Beberapa waktu lalu, saat perjalanan di bus dari bandara Jedah menuju hotel di Mekkah, ustadz Surya Darma memberikan tausiyah yang sangat menarik dan berharga untuk kita semua. Sayang sebagian besar jama'ah berada dalam kondisi mengantuk dan kelelahan. Sehingga mereka tertidur atau kurang optimal menyimak tausiyah yang sangat bagus tersebut.
Saya --karena duduk di bagian belakang---juga kurang mampu menyimak dengan utuh disebabkan gangguan sound system bus. Namun saya menangkap hal-hal penting dan menarik dari tausiyah beliau.
Beliau mengajukan pertanyaan menarik, "Mengapa kita mengunjungi Baitullah Ka'bah? Mengapa kita ke Kota Mekkah dan Madinah? Mengapa kita ke Masjid Haram dan Masjid Nabawi?"
Tentu sangat banyak jawaban untuk pertanyaan ini. Jawaban pertama adalah karena kita hadir untuk menunaikan umrah atau haji, sehingga pasti akan mengunjungi Ka'bah dan Masjid Haram di Mekkah. Selanjutnya kita ziyarah ke Madinah untuk melengkapi perjalanan ruhaniyah di tanah suci.
Memahami "Isi" Tempat yang Kita Kunjungi
Namun ada jawaban yang sangat filosofis beliau kemukakan. Bahwa semua tempat --di manapun itu, selalu ada "isinya". Bukan kosong. "Kita tidak sedang mengunjungi tempat-tempat yang kosong", ungkap ustadz Surya Darma.
Ketika kita mengunjungi Ka'bah, dia bukan sekedar bangunan kotak, dan dia bukan sesuatu yang kosong. Ada sangat banyak nilai dari Ka'bah yang membuat kita merasa pantas dan bersemangat mengunjunginya.
Misalnya, Ka'bah adalah sebuah bangunan ibadah yang pertama kali didirikan untuk umat manusia. Allah telah menyatakan, "Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia, ialah Baitullah di Bakkah (Makkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia" (QS. Ali Imran: 96).
Artinya, Ka'bah adalah bangunan paling bersejarah dibandingkan dengan bangunan apapun yang ada di muka bumi ini. Inilah salah satu "isi" dari Ka'bah, yang membuatnya dihormati dan dimuliakan.
Bahkan Imam Ibnu Katsir menyatakan bahwa orang yang pertama kali membangun Ka'bah dan melakukan thawaf di sekitarnya adalah Nabi Adam as. Disebutkan juga bahwa para Malaikat telah membangun Ka'bah sebelumya ketika bumi masih berupa air. Imam Ibnu Katsir menyatakan, "Para ahli sejarah menyebutkan bahwa Nabi Adam As adalah orang pertama yang membangun Ka'bah dan melakukan thawaf di sekitarnya. Dikatakan juga bahwa para malaikat telah membangun Ka'bah sebelumnya ketika bumi masih berupa air".