Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bosan Hidup Rukun, Istri Pengin Berantem

2 Juni 2014   21:51 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:48 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1401695474834205309

[caption id="attachment_339730" align="aligncenter" width="500" caption="ilustrasi : www.thetorah.com"][/caption]

Memiliki keluarga yang rukun, kompak, harmonis, bahagia adalah dambaan semua orang. Namun kadang orang salah membayangkan, bahwa keluarga yang kompak dan harmonis itu tidak pernah bertengkar dan berkonflik sama sekali. Dengan pemahaman seperti ini, banyak orang yang menjauhkan diri dan menghindari konflik dengan pasangan, karena khawatir akan membuat keluarganya berantakan.

Saya telah memposting sebelumnya, bahwa konflik tidak selalu negatif, bahkan ada sembilan manfaat konflik suami istri (http://edukasi.kompasiana.com/2013/06/16/9-manfaat-konflik-suami-isteri-565627.html). Konflik sesungguhnya tidak untuk dihindari, tetapi justru untuk dihadapi dan diselesaikan dengan baik.

Jika konflik bisa dikelola dengan positif, maka justru akan menimbulkan kehangatan dalam interaksi pasangan suami istri. Cinta mereka bisa selalu baru dan bersemi, karena ada berbagai dinamika yang mampu mereka lalui dengan baik. Konflik justru menghasilkan tambahan keindahan cinta dalam keluarga.

Bosan dengan Kemapanan

Manusia adalah makhluk yang dinamis. Karena karakter yang dinamis, maka dampaknya cepat mengalami kebosanan apabila menghadapi hal-hal yang bersifat rutin dan monoton. Manusia memerlukan variasi dan sentuhan seni dalam menghadapi semua aktivitas kehidupan. Dengan demikian kehidupan akan selalu indah dan menarik, tidak membosankan dan membuat suasana selalu baru.

Saya mendengar komentar lucu seorang sahabat yang tengah menempuh pendidikan lanjut di Amerika. Saat baru tiba di Amerika begitu terkagum-kagum dengan ketertiban, keteraturan, kebersihan, kerapian dan kedisiplinan warga negara Paman Sam tersebut. Antrian yang selalu tertib, lalu lintas yang teratur, berbagai aturan yang ditegakkan dengan disiplin, fasilitas umum yang rapi dan bersih, semua tampak mengagumkan. Ketika dibandingkan dengan Indonesia, rasanya Indonesia seperti hidup di zaman purba.

Namun setelah sekian lama tinggal di Amerika yang penuh dengan keteraturan tersebut, ternyata muncul rasa bosan juga. Ia merasa hidup sebagai mesin atau robot yang sangat mekanik. Tertib, teratur, disiplin, tidak menyisakan ruang untuk ketidakteraturan. Hidup setiap hari seperti itu ternyata juga membosankan. Tiba-tiba ia merindukan ketidakteraturan Jakarta. Ingin kembali menikmati bergelantungan di bus kota dan KRL, ingin menikmati warung tenda yang berjejeran sepanjang trotoar dari pagi sampai malam tiba, semua membuat suasana yang berbeda.

Itulah manusia, yang bercorak dinamis. Mudah bosan dengan kemapanan. Orang Indonesia bosan dengan kemacetan, ketidakteraturan, kekumuhan, ketidakdisiplinan dan hal-hal unik lainnya. Yang di Amerika atau Eropa bosan dengan keserbateraturan hidup yang demikian monoton.

Bosan Hidup Rukun

Demikian pula dalam kehidupan rumah tangga. Sekian banyak pasangan yang sering dilanda konflik merasa lelah dan bosan berada dalam konflik. Mereka ingin segera keluar dari konflik itu dan hidup ‘normal’ sebagaimana pasangan suami istri lainnya. Rasanya bosan bertengkar, karena setiap hari selalu berada dalam suasana pertengkaran dangan pasangan. Ingin rasanya menikmati suasana santai, bebas dari ketegangan konflik yang selalu mendera.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun