Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menghadapi Suami yang Hipersensitif

19 Februari 2015   12:23 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:54 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_397939" align="aligncenter" width="320" caption="ilustrasi : www.onislam.net"][/caption]

Pada postingan sebelumnya telah saya sampaikan beberapa persoalan yang bisa muncul akibat penghasilan istri yang lebih besar dibanding suami, atau posisi istri yang lebih tinggi dibanding suami. Kadang suami merasa minder dan tidak berarti dihadapan istri, ang memcu muncul sejumlah persoalan ikutan lainnya. Pada kesempatan kali ini akan saya bahas sikap istri salihah, ketika dirinya memiliki penghasilan lebih besar dibanding suami atau posisi lebih tinggi dibanding suami.

Hendaknya para istri salihah tetap bisa bersikap hormat dan takzim terhadap suami, meskipun penghasilan suami lebih kecil dibanding dirinya. Ketidakmampuan istri bersikap menghormati, memuliakan dan menempatkan suami secara nyaman, membuat suami menjadi hipersensitif. Suasananya akan sangat tidak kondusif, karena hal-hal baik yang disampaikan istri terhadap suami pun mudah disalahpahami, seakan-akan istri tengah mengejek atau menghina dirinya. Padahal tidak ada niatan atau maksud dari istri untuk menghina, ia hanya bermaksud memberi masukan atau memotivasi suami.

Bersikap Dewasa dan Bijak

Berbagai persoalan yang dihadapi suami ketika istri memiliki penghasilan lebih besar, atau karier lebih cemerlang, atau posisi lebih tinggi dibanding suami, sesungguhnya masalah utama terletak dari sikap suami dan istri itu sendiri. Jika istri tidak mampu menghormati dan memuliakan suami, dipastikan akan menghadirkan problem psikologis pada suami yang akan melahirkan konflik berkepanjangan dalam kehidupan berumah tangga.

Oleh karena itu, apabila berada dalam situasi tersebut ---penghasilan istri lebih besar dari suami--- hendaknya kedua belah pihak dari suami dan istri mampu menempatkan diri secara proporsional. Beberapa sikap berikut ini bisa dijadikan pertimbangan pada saat menghadapi situasi tersebut.

1.Saling Menghargai

Hendaknya suami dan istri selalu bersikap saling menghargai, seperti apapun kondisi mereka. Kendati penghasilan istri melejit lebih besar dari suami, namun istri wajib menghargai suami. Perubahan sikap istri karena kenaikan penghasilan ini dapat menimbulkan gangguan psikologis pada suami. Ia akan mudah merasa rendah diri, dan bisa merasa gagal berperan sebagai kepala rumah tangga. Perasaan ini bisa berkembang lebih jauh dan lebih parah lagi, menjadi minder, tidak percaya diri, merasa tidak dihargai, dan akhirnya membenarkan diri untuk mencari pelampiasan.

Untuk itu, para istri harus tetap menghargai suami.Hindari tindakan atau ucapan yang membuat suami tersinggung atau merasa disepelekan terutama soal keuangan. Posisikan suami sebagai pemimpin dan kepala keluarga, dengarkan pembicaraannya, jaga kehormatannya. Jangan pernah membantah atau menghina ketidakmampuan suami dalam keuangan, karena itu akan terasa sangat merendahkan martabat dirinya.

2.Tetap Menjaga Kehormatan dan Kemuliaan Suami

Walaupun penghasilan dan posisi istri lebih tinggi dibanding suami, jangan sampai istri menjadi kehilangan perasaan hormat terhadap suami. Kebutuhan suami untuk dihormati istri menjadi sangat terusik dan terganggu apabila istri memang menampakkan sikap yang sombong dan arogan di hadapan suami. Berani membantah dan membangkang, tidak mau melayani suami, tidak mau mematuhi suami, karena merasa posisinya lebih tinggi.

Jangan pernah mempermalukan suami apalagi di depan orang lain. Jaga kehormatan dan kemuliaan posisi suami, agar dirinya tidak merasa minder dan gagal menjadi suami. Jika istri terbiasa mempermalukan dan menghina suami, baik saat di rumah, di hadapan anak-anak, di hadapan keluarga, apalagi di hadapan orang banyak, akan memperparah persoalan psikologis suami. Maka jagalah kehormatan dan kemuliaan suami, agar suami tetap percaya diri dan bangga dengan kelebihan istri.

3.Jaga Kenyamanan Komunikasi

Para istri harus lebih berhati-hati dan menjaga diri saat berkomunikasi dengan suami pada situasi tersebut. Pahami bahwa suami bisa mengalami suasana hipersensitif, sehingga sangat peka terhadap kata-kata. Suasana hipersensitif membuat mudah salah paham dan mudah memunculkan ketersinggungan. Maka jangan menampakkan sikap arogan atau sombong karena merasa memiliki penghasilan lebih besar dan memiliki kontribusi ekonomi yang lebih banyak dibanding suami dalam mencukupi kebutuhan hidup berumah tangga.

