Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Sepinggan, Bandara Baru nan Megah yang Membingungkan Penumpang

9 Oktober 2014   17:09 Diperbarui: 4 April 2017   18:11 1152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14128239731938154863

[caption id="attachment_365079" align="aligncenter" width="496" caption="ilustrasi : www.finance.detik.com"][/caption]

Bandara internasional Sepinggan yang baru amat megah, luas dan bagus. Namanya bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman, Sepinggan, yang merupakan bandara pertama dengan mal di Indonesia. Pembangunan bandara ini membutuhkan dana Rp 2 triliun. Sebuah investasi yang luar biasa besarnya, demi menciptakan kenyamanan penumpang, tentu saja.

Dana sebanyak itu digunakan untuk membangun terminal penumpang seluas 110.000 meter persegi, membangun gedung parkir seluas 77.000 meter persegi, flyover dan infrastruktur lain, serta dua hanggar, apron, dan kargo. Proses pembangunan bandara dengan konsep futuristik modern eco airport ini memakan waktu 32 bulan, sejak Agustus 2011.

Bandara Bagus Tapi Tidak Informatif

Saya terbang dari Jogja hari Senin 6 Oktober 2014 pukul 14.30 wib dengan pesawat Sriwijaya Air menuju Berau, dengan transit di Balikpapan. Mendarat di Balikpapan jam 17.00 wit. Pramugari memberi pengumuman bahwa penumpang transit tujuan Berau diminta tetap di dalam pesawat.

Kami menunggu beberapa saat di dalam pesawat hingga semua penumpang sudah turun, kecuali yang tujuan Berau. Para petugas cleaning servis sudah mulai melaksanakan tugas nereka untuk membersihkan pesawat. Namun tidak lama kemudian pramugari memberikan pengumuman bahwa kami diminta untuk turun ke ruang tunggu bandara. Semua penumpang pun turun sesuai arahan pramugari, menuju ruang tunggu bandara.

Kami menuju counter pelaporan. Tidak ada tulisan apapun pada dua counter yang berdampingan, pun tidak ada petugas yang memberi informasi apa beda kedua counter tersebut. Sangat tidak informatif untuk bandara baru sebagus itu.

Ternyata counter yang sebelah kanan adalah untuk pelaporan transfer pesawat. Sedangkan counter sebelah kiri adalah untuk pembayaran atau pelaporan airport tax. Jadi harusnya penumpang antri di counter sebelah kanan terlebih dahulu baru menuju ke counter sebelah kiri. Namun sangat banyak penumpang yang salah antri. Karena rata-rata menduga bahwa kedua counter itu sama saja, maka banyak penumpang memilih antri di counter yang tampak lebih pendek antriannya.

Setelah mereka lama mengantri di counter sebelah kiri, begitu tiba di depan petugas, baru mengerti bahwa mereka salah antri. Pasti semua merasa jengkel atas kejadian itu, karena sudah lama mengantri, dan kini harus mengantri lagi di counter sebelah kanan, mulai dari paling belakang lagi. Panjang mengantri di counter sebelah kanan, setelah selesai melapor transfer pesawat, mendapatkan boarding pass yang baru, kemudian harus balik antri lagi di counter sebelah kiri. Di sini boarding pass kita mendapat stiker tanda pajak, tanpa membayar lagi.

Saya mengalami kesalahan seperti ini akhir bulan Agustus 2014 yang lalu saat pertama kali memasuki bandara baru Sepinggan. Waktu itu saya akan terbang ke Tarakan, dari Jogja harus transit di Balikpapan. Karena tidak ada tulisan apapun pada kedua counter itu saya langsung mengantri di counter sebelah kiri yang tampak lebih pendek.

