Jika mendengar istilah selingkuh, maka di situ ada pengertian “dua belah pihak”. Tidak ada tanda jenis kelamin dalam istilah yang satu ini, karena ia bisa dilakukan oleh lelaki ataupun perempuan, bersama pasangan selingkuhannya. Selingkuh tidak bisa dilakukan sendirian, selalu memerlukan pasangan.
Sebagian orang menganggap laki-laki suka selingkuh. Coba tanyakan, laki-laki ini selingkuh dengan siapa? Dengan perempuan kan? Jadi siapa yang selingkuh dan siapa yang diselingkuhi? Itu kan hanya masalah “siapa menuduh siapa”. Yang duluan menuduh, itu yang tampak menang.
Dengan sangat mudah kita bisa mendapatkan berita perselingkuhan, baik berita suami selingkuh maupun berita istri selingkuh. Hal ini karena selingkuh selalu melibatkan dua pihak, maka perkara siapa yang berselingkuh, itu tinggal melihat sisi pemberitaannya. Jika diberitakan dari segi istri, maka judulnya menjadi “istri selingkuh”. Namun jika diberitakan dari segi pasangan selingkuhnya, maka judulnya menjadi “suami selingkuh”.
Coba saja searching tema selingkuh, betapa banyak hasilnya, baik dari sisi suami maupun dari sisi istri. Oleh karena itu, setiap kali membahas perselingkuhan harus lengkap di dalam kesadaran kita, bahwa kita tengah membahas “dua pihak”. Bukan satu pihak, lelaki saja atau perempuan saja. Namun keduanya, lelaki dan perempuan, suami dan istri.
Kalaupun kita menyebut satu pihak, itu hanya untuk memudahkan penyebutan. Namun tetap melibatkan kedua belah pihak tanpa bisa dipisahkan.
Selingkuh Bukan Soal Seks dan Perempuan Cantik
Banyak orang salah mengira, seakan-akan selingkuh adalah soal seks atau mencari perempuan lain yang lebih cantik dan seksi. Padahal kenyataannya tidaklah demikian. Sebuah studi memberikan hasil yang cukup memberikan penjelasan. Sebanyak 92 % laki-laki menyatakan selingkuh bukan soal seks, namun karena hilangnya hubungan emosional dengan pasangan, lebih khusus lagi karena merasa tidak dihargai.
Selanjutnya Garry Neuman, seorang konselor pernikahan, menyebutkan sejumlah penyebab suami berselingkuh sebagai berikut:
1. Merasa lemah di rumah
Menumpuknya beban ekonomi di rumah, seperti tagihan bayar rumah, mobil, rekening listrik, telpon dan lain sebagainya, bisa membuat hubungan suami dan istri menjauh. Pada titik tertentu, suami merasa gagal memenuhi kebutuhna hidup keluarga, sehinbgga ia merasa menjadi sosok suami yang lemah di rumah.
Ia ingin menjadi sosok yang kuat, dan akhirnya ia menemukan perempuan yang memberikan posisi kuat pada dirinya. Ia menjadi sangat berarti dan berharga bersama perempuan lain, saat dirinya merasa lemah dan tidak berdaya di rumahnya.