Meskipun di kantor atau perusahaan istri menempati posisi direktur atau manajer yang bisa memerintah banyak staf, namun ketika di rumah harus memposisikan diri sebagai istri yang patuh. Jangan menyuruh-nyuruh suami seperti memerintah karyawan perusahaan. Jangan memperlakukan suami seperti pesuruh rendahan yang bekerja di kantor. Berkomunikasilah sebagai istri yang mencintai dan menghormati suami.

[caption id="attachment_397940" align="aligncenter" width="650" caption="ilustrasi : www.vemale.com"]

142429813472530295
142429813472530295
[/caption]

4.Berikan Dukungan kepada Suami

Sikap positif anda di hadapan suami akan menjadi dukungan tersendiri bagi suami dalam mengatasi perasaannya. Tanamkan dalam diri anda, bahwa penghasilan anda yang lebih besar dari suami adalah karunia Allah yang wajib disyukuri dan digunakan untuk kebaikan keluarga. Tidak boleh membuat anda berlaku sombong dan tinggi hati di depan suami. Tidak boleh meremehkan dan merendahkan suami. Sikap positif ini sangat berarti untuk mendukung perasaan kepemimpinan suami dalam keluarga.

Tunjukkan kepada suami, bahwa besarnya penghasilan anda bukanlah persoalan yang perlu mengganggu perasaannya. Suami sebagai kepala keluarga tetap dihormati dan diposisikan secara benar. Tunjukkan kepada suami dengan sikap tulus, bahwa anda tidak akan pernah mengganti posisi suami sebagai pemimpin keluarga. Tunjukkan bahwa anda tetap menghormati, memuliakan dan menghargai suami.

5.Bicarakan Pola Pengelolaan Keuangan Keluarga

Bicarakan baik-baik dengan suami hal-hal apa yang perlu menjadi aturan dan kesepakatan terkait pengelolaan sumber daya ekonomi suami istri. Misalnya, bagaimana pengelolaan penghasilan suami dan penghasilan anda. Bagaimana mekanisme kontribusi anda dan suami dalam memenuhi semua kebutuhan hidup berumah tangga. Buatlah kesepakatan pola pengelolaan keuangan keluarga yang nyaman bagi anda berdua.

Tanyakan secara lebih spesifik hal apa saja yang bisa mengganggu suami dalam situasi penghasilan anda lebih tinggi. Jangan pernah mengungkit atau membandingkan penghasilan suami dengan penghasilan anda, karena itu membuat situasi komunikasi yang tidak nyaman.

6.Jangan Terlalu Mandiri

Di antara persoalan istri yang memiliki penghasilan lebih besar adalah sikap yang terlalu mandiri. Seakan-akan tidak lagi memerlukan bantuan suami, karena telah bisa menyelesaikan semua urusan kehidupannya. Bisa mencari uang sendiri, bahkan lebih besar dari suami. Bisa mencapai posisi tinggi di perusahaan atau instansi tempatnya bekerja. Bisa menggaji karyawan. Bisa menggaji pembantu rumah tangga. Bisa menggaji asisten pribadi, atau sekretaris pribadi. Bisa menggaji sopir pribadi.

Sikap terlalu mandiri ini menyebabkan suami merasa tidak lagi diperlukan oleh istri. Dampaknya suami merasa tersisih, merasa tidak berguna, merasa menjadi pecundang, dan tidak berdaya di rumah tangganya. Oleh karenanya, sehebat apapun posisi anda di perusahaan atau instansi tempat anda bekerja, jangan bersikap terlalu mandiri di hadapan suami. Sisakan ruang untuk tergantung kepada suami dalam beberapa hal, agar suami merasa mendapatkan peran yang bermakna dalam keluarga.

Untuk persoalan “terlalu mandiri” ini akan saya bahas tersendiri lain waktu, insyaallah.

Demikianlah beberapa sikap yang harus dibangun terutama oleh istri, saat ia memiliki penghasilan atau posisi atau karier atau jabatan yang lebih tinggi dari suami. Ketepatan menempatkan diri di hadapan suami, akan menjadi pereda persoalan psikologis pada suami akibat merasa kalah atau mider terhadap posisi istri. Kemampuan memuliakan, menghormati dan menghargai suami akan menjadi kunci kebaikan keluarga, kendati istri memiliki penghasila yang bertambah besar lagi setiap hari.

Bahan Bacaan :

Restika Ayu Prasasty, Survei: Wanita Masa Kini Miliki Gaji Lebih Tinggi dari Pasangannya, 2013, dalam http://lifestyle.okezone.com/read/2013/07/22/196/840525/survei-wanita-masa-kini-miliki-gaji-lebih-tinggi-dari-pasangannya

http://www.motherandbaby.co.id/article/2015/2/35/3264/Ketika-Penghasilan-Istri-Lebih-Besar-dari-Suami

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun