Ibadah haji dan umrah bagi masyarakat Indonesia menjadi perjalanan ibadah yang memerlukan persiapan sangat khusus. Selain karena perjalanan sangat panjang, ditambah harus menyediakan waktu, tenaga dan biaya yang tidak sedikit.
Sudah sangat banyak kisah mengharukan masyarakat kelas ekonomi menengah ke bawah yang berhasil menunaikan ibadah umroh dan haji. Mereka adalah para pejuang yang gigih menabung demi bisa beribadah ke tanh suci.
Para tukang ojek sudah banyak yang mampu berangkat haji. Salah satu contohnya adalah pak Misto (64 tahun), seorang tukang ojek asal Malang. Sejak tahun 1998, ia sudah sangat ingin berangkat haji. Namun baru bisa terlaksana pada tahun 2024 ini.
Sebagai tukang ojek, ia punya target. Jika sudah mendapatkan Rp 50 ribu, ia berhenti mengojek dan lanjut pergi ke ladang.
Dari penghasilan ngojek harian, disisihkan Rp 5 ribu sampai Rp 20 ribu untuk tabungan berangkat haji. Selama 13 tahun ia menabung, dan disetorkan sebagai biaya haji pada tahun 2011.
Selain kegigihan dalam bekerja, Misto banyak menunaikan shalat malam dan berdoa agar dimudahkan berangkat haji. Kisah selengkapnya simak di sini.
Demikian pula kisah Suparmin dan istrinya, Sariyem, yang bisa berangkat ke Tanah Suci tahun 2024 ini. Suparmin memulai karirnya sebagai tukang tebang tebu, lalu beralih profesi menjadi tukang ojek. Ia bekerja mengojek siang dan malam, demi mewujudkan cita-cita pergi ke tanah suci.
Suparmin menabung haji dengan membeli seekor sapi untuk beternak. Seiring berjalannya waktu, sapi yang dipelihara bertambah. Dari hasil penjualan beberapa ekor sapi, Suparmin dan istrinya mendaftar haji pada tahun 2012.
Setelah mendaftar haji, rezeki Suparmin semakin lancar. Ia membeli kios di pasar dan berjualan di sana bersama sang istri tercinta.
Bahkan setahun sebelum jadwal berangkat haji, Suparmin mendapat keluangan rezeki sehingga bisa digunakan untuk umrah bersama istri. Kisah selengkapnya simak di sini.