Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Istri Salihah, Fokus Melihat Kebaikan Suami

31 Januari 2015   13:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:03 2112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1422659020626890145

[caption id="attachment_394125" align="aligncenter" width="500" caption="ilustrasi : www.lovemarriageinislam.wordpress.com"][/caption]

Percayakah anda bahwa selembar daun kecil bisa menutupi dunia? Ah, bagaimana bisa, bukankah dunia ini sedemikian luasnya? Bagaimana daun kecil bisa menutupinya? Sangat bisa. Ketika selembar daun kecil menutupi kedua mata anda, maka tertutuplah semua penglihatan anda. Tak ada lagi yang tampak, kecuali kegelapan karena mata anda tertutup daun. Semua yang sebenarnya indah, menjadi tidak tampak keindahannya. Dunia yang sedemikian besarpun tak tampak lagi oleh mata anda.

Demikian pula ketika mata hati istri telah tertutup oleh kekurangan dan kelemahan suami. Segala kebaikan dan kelebihan suami menjadi sirna, tidak tampak di matanya. Kalaupun tumpukan kebaikan suami melebihi tingginya gunung Everest, tetap saja tidak akan tampak di mata istri, karena telah tertutup oleh sisi kekurangan dan kelemahan suami. Istri sibuk memperhatikan, mencatat, mengingat, menyimpan semua hal yang mengecewakan dari  suami. Istri sibuk mengamati segala segi yang dibenci dari suami.

Inilah yang dikhawatirkan oleh Nabi Saw, bahwa para istri mudah melupakan kebaikan suami, sehingga tidak bisa bersyukur atas sisi kebaikan suami. Suatu ketika Nabi Saw bercerita:

“Aku melihat neraka. Aku belum pernah sama sekali melihat pemandangan seperti hari ini. Dan aku lihat ternyata mayoritas penghuninya adalah para wanita.”

Para sahabat bertanya, “Kenapa para wanita menjadi mayoritas penghuni neraka, ya Rasulullah?”

“Itu disebabkan oleh kekufuran mereka,” jawab Nabi Saw.

“Apakah para wanita itu kufur kepada Allah?” tanya sahabat.

“Tidak, melainkan mereka kufur kepada suami dan mengingkari kebaikan suami. Seandainya engkau berbuat baik kepada salah seorang istri kalian pada suatu waktu, kemudian suatu saat ia melihat darimu ada sesuatu (yang tidak menyenangkan  hatinya) niscaya ia akan berkata : Aku sama sekali belum pernah melihat kebaikan darimu” (HR. Bukhari dan Muslim).

Salah satu karakter istri salihah adalah mampu bersyukur atas kebaikan suami. Untuk itu, ia harus fokus melihat sisi kebaikan suami, dan melupakan hal-hal yang menjadi kelemahan serta kekurangannya.

Buka Penutup Mata Anda

Mengapa para istri tidak membuka saja penutup yang menghalangi pandangan bersihnya? Hendaknya para istri tidak fokus kepada hal yang mengecewakan hati. Jauhkan sisi-sisi kekurangan dan kelemahan suami dari perhatian dan fokus penglihatan, karena hal ini telah menyesakkan hati dan perasaan. Seakan-akan dunia menjadi sedemikian sempit dan membuat istri susah bernafas. Setiap melihat suami, yang tampak hanya sisi kekurangan dan kelemahannya. Ini yang membuat istri tidak bisa bersyukur.

Bukalah penutup mata anda. Perhatikan dan fokuslah melihat sisi kebaikan dan kelebihan suami. Fokus memperhatikan, mencatat, mengingat, merekam segala hal yang menyenangkan dari suami. Segala hal yang menggembirakan hati. Semua yang membuat istri merasa bangga menjadi pasangannya.

Setiap hari sejak pernikahan, pasti suami anda telah membuat sangat banyak kebaikan. Ia melakukan perbuatan baik setiap saat. Ingat, anda tidak akan bisa mengetahui semua perbuatan baik yang dilakukan suami anda. Sebab, ada beberapa perbuatan baik suami yang tidak anda ketahui seumur hidup anda, sebagaimana ada perbuatan baik anda yang tidak pernah diketahui suami seumur hidupnya. Kadang seseorang berbuat baik demi pasangannya, namun tidak diceritakan kepada demi menjaga perasaan pasangan.

Ada kebaikan  pasangan yang kita ketahui bentuk dan jenisnya, namun ada pula kebaikan yang tidak kita ketahui wujudnya. Bahkan kadang kita terlalu pelit menilai perbuatan baik pasangan, karena kita anggap ia tengah menunaikan kewajiban. Seperti ketika seorang isteri membuatkan minuman teh hangat kepada suami yang baru datang dari kerja, suami menganggap itu sudah menjadi kewajiban isterinya, jadi bukan hal istimewa. Atau ketika suami mengantarkan isteri belanja dan membayar semua keperluan belanjanya, isteri menganggap itu sudah menjadi kewajiban sang suami, jadi bukan hal luar biasa.

Seandainyapun anda memahami suami tengah melaksanakan kewajibannya, ketahuilah bahwa itu adalah bagian dari perbuatan baiknya. Hendaknya anda selalu mengingat semua perbuatan baik yang dilakukan suami. Hendaknya selalu anda pahat pada lempeng besi semua kebaikan pasangan, agar menjadi kenangan abadi seumur hidup anda. Jangan mudah melupakan semua kelebihan dan hal-hal positif yang ada pada suami anda, agar jiwa anda selalu merasa lapang berada di sampingnya.

Jika sisi kebaikan dan kelebihan yang selalu anda ingat, maka anda akan bisa mempertahankan, memelihara dan menjaga rasa suka kepada suami. Dengan cara ini pula anda akan mendapatkan kelapangan hati dan perasaan. Merasa nyaman hidup bersama suami anda. Di mata anda, sangat banyak kelebihan dan kebaikan yang telah dilakukan suami. Jika saya meminta anda menyebutkan, maka anda tidak perlu banyak berpikir dan mengingat untuk menyebutkan kebaikan suami anda.

Berlatih Mengingat Kebaikan Suami

Cobalah sekarang anda siapkan kertas kosong dan bulpen untuk menulis. Sudah siap? Tuliskan kebaikan-kebaikan suami anda, atau hal-hal positif yang ada pada suami anda, pada kertas kosong yang anda siapkan tadi. Waktu anda hanya tiga menit untuk menuliskannya. Mulai dari sekarang, dan hitung sendiri waktu anda, tiga menit dari sekarang.

Ya, waktu anda habis. Tiga menit telah berjalan. Sekarang tolong anda hitung berapa poin catatan kebaikan suami yang berhasil anda tuliskan? Tolong sebutkan, berapa poin catatan yang berhasil anda buat ?

Kurang dari sepuluh poin? Artinya anda belum terbiasa melihat sisi-sisi positif dan kebaikan suami anda. Selama ini anda masih belum memiliki perhatian kepada sisi kebaikan dan kelebihan suami, sehingga cukup sulit untuk menghadirkan ingatan sesaat, dalam waktu hanya tiga menit saja. Anda harus mulai membiasakan diri lebih banyak mencatat, mengingat, merekam semua sisi kebaikan, kelebihan dan hal-hal positif yang ada pada suami anda.

Antara sepuluh sampai dua puluh poin? Alhamdulillah, itu hasil yang bagus. Anda telah terbiasa melihat berbagai kebaikan yang ada pada suami anda. Pertahankan dan tingkatkan terus cara pandang positif seperti itu. Anda akan meraskan suasana nyaman jika telah terbiasa memandang positif kepada suami.

Di atas tiga puluh poin? Subhanallah, luar biasa. Betapa pemurahnya anda terhadap suami anda. Sangat jeli anda menilai kebaikan dan sisi positif suami, sehingga tanpa banyak berpikir dan mengingat, anda telah sangat lancar menuliskannya. Jadikan itu sebagai karakter, dan sekaligus menjadi kebaikan berikutnya dari anda untuk suami anda.

Dalam sebuah forum pengajian ibu-ibu, saya meminta mereka dalam waktu tiga menit menuliskan daftar kebaikan suami mereka pada selembar kertas kosong. Hasilnya, tiga orang ibu berhasil menuliskan lebih dari sepuluh kebaikan suami. Sisanya --sekitar tujuhpuluhan orang-- hanya mampu menuliskan di bawah sepuluh kebaikan suami. bahkan ada beberapa orang yang menuliskan hanya tiga kebaikan suami.

Maafkan Kekurangan dan Kelemahan Suami

Sebagian masyarakat kita sangat sulit melupakan kesalahan pasangan. Justru banyak di antara mereka yang terus menyimpan dan memelihara ingatan tentang kelemahan dan kesalahan pasangan. Hal-hal yang terjadi lima tahun yang lalu masih sangat kuat diingat dan diungkit-ungkit. Seakan-akan tidak ada ruang dan kesempatan untuk memaafkan dan melupakan sama sekali kesalahan yang pernah dilakukan suami atau isteri.

Jika suatu saat suami melakukan kesalahan, maka sang isteri akan mengatakan, “Engkau selalu begitu. Dari dulu engkau selalu membuat kesalahan. Dulu engkau pernah membohongiku tiga kali. Engkau pernah mengejek aku lima kali, dan engkau pernah memerahiku limabelas kali”.

Atau seorang suami melakukan kesalahan lagi, istri langsung mengatakan, “Belum pernah aku melihatmu berbuat benar. Engkau ditakdirkan selalu melakukan kesalahan. Perbuatanmu tadi telah mempermalukanku di depan umum. Ini sudah ke tigapuluh kalinya engkau lakukan. Dari dulu engkau selalu melakukan kesalahan”.

Kalimat “dulu” itu menandakan ingatan yang tak pernah terhapuskan. Selalu terkenang dan spontan muncul dalam setiap kali kemarahan. Masalahnya, mengapa yang terekam kuat sebagai kenangan justru hal-hal yang menyakitkan? Mengapa yang diingat kuat justru berbagai kekurangan dan kelemahan pasangan? Semestinya berbagai kekurangan dan kelemahan pasangan tidak untuk anda jadikan kenangan, tidak anda abadikan.

Ingatkah anda dongeng inspiratif tentang seorang wanita yang rajin menulis di atas pasir dan memahat di atas lempeng batu? Ya, setiap kali suaminya berlaku tidak baik dan membuat hatinya terluka, ia segera berjalan ke arah pantai. Sesampai di pantai ia tuliskan di atas pasir segala perlakuan tidak menyenangkan dari suaminya.

“Hari ini hatiku sakit sekali. Suamiku memarahiku”, tulisnya di atas pasir.

Lega perasaannya setelah ia tulis kesedihannya di atas pasir. Iapun pulang tanpa membawa beban masalah. Kesedihan hatinya telah ia tuangkan menjadi tulisan di atas pasir.

Suatu hari, suaminya memarahi lagi tanpa alasan yang jelas. Ia pun sakit hati. Kembali ia berjalan menuju pantai. Namun ia dapati pasir pantai dalam kondisi bersih. Tulisan yang ibuat beberapa hari lalu sekarang sudah tidak ada bekasnya. Terhapus oleh ombak dan angin pantai. Ia pun menuliskan lagi perasaan hatinya.

“Hatiku kembali terluka. Suamiku berlaku kasar kepadaku”, tulisnya di atas pasir.

Lega hatinya. Ia telah menitipkan beban masalahnya ke atas pasir pantai. Ia berjalan pulang dengan perasaan lapang setelah mencurahkan perasaannya ke atas pasir pantai.

Begitulah setiap saat yang dikerjakannya. Setiap kali hatinya sedih dan terluka oleh perbuatan suami, ia selalu pergi ke pantai untuk menuliskan goresan kesedihan hati di atas pasir pantai. Namun selalu saja, tulisannya yang terdahulu tak pernah ia dapatkan saat ia sampai di pantai. Sekian banyak tulisan yang ia goreskan di atas pasir pantai selalu hilang setiap kali dia datang lagi. Tak ada bekasnya sama sekali, terhapus oleh ombak dan angin pantai.

Pada saat yang lain lagi, hatinya sangat berbahagia. Hari ini sungguh sangat istimewa. Suaminya telah berlaku sangat lembut dan baik kepadanya. Perasaannya berbunga-bunga. Segera ia berjalan ke pantai, namun tidak menuju pasir. Ia berjalan menuju sisi samping pantai yang berbentuk bebukitan batu yang keras. Ia memahat di atas lempeng batu itu kalimat-kalimat kebahagiaan.

“Hatiku sangat berbahagia. Hari ini suamiku berlaku sangat baik kepadaku”, begitu kalimat yang ia pahat di atas lempeng bebatuan di tepian pantai.

Pada kesempatan yang lain, sang suami berbuat baik lagi kepadanya. Hari itu sikap suami sungguh romantis, membuat hatinya terbang melayang ke awan. Bahagia tiada tara. Segera ia pergi ke sisi samping pantai, ke arah bebukitan batu yang keras. Sesampai di sana, ia menyaksikan tulisan yang ia pahat beberapa waktu silam masih tampak jelas terbaca. Kini ia memahat lagi pada lempeng bebatuan, kalimat kebahagiaan.

“Hatiku berbunga-bunga. Suamiku telah membahagiakanku. Ia bersikap romantis kepadaku”, demikian ia memahat tulisan di atas lempeng batu.

Demikianlah setiap saat ia mendapatkan hatinya bahagia, ia segera memahat tulisan di atas lempeng batu yang keras. Tulisan itu abadi, tidak akan hilang oleh tiupan angin, panas dan hujan. Setiap ia datang ke sisi samping pantai dan memandang bebukitan batu, selalu tampak tulisan yang ia pahat di atasnya. Kalimat-kalimat kebahagiaan selalu ia temukan setiap saat, dan menjadi kenangan manis yang tidak pernah hilang.

Sementara setiap ia ke arah pasir pantai, tak pernah ada tulisan apapun yang tampak di atasnya....

Pesan moral dari dongeng di atas adalah, tuliskan setiap kekurangan, kelemahan dan sisi negatif suami di atas pasir pantai, dan biarkan ombak menghapuskannya. Namun pahatkan setiap kebaikan dan sisi positif suami pada lempeng batu, dan biarkan ia abadi menjadi kenangan indah tak terlupakan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun