Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

H-20 Menuju Tanah Suci

10 Oktober 2024   04:35 Diperbarui: 10 Oktober 2024   07:44 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ibadah haji dan umrah bagi masyarakat Indonesia menjadi perjalanan ibadah yang memerlukan persiapan sangat khusus. Selain karena perjalanan sangat panjang, ditambah harus menyediakan waktu, tenaga dan biaya yang tidak sedikit.

Di Indonesia, banyak masyarakat bekerja sebagai tukang pijat keliling dari rumah ke rumah. Mereka adalah tukang pijat tradisional, bukan seperti para pekerja profesional di tempat spa & massage.

Banyak kisah mereka yang berhasil berangkat haji ke tanah suci, dari menabung penghasilan sebagai tukang pijat keliling. Heru Suyadi (55 tahun) dan sang istri, adalah di antara contohnya. Mereka berdua menunaikan ibadah haji tahun 2022 lalu.

Pasangan suami istri asal Magetan ini, tidak pernah mematok harga kepada setiap pengunjung yang ingin terapi. Meski hanya dibayar sukarela, profesi tukang pijat sudah dijalani sejak 25 tahun yang lalu.

Dengan ketekunan menabung, alhamdulillah bisa mengantar pasangan suami istri ini berangkat haji. Kisah selengkapnya, simak di sini.

Kisah serupa dialami oleh pak Kasiyo (70 tahun). Ia adalah tunanetra asal Tabanan, Bali. Berkat usaha dan doa yang tak mengenal lelah, tukang pijat ini dapat menunaikan haji di tahun 2024 ini.

Untuk mendaftar haji, Kasiyo menyisihkan penghasilannya sebagai tukang pijat. Yang ditabung setiap hari adalah penghasilan pijat dari pasien ke 5 dan seterusnya. Penghasilan dari pasien 1 sampai ke 4, digunakan untuk mencukupi kebutuhan keluarga.

Jika ia memperoleh 4 pasien, berarti di hari itu ia tidak menabung untuk haji. Apabila mendapat lebih dari 4 pasien, berarti ia bisa menambah tabungan haji.

Setelah menunggu selama 11 tahun, Kasiyo sangat bersyukur mendapat panggilan untuk berangkat haji. Kisah selengkapnya, simak di sini.

Demikian pula kisah ibu Supiyah (60 tahun). Ia adalah seorang warga Kota Surabaya yang sehari-hari bekerja sebagai tukang pijat keliling. Supiyah bekerja sebagai tukang pijat keliling sejak usia 17 tahun, dan masih terus dijalani sampai lanjut usia saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun