[caption id="attachment_401507" align="aligncenter" width="456" caption="ilustrasi : www.voxburgas.com"][/caption]
Betapa miris hati kita mendengar terus menerus meningkatnya tindak kekerasan terhadap anak. Orang tua, guru dan masyarakat yang seharusnya melindungi dan menyayangi anak-anak, ternyata justru tega melakukan tindakan yang merusak masa depan anak-anak. Padahal, merusak masa depan anak berarti merusak masa depan bangsa dan negara, bahkan masa depan peradaban kemanusiaan.
Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk anak-anak, UNICEF, merilis laporan mengenai kekerasan yang terjadi terhadap anak-anak di dunia. Data yang diambil dari 190 negara menunjukkan anak-anak menjadi korban kekerasan fisik, seksual, dan psikologis. Secara umum, enam dari sepuluh ---atau 60 %--- anak di dunia telah menjadi korban kekerasan. PBB melaporkan, 120 juta anak di dunia menjadi korban kekerasan seksual, dan hanya 39 negara yang mampu melindungi anak-anak secara hukum dari kekerasan yang mereka alami.
"Kekerasan ini terjadi di rumah, sekolah, dan lingkungan komunitas, tempat-tempat yang seharusnya menjadi tempat aman bagi anak-anak," kata Direktur Eksekutif UNICEF Anthony Lake. Menurutnya, kekerasan itu dilakukan oleh anggota keluarga, guru, tetangga, orang asing, dan anak-anak lain.
Pada tahun 2012 lalu, sebanyak 95 ribu anak di bawah 20 tahun menjadi korban pembunuhan. Mayoritas kasus itu terjadi di negara-negara Amerika Latin, seperti Brasil, Venezuela, Panama, El Salvador, dan Guatemala. Di antara negara-negara Eropa Barat dan Amerika Utara, hampir satu dari tiga anak umur 13 - 15 tahun mengalami kekerasan. Di Latvia dan Rumania, angka kekerasan terhadap anak mencapai 60 %.
Kekerasan Terhadap Anak di Indonesia
Perwakilan Khusus Sekretaris Jenderal PBB tentang Kekerasan terhadap Anak, Marta Santos Pais menyampaikan apresiasinya kepada pemerintah Indonesia yang menyertakan upaya mengatasi kekerasan terhadap anak ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RP JMN) 2015 - 2019. Marta berharap Indonesia mampu berada di garis depan dalam gerakan menghapus kekerasan terhadap anak. Ia menyambut baik langkah Indonesia yang telah melarang segala bentuk kekerasan terhadap anak di segala lini.
Menurut Global School-based Student Health Survey (GSHS), atau survei kesehatan global berbasis sekolah, sekitar 40 % murid berusia 13 - 15 tahun di Indonesia melaporkan telah diserang secara fisik selama 12 bulan terakhir di sekolahnya. Survei ini dilakukan pada 2007 lalu. Marta Santos Pais menyatakan data, sekitar 80 juta anak Indonesia pernah mengalami kekerasan, baik kekerasan fisik maupun pelecehan seksual. Setengah dari anak-anak yang disurvei melaporkan telah dibully di sekolah, sedangkan 56 % anak laki-laki dan 29 % anak perempuan pernah mengalami kekerasan fisik di institusi seperti panti asuhan, pusat rehabilitasi, pesantren, asrama, dan tempat tahanan.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemeneg PP & PA) pada akhir 2014 lalu mengeluarkan pernyataan mengenai maraknya tindak kekerasan terhadap anak yang terjadi di Indonesia. Dari data tersebut, diketahui 1 dari 4 anak di Indonesia mengalami tindak kekerasan. "Kita sudah melaksanakan survei kekerasan terhadap anak, yang mana hasilnya kalau yang tertinggi terjadi di bagian timur (Indonesia)," ujar Kepala Bidang Pengembangan Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Lenny Rosalin (17/11/2014).
Sementara itu Komisi Nasional Perlindungan Anak memprediksi kasus kekerasan terhadap anak pada tahun 2015 akan mengalami peningkatan. Begitu juga dengan kasus kekerasan sesuai yang pelakunya adalah anak-anak. Hal itu dapat terjadi apabila pemerintah, masyarakat dan keluarga tak melakukan tindakan pencegahan serta penanganan. "Kalau dibiarkan, 2015 kami prediksi tingkat kekerasan dengan pelaku anak-anak akan naik 12 - 18%," ungkap Ketua Komnas PA Arist Merdeka Sirait dalam konferensi pers Catatan Akhir Tahun 2014 Komnas Anak (30/12/2014).
Angka kasus anak yang berhadapan dengan hukum di tahun ini naik 10% dari tahun 2013 menjadi 26% di tahun 2014. Pelaku kekerasan itu adalah anak-anak dengan rentang usia 6 sampai 14 tahun. "Bahkan jika sesuai prediksi, tahun 2015 mencapai 38 % kasus kekerasan dengan pelaku anak," kata Arist.
Fakta Telah Berbicara
Sepertinya tidak ada kesulitan untuk mencari informasi tentang tindak kekerasan terhadap anak. Dengan menggunakan mesin pencari, dengan sangat mudah kita mendapatkan link beita terkait tindak kekerasan terhadap anak. Biarlah fakta yang berbicara, saat kita sangat miris untuk mengungkapnnya melalui kata-kata.
Kekerasan Seksual Terhadap Anak
17 Juni 2014 : Guru Silat Cabuli 19 Bocah di Surabaya
http://regional.kompas.com/read/2014/06/17/0844452/Guru.Silat.Cabuli.19.Bocah.di.Surabaya
13 November 2014Â : Di Klender, Lelaki Paruh Baya Paksa Bocah 10 Tahun Lakukan Oral Seks
12 November 2014: Cabuli Bocah di Kebun Pepaya, Pria 48 Tahun Ditangkap
6 November 2014Â : Cabuli 27 Anak Didiknya, Guru Agama di Tasik Ditangkap
6 November 2014 : Cabuli Putri Kandung hingga Tertular HIV, Ayah Diancam 15 Tahun Penjara
3 November 2014 : Usai Dicabuli Ayah Kandung, Bocah Ini Juga Disetubuhi Bapak Angkatnya
27 Oktober 2014Â : Siswi SD Ini Tiga Kali Dicabuli Ayahnya dan Enam Kali oleh Gurunya
23 Oktober 2014: Seorang Siswi SD Hamil 5 Bulan oleh Ayah Kandungnya
15 Oktober 2014Â : Cabuli Dua Muridnya, Seorang Guru Agama Ditangkap
http://regional.kompas.com/read/2014/10/15/14123521/Cabuli.Dua.Muridnya.Seorang.Guru.Agama.Ditangkap.
7 Oktober 2014Â : Demi Lindungi Ibunya, Anak Rela Disetubuhi Ayah Tiri Selama 6 Tahun
6 Oktober 2014: Ditinggal Istri Kerja di Luar Negeri, Ayah Setubuhi Anak Kandung
4 Juli 2014: Bocah SD Diperkosa Saat Tertidur di Teras Rumah Sakit Bersalin
Kekerasan Fisik, Psikis dan Penculikan
7 Januari 2015 : Di NTB, Bocah 3 Tahun Digadai Orangtuanya Demi Motor
http://news.liputan6.com/read/2157530/bocah-3-tahun-digadai-orangtuanya-demi-motor
17 Nopember 2014 : Bocah Kelas 1 SD Terancam Buta Akibat Dianiaya Kakak Kelas
http://video.liputan6.com/tv/bocah-kelas-1-sd-terancam-buta-akibat-dianiaya-kakak-kelas-2135373
29 Januari 2015 : Siswa SD Diculik, Pelaku Minta Tebusan Rp 10 Juta
http://www.tempo.co/read/news/2015/01/29/058638626/Siswa-SD-Diculik-Pelaku-Minta-Tebusan-Rp-10-Juta
Terlalu banyak dan terlalu miris untuk mengungkap semuanya. Cukuplah beberapa cuplikan kejadian kekerasan terhadap anak tersebut menjadi pelajaran untuk kita semua bangsa Indonesia dan masyarakat dunia. Hendaknya semua pihak terlibat dalam upaya pencegahan kekerasan terhadap anak. Orang tua, masyarakat, guru, lingkungan sekolah, pemerintah, ormas, parpol, LSM, pengusaha, profesional, ulama, cendekiawan, pihak swasta, semua terlibat dalam upaya pencegahan kekerasan terhadap anak.
Mulai Dari Dalam Keluarga
Penguatan Ketahanan Keluarga menjadi hal yang sangat fundamental untuk menghentikan kekerasan terhadap anak dalam segala bentuknya. Suami dan istri hendaknya mengusahakan kehidupan keluarga yang harmonis, sakinah mawadah wa rahmah. Keharmonisan suami istri menjadi kunci utama untuk melindungi, menyayangi, mendidik dan membersamai tumbuh kembang anak dalam suasana penuh cinta.
Kekerasan terhadap anak mudah muncul pada kondisi kehidupan keluarga yang tidak harmonis. Konflik suami istri bisa berujung kepada kekerasan terhadap anak. Suami yang marah terhadap istri, melampiaskan kejengkelan dan kebenciannya kepada anak-anak. Suami yang tidak mendapatkan pelayanan seksual yang memuaskan dari istri, bisa melampiaskan hasrat kepada anaknya sendiri atau anak tirinya. Demikian pula ketika istri sedang emosi terhadap suami, bisa meluapkan kemarahan tersebut kepada anak-anak. Istri yang merasa dilukai dan disakiti hatinya oleh suami, bisa melakukan tindak kekerasan terhadap anak sendiri.
Maka, suami dan istri harus terus membangun kehidupan yang tenteram dan harmonis, saling mencintai dan menyayangi, sehingga anak-anak tumbuh dalam suasana yang aman dan terlindungi bersama kedua orang tuanya.
Bahan Bacaan:
http://www.tempo.co/read/news/2015/02/27/173645609/PBB-Soroti-Kekerasan-terhadap-Anak-di-Indonesia
http://internasional.republika.co.id/berita/internasional/global/15/02/26/nkd62c-pbb-apresiasi-indonesia-terkait-kekerasan-pada-anak
http://www.tempo.co/read/news/2014/09/06/116604843/PBB-6-dari-10-Anak-Jadi-Korban-Kekerasan
http://news.liputan6.com/read/2154228/komnas-pa-prediksi-pelaku-kekerasan-anak-meningkat-18-tahun-2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H