Perjalanan haji dan umrah bukan saja menunaikan ibadah mahdhah. Namun merupakan perjalanan menapaki sejarah wahyu dan kenabian.
Ketika berada di Mekkah, jamaah haji dan umroh bisa mengunjungi gua Hira. Inilah gua yang sangat bersejarah bagi umat Islam di seluruh dunia. Bukan karena gua yang hebat atau sakti, namun karena menjadi saksi bahwa di tempat itulah turun wahyu pertama kali.
Ketika masa kenabian hampir tiba, di kalangan bangsa-bangsa lain, telah tersebar berita bahwa Allah Ta'ala akan mengutus seorang Nabi pada zaman ini; dan masa yang dijanjikan itu telah dekat. Mereka yang mempunyai kitab mengenal hal tersebut dari kitab mereka. Sementara yang tidak memiliki kitab, mereka mengenalnya dari kitab-kitab lain.
Prof. Dr. Mahdi Rizqullah Ahmad dalam As-Sirah An-Nabawiyyah menuliskan, wahyu pertama turun pada hari Senin 21 Ramadhan, saat Nabi saw berusia 40 tahun menurut hitungan Qamariyah, atau 39 tahun berdasarkan hitungan Syamsiyah.
Ibnu 'Abbas ra menyatakan, "Wahyu pertama diturunkan kepada Rasulullah saw saat beliau berusia empat puluh tahun. Beliau tinggal di Makkah selama tiga belas tahun. Lalu beliau diperintahkan berhijrah ke Madinah. Kemudian menetap di Madinah sepuluh tahun. Kemudian Rasulullah saw meninggal dunia" (HR. Bukhari, no. 3851)
Dari 'Aisyah ra, ia berkata, "Wahyu yang pertama diturunkan kepada Rasulullah saw adalah mimpi yang benar dalam tidur. Beliau tidak melihat dalam mimpi kecuali datang seperti falaq (fajar) Shubuh. Kemudian setelah itu, beliau suka menyendiri (khulwah) dan tempatnya adalah di gua Hira. Beliau ber-tahannuts di dalamnya (beberapa malam).
"Sebelum meninggalkan keluarganya, beliau membawa bekal, kemudian kembali ke Khadijah ra, dan membawa bekal lagi untuk berikutnya. Itu terus berulang hingga datanglah kebenaran dalam kondisi beliau berada di gua Hira."
'Aisyah ra melanjutkan kisahnya, saat di gua Hira, malaikat datang dan berkata, "Iqra'! Bacalah!" Nabi saw berkata, "Saya tidak bisa membaca."
Malaikat tersebut memeluk Nabi saw hingga terasa sesak, kemudian ia melepaskan beliau. Setelah itu, Malaikat memintanya membaca kembali, Nabi saw berkata, "Saya tidak bisa membaca."
Malaikat kembali memeluk Nabi saw hingga beliau merasa sesak. Ia melepaskannya dan berkata, "Bacalah!"