Dalam menjalani kehidupan berumah tangga, suami dan istri melewati berbagai fase yang selalu berbeda-beda. Pada awal masa pernikahan, suasana keindahan masih mendominasi kehidupan mereka. Namun seiring perjalanan waktu, suasana indahnya bulan madu mulai hilang dan akhirnya mereka berada dalam suasana kehidupan yang “senyatanya”. Pada titik ini, mulai muncul kekecewaan, pertengkaran, konflik, tangisan, dan berbagai peristiwa sedih lainnya.
Pada pengantin baru, mereka dengan mudah bisa mengabaikan faktor perbedaan dan ketidakcocokan. Keduanya berusaha untuk saling menyesuaikan dengan pasangan. Keduanya berusaha untuk lebih dalam memahami kehidupan pasangan. Suasana mabuk cinta pada kedua insan yang baru saja mengikat janji suci di KUA, membuat toleransi itu sangat tinggi. Kekurangan dan kelemahan pasangan tidak menjadi hal yang diributkan dan dipersoalkan, semua serba bisa dimaklumi. Tapi ini hanya kondisi di awal saja.
Ada masa dimana kekurangan dan kelemahan pasangan itu demikian mengganggu, bahkan dalam batas tertentu sampai ke tingkat yang diangap tidak bisa lagi ditoleransi. Di saat seperti inilah, kekecewaan mulai mengemuka, kekurangan dan kelemahan pasangan menjadi sangat dipersoalkan tanpa ada toleransi sama sekali. Konflik mulai terjadi, pertengkaran bisa muncul sepanjang hari. Suami dan istri saling melihat pasangannya sebagaimana adanya, bukan lagi sebagai pasangan yang dimabuk cinta. Mereka telah “bangun”, setelah melewati masa “jatuh” cinta.
Kapankah pertengkaran suami istri mulai terjadi? Beberapa situasi ini bisa menuntun kita memahami suasana yang terjadi dalam kehidupan pernikahan.
1.Ketika Akhir Masa Jatuh Cinta Telah Tiba
Jatuh cinta adalah masa yang bersifat sementara. Beberapa kalangan ahli menyatakan, rata-rata masa jatuh cinta hanyalah bertahan 3,5 tahun saja. Bisa kurang dari itu, atau lebih sedikit dari itu. Seseorang yang tengah mengalami jatih cinta, segala sesuatu adalah tentang si dia. Luar biasa, si dia telah menginfeksi semua kehidupannya. Pikirannya, perasaannya, kesedihan dan kebahagiaannya, bangun dan tidurnya, semua tentang si dia. Pada saat seperti ini, mereka berdua tidak pernah melihat sesuatu yang cela pada diri kekasihnya.
Semua tampak indah, semua tampak mempesona, semua tampak menyenangkan dalam jiwa. Berbagai kekurangan dan kelemahan, mudah diterima. Berbagai hal yang cela, mudah tertutup oleh sisi lainnya. Kata-kata negatif orang lain tentang si dia, dengan mudah bisa ditepiskan dan dibantahnya. Tiba-tiba ia menjadi pembela yang sangat luar biasa, tiba-tiba ia menyediakan diri untuk berkorban apa saja, demi si dia. Inilah situasi yang “abnormal”, layaknya orang yang tengah sakit jiwa. Ada reaksi kimia, biologi dan fisika pada orang jatuh cinta yang tidak dipahami oleh orang lainnya. Reaksi itu sedemikian rupa, membuat suasana serba berbunga-bunga.
Ketika masa jatuh cinta sudah mencapai batas akhirnya, maka segalanya tampak menjadi biasa saja. Perempuan yang dulu tampak begitu cantik, menarik dan menggoda, kini tampak sebagai seorang istri yang cerewet, bawel dan tidak bisa diajak bercanda. Lelaki yang dulu tampak demikian dewasa, sangat perhatian dan sangat pengertian, kini tampak sebagai seorang suami yang cuek, tidak peduli dan tidak bisa diajak bicara. Pada titik seperti ini, pertengkaran mulai terjadi, kekecewaan mulai mengemuka, konflik mulai terbuka.
2.Ketika Bulan Madu Telah Berlalu
Jatuh cinta bisa terjadi pada siapa saja, namun bulan madu biasanya dilekatkan pada pasangan yang telah melaksanakan akad nikah dan hidup berumah tangga. Masa jatuh cinta pada pasangan yang mengawali pernikahan dengan pacaran, akan bersambung dengan bulan madu setelah mereka menikah. Namun ingat, waktu anda terbatas. Jika masa jatuh cinta selama 3,5 tahun sudah dihabiskan saat pacaran, maka setelah menikah sudah tidak memiliki kenikmatan bulan madu, karena semua sudah dihabiskan di masa pacaran. Kalaupun menikmati masa bulan madu, tinggal sisa-sisanya saja.
Bagi mereka yang tidak mengawali pernikahan dengan pacaran, maka masa 3,5 tahun itu utuh bisa mereka nikmati dalam bulan madu yang menggebu. Pengantin baru bisa menghabiskan masa-masa indah berdua dalam suasana yang memabukkan dan serba menyenangkan. Pada masa pengantin baru, semua tampak indah, itu karena masih berada dalam suasana bulan madu. Berbagai kekurangan dan kelemahan pasangan mudah dimaafkan, mudah dimengerti, mudah dipahami. Bahkan kadang dianggap sebagai sesuatu yang unik menyenangkan. Hal-hal yang menjadi perbedaan dengan mudah diselesaikan dengan saling mengalah atau toleransi.