Sampai di depan petugas baru diberi tahu kalau harus melapor di counter sebelah kanan terlebih dahulu. Sayapun segera pindah antrian di counter sebelah kanan, mulai dari bagian paling belakang lagi. Waw.... Selesai melapor di counter kanan, saya antri lagi di counter kiri, juga mulai dari paling belakang. Sesampai di depan petugas saya bertanya, "Mbak kenapa tidak ada tulisan atau tanda di dua counter ini? Lalu bagaimana para penumpang bisa tahu bedanya?"

Petugas diam saja. Tidak menjawab apapun. Benar-benar diam. Masyaallah... Saya merasa sedang bicara dengan robot. Bukan dengan seorang petugas publik yang seharusnya bisa memberi informasi yang diperlukan. Namun saya maklum, mungkin dia sudah lelah mendengar ribuan pertanyaan serupa dari penumpang yang kecewa. Sehingga ia memilih diam tidak mau menjawabnya.

Kesalahan Berulang Setiap Saat

Pada kejadian 6 Oktober tersebut tentu saya sudah mengerti bedanya, karena pernah “tertipu” sebelumnya. Saya cukup kaget bahwa ternyata belum ada perubahan apapun di kedua counter tersebut. Waktu saya datang pertama di bulan Agustus, saya berpikir ini karena bandara baru, mungkin masih sementara dan terbatas kondisinya. Namun sudah lebih sebulan, ternyata tidak ada perubahan.

Saya kembali dari Berau menuju Jogja, tanggal 8 Oktober, juga harus transit di Sepinggan. Dengan proses yang sama, sekaligus melihat kejadian yang sama pada banyak penumpang yang baru pertama kali melakukan transit di bandara ini. Saya tersenyum sendiri menyaksikan panjangnya antrian di sebelah kiri, pasti banyak di antara mereka yang salah antri, pikir saya. Benar saja, beberapa di antara mereka langsung keluar barisan menuju antrian sebelah kanan setelah mengetahui kesalahan mereka.

Saya yakin setiap saat sepanjang hari, selalu ada kesalahan seperti ini. Padahal urusannya sederhana saja. Hanya perlu papan informasi yang jelas di atas kedua counter tersebut. Satu bertuliskan “Counter Pelaporan Transfer”, dan satu lagi “Counter Pajak Bandara”, atau semacam dengan itu. Jika tidak mau ada tulisan, semestinya ada petugas yang dengan sabar memberikan informasi kepada para penumpang transit, dimana mereka semestinya antri.

Membiarkan sekian banyak penumpang bingung dan akhirnya antri secara salah, menurut saya sebuah tindakan yang tidak dapat dibenarkan. Penumpang dibuat lelah antri, karena harus antri dari bagian paling belakang, tentu saja, sebanyak tiga kali antri. Selain memakan waktu, menimbulkan kelelahan, juga menimbulkan kejengkelan.

Kelebihan Bandara Sepinggan

Tentu saja ada sangat banyak kelebihan bandara Sepinggan dibanding bandara lainnya. Menurut saya, bandara baru Sepinggan paling ramah anak dan keluarga, terutama di ruang tunggu. Begitu kita memasuki ruang tunggu yang sangat panjang dan luas, banyak disediakan fasilitas untuk bayi dan anak-anak. Misalnya disediakan kereta dorong bayi yang cukup banyak berjejer-jejer. Penumpang bisa membawanya untuk bayi mereka berjalan-jalan di sekitar ruang tunggu.

Demikian pula banyak tersedia tempat bermain anak-anak. Ada home-teater disertai kursi-kursi lucu berjajar untuk anak-anak menyaksikan film atau video sambil menunggu keberangkatan pesawat. Dengan demikian anak-anak menjadi tidak bosan dan bisa betah di bandara selama menunggu waktu boarding. Benar-benar bandara yang sangat ramah keluarga.

Selain itu, bandara juga bersih, mungkin karena benar-benar baru beroperasi. Semoga segera dibenahi agar membuat bandara Sepinggan semakin nyaman bagi seluruh penumpang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun