[caption caption="ilustrasi: weheartit.com"][/caption]Jika kita menghadiri resepsi pernikahan dalam tradisi Jawa, biasanya akan diperdengarkan “Bawa Setya Tuhu” yang dilanjutkan dengan tembang Setya Tuhu. Bawa ini dilantunkan kembali dengan apik oleh Manthous dan sering menghiasi acara-acara resepsi pernikahan sampai dengan hari ini. Tembang itu merupakan simbol dari harapan semua pihak yang hadir dalam resepsi tersebut, terhadap sepasang pengantin yang sedang merayakan kebahagiaan pada hari itu. Sebuah harapan agar pengantin bisa hidup rukun dan saling mencintai dalam menjalani bahtera rumah tangga.
Kehidupan sepasang suami istri yang setia, bahagia, rukun, tentram, damai dan sejahtera, sering dikiaskan sebagai “Mimi dan Mintuna”. Orang Jawa sejak zaman dulu menjadikan Mimi dan Mintuna sebagai legenda untuk menggambarkan kesetiaan pasangan suami istri. Mereka hidup dalam kebahagiaan dan keharmonisan karena suami dan istri selalu setia, selalu bersama dalam suka dan duka. Tidak ada yang bisa memisahkan mereka kecuali kematian. Gambaran indah tentang keluarga yang harmonis, bahagia, sakinah mwaddah wa rahmah.
Masyarakat Jawa –terutama yang berusia tua dan tinggal di desa—sangat hafal dan menghayati “Bawa Setya Tuhu” berikut ini:
Setya Tuhu
...........
Pamintaku, Nimas sida asih
Atut runtut tansah reruntungan
Ing sarina sawengine
Datan ginggang sarambut
Lamun adoh caketing ati
Yen cedhak tansah mulat