[caption id="attachment_403116" align="aligncenter" width="240" caption="Ilustrasi : www. faysflounderings.com"][/caption]
Dalam postingan sebelumnya, telah saya sampaikan bahwa kemarahan suami kepada istri atau kemarahan istri kepada suami sesungguhnya tidak menyelesaikan masalah apapun di antara mereka. Bahkan potensial menimbulkan masalah baru atau memperuncing masalah yang lama. Begitulah kehidupan keluarga, sering dijumpai kemarahan atau ledakan emosi dari suami atau isteri, hanya karena masalah yang sebenarnya sepele dan sederhana saja. Bukan persoalan besar atau masalah yang “ideologis”, namun sering dipicu kesalahpahaman atau komunikasi yang tidak lancar.
Kemarahan menjadi semakin meledak ketika disikapi dengan kemarahan pula oleh pasangan. Masing-masing menjaga gengsi dan mengedepankan ego, tidak ada yang mau mengalah, tidak ada yang bersedia merendah. Jika kondisi seperti ini dibiasakan berkembang dalam kehidupan sehari-hari, jangan berharap kebahagiaan bisa didapatkan. Yang akan terjadi hanyalah “hawa panas” mudah melingkupi suasana dalam rumah tangga.
Apa yang harus anda lakukan jika pasangan anda tengah marah atau meledak emosinya? Tentu anda harus berusaha untuk meredakan kemarahannya. Ada beberapa langkah praktis yang bisa kita lakukan untuk meredakan kemarahan pasangan, di antaranya adalah langkah berikut.
a.Hadapi Pasangan dengan Lembut
Saat pasangan anda marah, hadapi dengan sikap lembut. Jangan menghindar dari pasangan saat ia marah, karena hal itu bisa membuatnya semakin marah. Misalnya anda menghindar dengan meninggalkan rumah, atau menghindar dengan menjauhi pasangan, atau menghindar dengan mengerjakan aktivitas lain untuk mengalihkan perhatian. Jika ia marah karena anda, maka hadapi dengan sikap lembut dan mengalah. Jangan menghadapi dengan sikap melawan dan menantang.
Hadapi kemarahan pasangan dengan kelembutan, karena kemarahan sebagai bentuk “kekerasan psikis” akan semakin keras jika dihadapi dengan kekasaran. Bukan hal yang mudah untuk berlaku lembut saat pasangan marah kepada anda. Namun jika ingin kemarahan itu cepat mereda dan selesai, hadapi dengan sikap kelembutan.
b.Bersikap Tenang
Jika pasangan anda tengah meledak emosinya, bersikaplah tenang. Jangan terpancing emosinya yang membuat anda ikut marah dan akhirnya anda terlibat pertengkaran dengan pasangan. Jangan terpaku kepada isi kalimat yang diucapkan pasangan saat ia tengah menumpahkan kemarahan.
Pada saat marah, orang cenderung menggunakan kalimat yang tidak teratur dan tidak enak didengar. Hal itu akibat dari ledakan emosi yang tidak terkendali. Maka saat pasangan marah, jangan terlampau terpaku pada isi kalimatnya, karena bisa jadi akan bertemu kata-kata dan kalimat yang sangat menyakitkan. Ingatlah bahwa di saat emosi, orang cenderung sulit mengendalikan perkataannya.
[caption id="attachment_403117" align="aligncenter" width="270" caption="ilustrasi : www.illustrationsource.com"]
c.Tanyakan Keinginannya
Ketika pasangan marah kepada anda, tanyakan keinginannya. “Apa yang harus aku lakukan?” Tujuannya adalah agar anda mengerti keinginannya terhadap anda. Mungkin ia marah karena anda tidak melayaninya tadi malam, karena anda sudah tertidur kelelahan dari aktivitas seharian. Jika memang itu yang terjadi, maka anda bisa menggantinya kapanpun ia mau. Mungkin ia marah karena sikap anda yang dianggap tidak menyenangkan, maka anda harus mengubah dan memperbaiki sikap yang menyinggung pasangan.
Ketika pasangan menghendaki anda untuk berubah, sepanjang perubahan itu menuju kebaikan, nyatakan bahwa anda akan selalu berusaha menjadi lebih baik. Jangan menambah panjang kemarahannya dengan penolakan anda untuk berubah.
d.Hindari Ancaman
Pada saat pasangan anda marah, jangan terbiasa mengucapkan kalimat ancaman. Seperti, “Awas kalau kamu marah terus, aku akan pergi saja dari rumah”, atau ancaman cerai, “Kita cerai saja kalau sikap kamu seperti ini”. Ancaman seperti itu tidak menyelesaikan masalah, dan tidak meredakan ketegangan orang yang sedang emosi. Ancaman justru lebih berpeluang menimbulkan bertambahnya masalah.
Orang yang tengah marah, akan semakin kuat kemarahannya ketika mendengar ancaman. Dalam batas tertentu, bahkan bisa menjadi lebih vatalis. Misalnya, ancaman cerai akan ditanggapi secara emosional dengan ungkapan, “Ya sudah, kita cerai saja”. Ancaman meninggalkan rumah juga akan ditanggapi lebih emosional lagi, “Pergi sana, sekarang juga. Pergi !! Jangan kembali lagi !!”
e.Jangan Katakan “Aku Benci Kamu”
Pada saat pasangan marah, jangan mengatakan “Aku benar-benar benci denganmu”. Kalimat ini mungkin diucapkan sebagai respon emosional atas kemarahan pasangan. Kata “benci” ini akan mudah melekat di hati pasangan, dan menjadi ingatan yang sulit dilupakan. Pasangan anda akan memiliki kesimpulan, “Ternyata sesungguhnya ia benci aku”, walaupun suasana kemarahan sudah mereda.
Kalimat “Aku benci kamu” akan sangat membekas, kendati diucapkan dalam keadaan emosi. Di saat suasana sudah tenang dan damai, pasangan anda masih akan menyimpan ingatan bahwa anda pernah mengatakan benci kepadanya. Ini sesuatu yang sulit dihapus.
f.Pertegas Emosinya
Yang dimaksud dengan mempertegas emosi bukanlah menambah kemarahannya, namun memahami dan bisa menerima kemarahannya. Misalnya, seorang isteri marah kepada suami karena mengetahui ada sms mesra di handphone suami. Kalimat yang mempertegas emosi adalah, “Aku memahami perasaanmu. Memang tidak selayaknya aku mendapat sms seperti itu. Wajar kalau engkau marah”. Kalimat ini akan lebih memberikan kenyamanan kepada pasangan.
Sedangkan kalimat yang mengingkari emosi, misalnya “Kamu jangan marah. Cuma sms seperti itu saja kamu marah. Ada yang lebih parah dari itu”. Ini mengingkari emosi pasangan yang tengah meledak. Secara umum, kemarahan akan lebih cepat mereda jika dipertegas emosinya, bukan diingkari.
g.Cari Solusi Bersama
Ketika kemarahan pasangan muncul dari akumulasi persoalan dalam kehidupan rumah tangga, maka segera cari solusi bersama. Jika tidak segera mencari solusi, akan selalu muncul kemarahan serupa karena faktor pemicunya belum diselesaikan. Anda bersama pasangan harus bersepakat untuk mencari solusi atas berbagai persoalan rumah tangga tersebut agar masalah bisa terselesaikan dengan baik. Jika masalah sudah mendapatkan solusi, maka kemarahan serupa tidak akan terulang pada waktu yang lainnya nanti.
h.Jangan Akhiri Pertengkaran Dengan Pertengkaran
Ketika pasangan sudah reda kemarahannya, jangan ungkit lagi kemarahan tersebut, karena akan menimbulkan kemarahan baru. Jika anda tengah bertengkar dengan pasangan, kemudian mereda, jangan ungkit lagi pertengkaran tersebut, karena berpotensi menimbulkan pertengkaran baru.
Banyak dijumpai, pertengkaran yang sudah mereda akhirnya berulang muncul pertengkaran baru. Pada pertengkaran yang kedua ini, mereka bertengkar mengenai cara dan sebab pertengkaran yang pertama. “Tadi gara-gara kamu sih, kalau kamu tidak memulai, akupun tidak marah”, kata suami. “Bukan aku yang memulai, tapi kamu”, bantah isteri. Lalu akhirnya mereka kembali bertengkar.
i.Jangan Pelit Meminta Maaf
Berlombalah meminta maaf dengan tulus. Jangan memperpanjang kemarahan, jangan mengembangkan pertengkaran. Dahului meminta maaf kepada pasangan. “Sudahlah, aku minta maaf. Mungkin semua ini memang salahku. Aku benar-benar minta maaf”, kalimat seperti ini tidak akan menjatuhkan wibawa serta harga diri anda di hadapan pasangan.
“Mengapa saya yang harus minta maaf, padahal dia yang salah?” begitu kebanyakan pikiran orang. Sikap seperti inilah yang memperpanjang kemarahan dan pertengkaran. Cepatlah meminta maaf, itu akan mudah meredakan kemarahan pasangan.
j.Peluklah Pasangan Anda
Pasangan anda akan sangat bahagia jika anda memeluknya. Emosinya yang meledak-ledak akan berangsur-angsur mereda dalam pelukan anda yang tulus. Pelukan anda pertanda anda melangkah mendekat, bukan berlari menjauh. Masalah akan cepat selesai jika anda selalu berusaha mendekat kepada pasangan. Sebaliknya, masalah semakin pelik dan rumit jika anda berusaha menjauh dari pasangan. Tanpa harus berkata-kata, pelukan ini telah menyampaikan sangat banyak pesan kepada pasangan.
k.Tetap Mencintai Pasangan Anda
Setelah kemarahan mereda, tetaplah mencintai pasangan anda. Jangan gara-gara kemarahan itu membuat anda tidak lagi mencintainya. Ingatlah kemarahan merupakan bagian dari sifat manusia, yang bisa dialami oleh siapa saja. Maka bersikap wajarlah atas kemarahan tersebut, jangan membuat kehilangan perasaan cinta kepada pasangan anda.
Demikianlah beberapa langkah praktis untuk meredakan kemarahan pasangan. Semoga keluarga anda selalu diliputi kebaikan dan kebahagiaan. Amin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H