Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menemani Aktivitas Suami, Pentingkah?

11 Februari 2015   11:53 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:27 533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1423605130479776560

[caption id="attachment_396119" align="aligncenter" width="600" caption="Ilustrasi : https://www.tuningpp.com"][/caption]

Beberapa waktu terakhir ini saya fokus pada pembahasan karakter istri salihah. Pada kesempatan kali ini, saya akan menambahkan satu catatan kecil tentang pentingnya istri menemani aktivitas suami. Tentu saja bukan berarti seluruh aktivitas suami harus ditemani, namun ada beberapa aktivitas suami yang penting untuk dibersamai istri. Akan menjadi hal yang membahagiakan dan membanggakan suami, jika istri bersedia menemaninya melaksanakan aktivitas tertentu. Apalagi jika kebersamaan istri dilakukan dengan penuh ketulusan hati, tanpa rasa keterpaksaan.

Bagi kalangan pejabat atau orang penting, biasanya istri menemani suami dalam aktivitas kedinasan yang menghajatkan kesertaan istri. Misalnya saat serah terima jabatan, atau acara family gathering yang diselenggarakan oleh instansi, dan lain sebagainya. Namun sesungguhnya, dalam aktivitas yang terkesan tidak penting –bahkan spontan sekalipun--- ada banyak manfaat menemani suami. Konteksnya adalah untuk menjaga dan menguatkan keharmonisan hubungan suami dan istri. Di sisi lain, hal ini juga bermanfaat untuk menghindari kebosanan hidup berumah tangga.

Pada pasangan suami istri yang sudah menjalani kehidupan berumah tangga di atas sepuluh tahun, harus semakin pandai merawat cinta kasih di antara mereka. Karena seiring berjalannya waktu, bisa muncul perasaan bosan dan jenuh, karena terjebak dalam rutinitas kehidupan keseharian. Pola komunikasi dan interaksi suami isteri yang monoton dan tidak variatif, membuat mereka bisa mengalami kejenuhan.

Untuk itu, diperlukan sejumlah sentuhan variasi yang membuat suami dan istri sama-sama merasakan kebaruan dan semangat untuk menjalani kehidupan keluarga. Namun kadang keinginan untuk menciptakan variasi suasana, tidak bersambut oleh pasangan. Satu pihak menghendaki suasana yang berbeda dengan melakukan sejumlah aktivitas rekreatif, namun tidak disambut oleh pasangan.

Melawan Bosan, Harus Kompak

Sepasang suami istri yang sudah berusia di atas empatpuluh tahun datang ke Jogja Family Center (JFC) untuk berbincang tentang situasi yang mereka hadapi. Sebut saja namanya Budi dan Novie. Budi mengeluhkan Novie yang pasif, dan tidak suka diajak melakukan kegiatan rekreasi. Sementara Novie mengeluhkan sikap Budi yang dianggap spontanis serta tidak punya perencanaan.

“Saya sangat ingin pergi berduaan dengan istri. Jalan-jalan santai atau berboncengan naik motor berdua, atau kencan untuk makan malam berdua. Namun hal itu sangat sulit dipenuhinya. Ada saja alasan untuk menolak ajakan saya dengan berbagai kesibukan atau dengan mempersoalkan keuangan”, ungkap Budi.

“Sebenarnya saya juga ingin berduaan dengan dia. Tapi yang membuat saya tidak suka adalah ketidakjelasannya. Dia tidak pernah bisa menjelaskan kita akan pergi kemana. Saya tidak mau seperti itu. Saya orangnya teratur, kalau pergi harus jelas mau kemana”, ungkap Novie.

“Saat saya ajak makan malam keluar rumah, misalnya, ada saja alasan untuk menolak. Yang jauh lah, yang mahal lah, yang boros lah, dan alasan-alasan lainnya. Dia bilang, ngapain untuk makan malam saja harus pergi jauh-jauh. Makan di rumah saja, gak usah bayar, begitu terus alasannya”, tambah Budi.

“Sifat itu juga yang saya tidak suka dari dia. Sok berlagak kaya, mau ngajak makan keluar segala, padahal tanggungan cicilan bayar rumah masih banyak. Mengapa tidak ditabung saja uangnya untuk tambahan bayar tagihan”, sergah Novie.

“Saya tidak berlagak kaya. Saya hanya ingin melawan kebosanan, agar hidup selalu menyenangkan dan tidak monoton. Ini kan Cuma sesekali waktu, tidak setiap hari. Bahkan belum tentu sepekan sekali. Ini hanya variasi, sesekali makan melam keluar, atau sesekali jalan-jalan berdua. Apa ini hal yang susah?” Budi tidak mau mengalah.

Wah, tidak akan ketemu kalau sikap keduanya terus menerus seperti ini. Harus diurai satu per satu, dan harus saling menyesuaikan dengan harapan pasangan. Jika masing-masing bersikukuh dengan keinginan dan pendiriannya, tentu tidak akan pernah bisa disatukan. Untuk melawan bosan dalam kehidupan berumah tangga, harus dilakukan bersama-sama. Harus kompak, tidak bisa dilakukan sendirian.

Tujuan, Bukan Saja Soal "Kemana"

Jika anda hendak bepergian bersama pasangan, perhatikan tujuan anda. Namun harus diingat, tujuan itu bukan selalu soal "kemana" anda bepergian, tapi juga "untuk apa" anda bepergian. Ada jenis perjalanan yang memang memerlukan kejelasan tujuan lokasi. Seperti pergi silaturahim ke rumah orang tua atau mertua, pergi tamasya ke pantai, dan lain sebagainya. Sebuah perjalanan yang memerlukan kejelasan definisi tempat tujuan.

Pada jenis perjalanan yang pertama ini, memang harus jelas dan detail perencanaannya. Hal ini menyangkut persiapan teknis terkait transportasi, akomodasi dan lain sebagainya. Tidak bisa spontan tanpa perencanaan. Apalagi ketika perjalanan yang jauh dan memerlukan waktu beberapa hari di tempat tujuan, tentu harus semakin matang persiapannya.

Seorang istri mengeluhkan sikap suami yang tiba-tiba mengajaknya pergi ke Singapura. Padahal tidak pernah ada rencana sebelumnya, sang suami telah membeli tiket liburan ke Singapura beserta istri dan dua anaknya. Meskipun liburan ke Singapura merupakan sesuatu yang menyenangkan, namun jika tidak ada persiapan yang matang, akan bisa mengurangi kebahagiaannya.

Tetapi ada pula perjalanan yang bertujuan untuk meningkatkan keharmonisan serta keintiman suami istri. Pada jenis perjalanan ini, bukan lagi soal "kemana" namun "untuk apa". Pertanyaan "kemana" tidak lagi penting, tapi lebih penting "bagaimana" keharmonisan dan keintiman bisa terwujudkan. Sekedar naik motor berdua keliling kota, atau menyusuri jalan-jalan desa yang asri dan alami, menjadi aktivitas yang menarik dan menyenangkan bila dinikmati berdua.

Sepertinya mereka “tidak kemana-mana", hanya berkeliling kota saja. Bukan menuju ke sebuah lokasi tertentu. Tapi membuat kegiatan menyenangkan bersama pasangan. Tempat atau lokasi tertentu tidak lagi menjadi hal yang penting. Yang paling penting adalah menciptakan suasana yang menyenangkan bersama pasangan. Pada jenis perjalanan yang kedua ini, bisa dilakukan dengan spontan tanpa harus ada perencanaan yang detail. Karena sifatnya yang insidental, dan tidak memerlukan waktu yang lama maupun tempat yang jauh.

Tentu saja ini tidak dilakukan setiap hari. Ini hanya dilakukan pada waktu-waktu tertentu yang senggang dan luang saja. Kegiatannya juga menyesuaikan dengan ketersediaan budget saat itu. Tidak perlu mengada-ada atau memberatkan dari segi keuangan. Bahkan banyak kegiatan bisa dilakukan tanpa biaya. Naik sepeda kayuh berdua keliling kota atau keliling desa, sambil olah raga, tentu tidak memerlukan biaya. Cobalah untuk menempatkan secara tepat situasi perjalanan yang berbeda sifatnya tersebut. Tujuan utamanya adalah untuk menguatkan keharmonisan hubungan dengan pasangan.

Adalah Penting Untuk Melakukan Hal Yang Tidak Penting

Jika harus melakukan sesuatu aktivitas yang spontan, untuk menyenangkan suami, mengapa istri tidak bersedia melakukannya? Temani aktivitas suami yang seakan-akan tidak penting itu. Dalam kehidupan rumah tangga, di antara hal penting bagi suami istri adalah melakukan hal-hal yang tidak penting. Ya benar. Jangan hanya berpikir melakukan hal-hal penting saja dalam kehidupan berumah tangga.

Coba perhatikan. Naik sepeda motor tua, berkeliling kota atau desa, tidak menuju ke suatu tempat istimewa, suami dan istri berdua saja, seakan-akan tidak penting dan “tidak ada gunanya”. Padahal itu sangat penting untuk merawat dan menyuburkan cinta. Berdua saja pergi kemah ke hutan atau gunung wisata, sepertinya pekerjaan yang tidak penting dan tidak banyak manfaatnya. Padahal itu sangat penting untuk menjaga dan mempertahankan keharmonisan dalam keluarga.

Jika keluarga hanya melakukan “hal-hal penting” saja, seperti bekerja mencari nafkah, mengurus kenaikan pangkat, mengusahakan kenaikan karier, mengusahakan tambahan pekerjaan, melakukan lobi untuk mendapatkan tambahan order, membaca buku-buku berbobot, mengikuti diklat dan berbagai kursus ketrampilan, dan aneka hal penting lainnya, akan membuat situasi kejenuhan dan kebosanan. Maka sesekali waktu harus bersedia melakukan hal-hal yang dianggap tidak penting, atau terkesan sekedar sebagai aktivitas iseng, padahal membawa sangat banyak manfaat positif dalam kehidupan berumah tangga.

Menemani beberapa aktivitas suami, kadang dianggap tidak penting oleh para istri. Seakan-akan itu hanya bagian seremonial, atau sekedar untuk kepantasan, atau untuk mengisi waktu kosong. Padahal menemani aktivitas suami memiliki manfaat yang sangat besar dalam menjaga dan menguatkan keintiman dan keharmonisan hubungan suami istri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun