[caption caption="Sumber: depositphotos.com"][/caption]Apa jawaban para jomblo jika ditanya tentang kriteria calon pendamping hidup mereka? Pasti akan banyak ditemukan kriteria fisik yang mereka sampaikan. Lelaki lajang akan memasukkan kriteria 'cantik' untuk calon istri, perempuan lajang akan memasukkan kriteria 'ganteng' untuk calon suami. Walaupun kegantengan atau kecantikan itu tidak selalu di posisi nomor satu, namun jika para lajang membuat sepuluh kriteria, sepertinya akan banyak yang memasukkan ke dalamnya. Hanya sedikit saja lelaki dan perempuan yang tidak mempersoalkan faktor kecantikan dan kegantengan itu.
Dalam bayangan para lajang, memiliki istri yang cantik jelita atau suami yang ganteng perkasa adalah ukuran kebahagian hidup berumah tangga. Namun, benarkah memiliki istri yang cantik jelita selalu membuat hidup bahagia? Benarkah memiliki suami yang ganteng perkasa selalu membuat hidup bahagia? Pasti tidak selalu demikian, karena kebahagiaan itu tersusun atas banyak unsur. Kebahagiaan tidak pernah datang dari unsur tunggal, namun ramuan dari berbagai unsur yang renik dan rumit.
Sengsara Karena Suami Terlalu Ganteng
Ini pelajaran penting bagi para perempuan lajang yang hendak mencari suami. Bahwa kriteria ganteng itu jangan dijadikan patokan utama, apalagi jika memiliki suami yang terlalu ganteng, bisa-bisa justru membawa sengsara dan petaka. Cari suami yang bertanggung jawab, setia, baik hatinya, baik budinya, baik akhlaknya. Kalaupun ganteng secukupnya saja, jangan terlalu ganteng, nanti justru kebanyakan fans. Kesengsaraan karena suami terlalu ganteng ini dialami oleh seorang perempuan berkebangsaan Mesir.
Situs emirates247.com Hari Senin 4 April 2016 lalu menulis berita berjudul “Istri Meminta Cerai dari Suami karena Terlalu Ganteng”. Diberitakan seorang perempuan Mesir dikabarkan telah meminta cerai karena suaminya terlalu ganteng. Menurut perempuan tersebut, tiga tahun hidup dalam rumah tangga dengan suami yang terlalu ganteng membuatnya sengsara. Ia berada dalam situasi tertekan perasaan setiap hari, karena sang suami yang berprofesi sebagai dokter itu memang good looking.
Karena kegantengan suami, membuat sang istri selalu dilanda cemburu. Ia tidak bisa lagi mempercayai suami, karena khawatir sang suami akan selingkuh. Suami yang terlalu ganteng ini membuat banyak perempuan yang suka memandangi dan memperhatikan suaminya. Ini yang membuat istri selalu cemas, karena terlalu banyak perempuan yang nge-fans dengan suaminya. Banyaknya perempuan yang tertarik dengan kegantengan suami membuat sang istri justru tidak bisa merasa bahagia. Bahkan yang terjadi sebaliknya, ia merasa sengsara.
Merasa tidak betah hidup dalam tekanan kecemburuan, ia memilih meminta cerai dari sang suami. Baginya akan lebih nyaman hidup sendiri dengan tenang, tanpa tekanan kecemburuan dan kekhawatiran, daripada memiliki suami yang terlalu banyak diminati perempuan lain akibat kegantengannya. Ini tentu saja merupakan keputusan yang unik dan alasan perceraian yang langka. Namun menjadi pelajaran bahwa yang paling utama dalam hidup berumah tangga bukanlah faktor wajah atau penampilan fisik.
Ketika kisah permintaan cerai tersebut mulai beredar di sosial media, banyak orang menyatakan dukungan atas rencana perempuan tersebut. Laila, seorang perempuan dari Saudi berkomentar, daripada ia menjalani hidup yang sengsara dan tidak pernah bahagia, lebih baik mengakhiri saja pernikahan mereka. Ahmed, seorang lelaki dari Saudi menambahkan komentar, bahwa suami yang terlalu ganteng membuat kekacauan dalam rumah tangga mereka. Maka cerai adalah jalan untuk membuat ketenangan hidup. Berbagai dukungan itu menunjukkan pengertian atas penderitaan yang dialami oleh sang istri.
Ternyata kegantengan tidak selalu membahagiakan. Bahkan ketika terlalu ganteng ---jika tidak bisa menjaga diri--- malah bisa menyengsarakan. Hal ini juga bisa terjadi apabila memiliki istri yang terlalu cantik. Bisa jadi justru karena terlalu cantik maka terlalu banyak lelaki yang menyukainya dan menggodanya. Ini bisa membuat sengsara suami.
[caption caption="ilustrasi: marriageradio.com "]
Bagaimana Agar Selalu Bahagia?
Keluarga bahagia tidak selalu karena suami sangat ganteng dan istri sangat cantik. Keluarga bahagia tidak selalu karena mereka memiliki harta dan materi yang berlimpah ruah. Walaupun kita juga tidak perlu mempertentangkan antara kebahagiaan dengan kekayaan, kebahagiaan dengan kegantengan, kebahagiaan dengan kecantikan, kebahagiaan dengan kekuasaan, namun hendaknya tidak menjadikan materi sebagai tolok ukur utama pembentuk kebahagiaan. Seakan-akan kalau suami tidak ganteng membuat tidak bisa bahagia, seakan kalau istri tidak cantik membuat tidak bisa bahagia.
Sesungguhnya kebahagiaan itu letaknya lebih banyak pada kesyukuran. Hati yang pandai bersyukur atas semua karunia yang Allah berikan. Memiliki suami, memiliki istri, pasti selalu ada kekurangan dan kelemahan. Selalu ada kesalahan dan keterbatasan. Begitulah watak dan sifat manusia yang tidak pernah bisa sempurna. Maka agar bisa merasakan kebahagiaan adalah dengan melihat sisi-sisi kebaikan dan sisi kelebihan dari pasangan. Fokuslah menemukan dan mengingat hal-hal positif yang ada pada diri pasangan, bukan mencari-cari dan menyimpan memori kekurangan dan kelemahan pasangan.