pada diri suami, tentu saja dalam konteks yang positif. Karena kenyataannya suami tidak mungkin bisa menghindar dari tanggung jawab dalam kehidupan rumah tangga. Pernikahan telah membuatnya menjadi seseorang yang harus memimpin –mau tidak mau—kehidupan keluarga, dan seperti apakah kondisi keluarga yang terbentuk sangat bergantung kepada keteladanan dirinya. Maka ia tidak mungkin akan bisa menghindar dari tanggung jawab untuk memberikan keteladanan.

Sesungguhnya, semua yang diucapkan, dilakukan, ditampilkan oleh suami, sudah menjadi sebuah teladan bagi anggota keluarga lainnya. Entah perkataan, perbuatan dan penampilan itu terjadi dengan sepenuh kesadaran untuk memberikan keteladanan, atau tidak sengaja dan tidak sadar karena sekedar mengikuti ritme kebiasaan saja. Sama saja kondisinya, semua perkataan, perbuatan dan penampilan suami tetap menjadi contoh bagi semua anggota keluarga.

Menjadi teladan mungkin merupakan tugas terberat bagi seorang suami dan ayah. Ia harus menyadari bahwa dirinya adalah teladan sepanjang waktu. Tidak ada waktu dan tempat untuk bersembunyi atau menghindar dari kewajiban ini. Menjadi teladan bukanlah pilihan, tapi keharusan. Mau tidak mau, suka tidak suka, suami berada dalam posisi keteladanan yang tidak mungkin dihindari sepanjang kehidupannya sebagai suami dan ayah.

Yang bisa dilakukan adalah belajar dan terus belajar, berusaha dan terus berusaha, untuk menjadi teladan dalam kebaikan. Tugas ini memang sangat berat, namun toh tidak bisa dihindari. Oleh karena, hendaknya suami dan istri bergandengan tangan saling menguatkan dalam kebaikan. Istri juga harus membantu suami agar bisa menjadi teladan, karena memang inilah tugas yang sangat berat dalam kehidupan.

8.Menjadi Pendengar yang Baik bagi Istri

Perempuan adalah makhluk yang sangat verbal. Mereka memiliki kemampuan berbicara yang sangat mengagumkan. Mereka juga memiliki kemampuan mengeluarkan kosa kata yang jauh lebih banyak daripada kaum laki-laki. Itulah sebabnya, perempuan sering disebut sebagai ‘makhluk cerewet’ atau sering saya sebut sebagai ‘makhluk verbal’.  Sudah banyak studi yang mengungkapkan faktor-faktor penyebab kondisi tersebut.

Justru karena perempuan sangat banyak berbicara, maka mereka memiliki kebutuhan untuk didengarkan lebih banyak dibandingkan dengan kaum laki-laki. Bayangkan saja, mereka memiliki ‘kondisi natural’ yang sangat verbal, ingin banyak mengobrol, ingin mengungkapkan perasaan hati, maka bagaimana kondisi jiwa mereka jika memiliki suami yang tidak mau mendengarkan semua pembicaraannya? Suami bersikap tertutup, tidak mau banyak bicara, bahkan cenderung menghindar saat diajak mengobrol berlama-lama oleh istrinya. Situasi ini akan sangat menyiksa para istri.

Para suami hendaklah memberikan kesempatan yang leluasa kepada isteri untuk bercerita apa saja, berkeluh kesah apa saja, menceritakan apa saja. Suami harus menyediakan waktu dan suasana yang nyaman bagi istri untuk berbicara, dan harus menampung serta merespon pembicaraan istri dengan bijak. Seringkali ada sikap suami yang sangat mengganggu istri, sehingga mereka tidak nyaman untuk berbicara dan mengobrol dengan suami. Di antaranya adalah sikap suami yang mudah menyela omongan istri, minta istri segera diam dan tidak berisik, atau sikap-sikap lain yang tidak ramah terhadap istri yang tengah ingin berbicara.

Biarkan istri anda berbicara hingga tuntas dan selesai bahannya. Itu akan sangat melegakan perasaannya. Anda tidak perlu cemas dan  khawatir bahwa anda tidak mampu memberi solusi dari masalah yang ia sampaikan. Sering kali istri curhat adalah untuk melepas beban, bukan semata soal mencari solusi. Maka dengarkan saja semuanya hingga ia selesai bicara. Jangan pernah menyuruhnya diam saat asyik bicara, apalagi dengan bentakan. Itu akan sangat menyakitkan hatinya.

Sering kali istri curhat adalah untuk melepas beban, bukan semata soal mencari solusi. ‘Kesalahan’ banyak kalangan suami adalah ketika mereka merasa terbebani dengan curhat istri karena khawatir tidak bisa memberikan penyelesaian masalah. Dampak dari perasaan dan beban itu, suami menghadapi obrolan istri dengan wajah yang tegang dan kaku. Wajah yang tidak ramah, atau bahkan wajah yang marah.

Santai saja, jangan tegang. Yakinlah badai pasti berlalu. Jika anda mendengar curhatnya, akan membuatnya merasa nyaman. Hal ini akan membuat andapun akan merasa lebih nyaman menghadapinya.

9.Menjadi Suami yang Bisa Menerima Kekurangan Istri

Kadang suami menuntut kesempurnaan istri untuk menjadi sosok pribadi yang tanpa cela, tanpa kekurangan, tanpa kelemahan, tanpa kesalahan, tanpa hal yang negatif. Tuntutan seperti ini sudah pasti mustahil dan hanya akan menimbulkan kekecewaan berkepanjangan. Selama suami dan isteri masih berjenis manusia, sudah pasti memiliki kelemahan, kekurangan, sisi negatif, dan pasti melakukan kesalahan suatu ketika. Anda tidak akan pernah bisa menemukan sosok istri yang sempurna. Bukan hanya istri anda yang tidak sempurna, istri siapapun tidak ada yang sempurna.

Tidak ada satupun istri yang tak memiliki sisi kelemahan dan kekurangan. Sebagaimana tidak ada istri yang tidak memiliki sisi kelebihan dan keutamaan. Itulah manusia, yang selalu memiliki dua sisi dalam kehidupannya. Positif dan negatif, baik dan buruk, kekuatan dan kelemahan. Justru disitulah letak ‘kesempurnaan’ manusia, bahwa mereka mendapatkan potensi yang utuh untuk dikelola secara baik dan benar.

Berbagai kekurangan dan kelemahan yang ada pada diri istri tentu saja harus ada upaya untuk melakukan perbaikan. Istri tidak boleh pasif, pasrah menerima kondisi dirinya tanpa ada upaya untuk berubah menjadi lebih baik. Manusia diciptakan dalam bentuk ‘sebaik-baik penciptaan’ dan kondisi yang fitrah, dengan karakter yang bisa diubah menjadi baik maupun menjadi buruk. Manusia adalah makhluk dinamis, yang bisa terpengaruh oleh lingkungan sekitar.

Hendaknya suami membantu istri untuk mengubah beberapa sisi kekurangan dan kelemahan agar bisa lebih sesuai dengan harapan. Suami tidak hanya menuntut istri agar berubah lebih baik, namun harus diwujudkan dalam bantuan yang nyata dan langsung untuk perubahan pada diri sang istri.

Setelah berusaha untuk melakukan perbaikan sekuat tenaga, maka ketika masih tetap dijumpai adanya kekurangan dan kelemahan pada diri istri, hendaknya suami bisa mamkluminya. Hal-hal tersebut merupoakan sifat manusiawi yang memang tidak mungkin bisa sempurna, sebagaimana suami jika tidak bisa sempurna. Terima istri anda apa adanya, tentu saja sambil terus berusaha untuk memperbaiki diri bersama istri, agar bisa mencapai kondisi yang lebih baik dan semakin baik, kendati tidak pernah sempurna.

10. Menjadi Suami yang Siap Berkorban Untuk Istri

Dalam kehidupan sehari-hari, suami dan istri adalah pasangan yang harus saling bahu membahu dalam menunaikan kewajiban, peran, tanggung jawab dan aktivitas kehidupan. Suami dan istri harus saling memberikan hal terbaik bagi pasangan, dan itulah makna pengorbanan. Tidak ada cinta tanpa pengorbanan. Tidak ada keutuhan keluarga tanpa pengorbanan. Tidak ada keharmonisan dan kebahagiaan keluarga tanpa pengorbanan. Semua cita-cita hidup berumah tangga barun akan bisa terwujud dengan pengorbanan dari kedua belah pihak.

Suami harus bersedia berkorban demi istri dan istri harus rela berkorban demi suami. Suami dan istri harus sama-sama rela berkorban demi keutuhan, keharmonisan dan kebahagiaan keluarga mereka. Suami yang merasa lelah sepulang dari kerja yang menguras tenaga, sampai di rumah masih harus mengurus keluarga. Harus menyediakan waktu untuk mendengarkan curhat istri, harus menyediakan waktu untuk mengajak bermain anak-anak, harus menyediakan waktu untuk menemani anak-anak belajar. Masih ditambah dengan menyediakan waktu untuk tetangga dan kegiatan kemasyarakatan.

Kadang suami merasa sangat lelah dan ingin istirahat ketika di rumah. Namun semestinya ia juga mengerti, bahwa istri pun juga lelah sudah mengurus rumah seharian. Bukan hanya dirinya yang lelah. Mengurus anak-anak dari bangun tidur hingga tidur lagi, semua pekerjaan rumah tangga juga menguras waktu, tenaga dan perhatian istri. Belum lagi kalau istri bekerja di luar rumah, berarti bertambah lagi lelahnya.

Pengorbanan untuk istri tentu saja lahir dan batin. Korban jiwa dan raga. Suami semestinya menyediakan diri untuk mengorbankan apa yang dimiliki demi membahagiakan keluarga. Berkorban dengan apa yang bisa dilakukan untuk istri dan anak-anak. Inilah konsekuensi dari cinta. Tidak akan ada cinta jika tidak ada pengorbanan. Betapa bahagia jiwa istri jika memiliki suami yang rela berkorban untuk dirinya. Pengorbanan ini akan sangat membekas kuat dalam hati istri, ia merasakan dicintai suami dengan sepenuh hati.

Bahan Bacaan :

Cahyadi Takariawan, Wonderful Husband, Menjadi Suami Disayang Istri, Era Adicitra Intermedia, Solo, 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun